MGA 8: Stalker??

2.3K 91 0
                                    

Last Edited

*18 Januari 2017*

Enjoy Guys :)

*****

Karin membaca map sekali lagi, menghafalkan rute yang akan dia tempuh menuju University Of Cambridge. Mencatat nomer hp helpdesk. Jaga-jaga kalau sampai dia kesasar.

"Rin kalau ada apa-apa telfon gue ok. Trus, loe pakai hp ini aja. Internetnya ga akan blank kayak punya loe."

"Buset Jes, masa di bawain hp segala gue."Karin terkekeh.

"Kan loe belum sempet ganti kartu, provider local di Indonesia. Sinyalnya ga bagus di sini. Dapet doang, browsing amburadul. Pakai ini aja."paksa Jessica. Karin terpaksa menerimanya.

Mereka sudah sampai di stasiun kereta George V. Karin mengeluarkan kartu Oyster, yang kemarin baru dia bikin. Menempelkannya ke tap pintu masuk. Dan langsung menuju platform 1, tanpa menghiraukan sekitar. Bahkan ketika ada seorang cowok yang terang-terangan menatap penuh ingin tau padanya.

"Hey... Asian?"

Karin menoleh, memberikan senyum sopan terbaiknya,"Yes... Apakah mata saya terlalu sipit untuk menjadi EU or US people?"

"Hehehe... not your eyes, your skin."katanya, Karin hanya tersenyum canggung, kulitnya memang tak coklat. Tapi jelas lebih gelap dari kebanyakan orang di sini,"I like Asian skin."kata cowok itu.

"Thanks,"ucap Karin sambil melongok arah datangnya kereta.

"I'm Brian,"

"Nice to meet you Brian, I'm Karin."

Cowok itu seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi kereta sudah berhenti di depan mereka saat itu."Saya duluan, see you later."Karin langsung melangkah masuk.

"See you tomorrow,"ucapnya.

Dia hanya mengangguk pada pada Brian yang melambaikan tangan padanya. Karin melangkah mencari tempat duduk, dia harus berganti kereta yang menuju King Cross nanti di Stasiun Shadwell. Karena hanya kereta dari King Cross yang akan menuju ke Cambridge.

Tepat jam 9 pagi. Karin sudah berdiri takjub di depan kampusnya, bangunan kuno university of Cambridge. Menara-menara tinggi yang menjulang ke angkasa menghiasi atapnya. Membuat tangannya gatal ingin menulis. Karin mengeluarkan ponselnya, mengetik tentang tempat ini.

Kebiasaannya kalau melihat sesuatu yang memanjakan mata, mengetiknya dan menyimpannya di draft ponselnya. Sekarang mungkin belum terlalu berguna, tapi suatu saat nanti bank kata pasti membantunya.

Langkah kaki membawanya menuju meja administrasi, di mana seorang wanita berkulit hitam khas Africa dengan rambut pendek tersenyum padanya. Karin mengeluarkan selembar kertas yang dia dapatkan dari Rich Foundation, beserta dokumen pribadinya.

"Hello, Good Morning..."

"Morning, dapatkah anda membantu saya?"tanya Karin, lembaran dokumen itu beralih dari tangan Karin ke Joana.

Badge nama yang tertera di baju wanita itu.

"Ms. Adelia, ini jadwal mata pelajaran anda, kunci loker, kartu mahasiswa dan peta kampus.."senyumnya terlihat ramah.

Karin tersenyum berterima kasih, dan langsung meninggalkan meja, membuka petanya mempelajari arah mana yang akan dia tuju. Saat sampai di depan pintu kaca menuju keluar, mendadak Karin berhenti.

Melintas di depan pintu kaca seorang cowok dengan kaca mata frame tebal bergagang hitam yang memantulkan cahaya matahari. Hoodie abu-abu membungkus tubuhnya, tali tas selempang di pundak serta anting hitam kecil di kuping kirinya.

Dia mematung, tubuhnya seakan terpaku di tempatnya berdiri. Debur dadanya bertalu-talu nyaring. Kesadarannya baru kembali saat seseorang yang berdiri di seberang kaca, mengetuk pintu di depannya. Memintanya Karin minggir karena dia memblok pintu masuk.

Gadis melesat keluar setelah menggumamkan kata sorry. Menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari orang yang tadi memancang kakinya ke tanah, Tapi cowok beranting hitam itu sudah menghilang.

"Karin?"suara itu terdengar dari sampingnya, seorang gadis berambut pirang lembut.

"Yes?"

"Seseorang meminta tolong kepada saya untuk memberikan ini pada anda,"katanya sambil memberikan Karin selembar kertas."Oke... bye."

"Ini dari siapa?"teriak Karin karena gadis berambut pirang itu sudah meluncur jauh menggunakan sepatu rodanya. Tanganya hanya melambai untuk menjawab.

Kertas ini terasa tebal, saat Karin membukanya matanya mendelik kaget. Membaca potongan-potongan kata-kata di dalamnya.

"Apa-apaan!!!"


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Guardian Angel - RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang