MGA 4: Scholarship

2.7K 104 0
                                    

#31 Desember 2016 #


Karin memandang hasil karyanya,sebuah kue ulang tahun dua tingkat berwarna orange, di hiasi boneka kecil berbentuk karakter Ninja Naruto dan Sasuke di tengah saling berhadapan, berlatar dinding roti yang sengaja di buat kasar dan di lelehi cream sampai terlihat seperti bukit salju.

"Bagaimana Ma?"

"Bagus,"Kinasih mengacungkan jempol,"Tapi untuk siapa kue ulang tahun ini? pacar kamu?"

"Yee.. si Mama, apa-apa pacar. Kemarin Karin beli dress di tanya mau kencan sama pacar. Ini bikin kue di tanya pacar lagi, ga kreatif nanyanya."celetuk Karin keki.

"Kamu kan jarang-jarang bikin kue sama pakai dress. Makanya Mama tanya. Lagi kamu ini udah segede itu masa ga pengen pacaran sih Rin."

"Siapa yang ga pengen? Karin pengen kok..."

"Nah trus, kenapa ga pacar-pacaran.?"

"Mama kepo deh... "Karin mencibirkan bibirnya. Dia bukannya ga pengen pacaran. Tapi orang yang pengen dia jadikan pacar terlalu jauh di awang-awang.

Bel pintu berdering, Mama mengangkat muka, menyuruh Karin membuka pintu dengan bahasa isyarat.

"Ah, apa-apa nyuruh. Enaknya jadi orang tua."keluh gadis itu. Dia menuju pintu dan menarik gerendelnya. Seorang laki-laki dari agen courier service.

"Benar ini rumah Mbak Karin Adelia?"

"Iya, Mas."jawab Karin.

"Paket mbak, silahkan tanda tangan di sini."

Dia meraih pulpen yang di sodorkan mas-mas itu, menuliskan nama dan tanda tangan di kolom penerima.

"Makasih mas,"Karin menutup pintu, dan kembali ke dapur sambil menatap amplop coklat itu. Tipis, semacam dokumen. Dokumen apaan? Capnya kayak yang penting banget.

"Siapa Rin?"Mama berteriak dari dapur.

"Kurir, nganterin dokumen."dia menyobek amplop, di dalamnya berisi selembar surat, serta visa dan paspor. Atas nama Karin Adelia, dengan tujuan London.

Dada Karin berdesir saat dia membaca surat itu,

Selamat, anda telah di terima bergabung dengan Cambridge Universtity Magister Program Study Seni dan Humaniora.

Sampai di sana, Karin berhenti membaca. Mengecek sekali lagi nama pengirimnya. Tapi tidak ada nama. Hanya kop surat Rich Corporation.

"Apa itu Rich Corporation?"tanya Ibunya saat Karin menggumamkan nama itu, dia mengambil surat dari tangan Karin.

"Ga tau,"

"Oh, yayasan yang kasih kamu beasiswa. Wah... uang saku 1000 poundsterling setiap bulan,"Mama berteriak seru.

"Kalau nipu gimana?"

"Kenapa ga telfon aja? ini ada nomer telfon kantornya."

Karin mengambil kembali surat itu, di bawah tertera nomer telfon dan alamat kantor. Dia meraih hp nya, dan menghubungi nomer itu.

"Pinter banget ih si Mama."pujinya sambil mengecup pipi ibunya sekilas.

"Good Afternoon, Rich Corporation with Alexa. Can I help you?"customer service Rich Corporation

Berarti benar, kantor ini ada.

"Siang mbak, maaf apa benar ini kantor Rich Corporation?"

"Benar Bu, ada yang bisa kami bantu."

"Ini kantornya di mana mbak?"

"Di pusat perkantoran Sentral Senayan di jalan asia-afrika,Bu."

"Ini saya dapat undangan beasiswa untuk S2 di London. Apa benar Rich Corporation ada program itu ya, kok ga pernah ada sosialisasinya?"

"Ada Bu, program dari Rich Foundation. Hanya saya agak kurang faham, saya sambungkan ke bagian humas saja ya Bu,?

"Ok, baik..."

"Silahkan di tunggu sebentar,"telefon itu di hold beberapa saat.

"Divisi Humas,"sapa suara berat dari seberang.

"Siang pak,"

"Selamat siang bu,"

"Mohon maaf saya ingin menanyakan, ini saya mendapatkan undangan dari kantor bapak, untuk program S2. Apa betul di Rich Corporation ada program ini ya pak?"

"Oh, iya benar. Kami memang menyediakan beasiswa untuk beberapa siswa berprestasi. Untuk tujuan negara mana mbak?"

"London pak, jadi benar program ini ada pak?"

"Iya benar."

"Tapi saya tidak merasa mendaftar karena tidak mendapatkan sosialisasi,"

"Kalau prosedur seleksinya sendiri, saya juga kurang faham mbak. Mungkin bisa datang ke kantor nanti cari divisi humas dengan Mbak Desire. Karena beliau yang in charge program ini.."

"Bisa bicara dengan Mbak Desirenya pak?"

"Kebetulan beliau sedang makan siang. Mbak bisa datang ke kantor, agar bisa di jelaskan lebih lanjut."

"Kalau besok saya datang sekitar jam 2 bisa?"

"Boleh, silahkan. Ada nomer telfon yang bisa di hubungi? Nanti biar di update."

Karin mengusapkan deretan nomer telfon miliknya. Lalu menutup telfon setelah mengucapkan terima kasih. Besok dia akan datangi tempat ini. Meski ini mungkin cuma Prank atau entah apa. Yang penting dia ga penasaran lagi.

My Guardian Angel - RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang