** Last Edited 20 January 2017*
Enjoy gengs
****
"Karin, tolong ini di buat Minutes of Meetingnya, dan di emailkan ke semua alamat email di sini. Lalu scan notulen rapatnya dan attach di emailnya."
Tracy berbicara tanpa menatap Karin yang bahunya luruh memandang lembaran kertas di tangannya. Ini notulen rapat ke-lima yang dia kerjakan hari ini. Sekarang sudah hampir jam 3 sore, kalau begini caranya bisa-bisa dia pulang setelah jam 5 lagi.
"Ada yang tidak di mengerti, Karin?"
"Nope,"jawab gadis itu, sambil memamerkan cengirannya.
"Kalau begitu sebaiknya cepat kamu kerjakan, agar kamu tidak usah overtime."
Tanpa banyak tanya lagi, Karin kembali ke mejanya. Menata lembaran kertas itu dan mulai menyalinnya menjadi kata-demi kata di layar kosong Microsoft Excelnya.
Tangannya sedang sibuk menari di atas keyboard Karin, saat ponselnya bergetar.
Karin
Pesan dari mama, di letakkannya lagi ponsel di meja dan melanjutkan mengetik. Tak lama beruntun masuk pesan whatsapp lagi. Akhirnya gadis itu berhenti mengetik. Dia membaca pesan satu demi satu.
Karin...
Selamat ulang tahun ya nak, semoga makin dewasa. Cepet dapet pacar. Trus tercapai semua cita-cita kamu.
AH... hari ini dia ulang tahun, saking sibuknya dia sampai lupa kapan hari lahirnya sendiri. Di hari ulang tahun begini biasanya Mama akan membuatkannya nasi kuning. Dan mereka akan makan makam berdua. Sederhana memang, dulu dia sempat merasa itu rutinitas ulang tahun yang membosankan.
Tapi sekarang rasanya sungguh, Karin begitu merindukannya. Mata gadis itu merebak. 23 tahun... whaaa... udah tuaaaa.... Hehehe, di bawah pesan itu Mama mengiriminya foto kue tart, 1 lapis berwarna biru nuansa frozen dengan boneka kecil Elza di tengah.
Hehehehe... karakter kartun kesukaannya.
Mama bikin kue buat kamu sayangnya ga ada yang bantuin makan. Caption itu ada di bawah foto. Kali ini Karin tersenyum, dia membuka pesan-pesan yang lain.
Selamat Ulang tahun ya bebski, jangan lupa cari pacar. Jomblo kelamaan tar jadi perawan tua loe!!
Ga usah di tanya dari siapa, itu udah pasti dari Windy. Beruntun Kak Radit, Mbak Tia mengirimkan video lucu Livi yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Lalu Mbak Wiwit dan Tika serta beberapa teman kampusnya yang lain.
"Duh... kangen semua orang,"bisik Karin nelangsa.
"Karin, ini tolong sekalian di kerjakan."Tracy meletakkan tumpukan dokumen di mejanya."Susun sesuai tanggal, lalu kembalikan ke ruangan Mr.Rich kalau sudah selesai."
Dokumen itu menggunung setinggi 30 cm dari meja. Karin meraih yang map paling atas, berisi tak kurang dari 20 lembar. "Tracy, haruskah aku kerjakan saat ini juga? Apa tak bisa besok?"
"Maaf Karin, harus hari ini."Karin memberinya tatapan meminta bantuan, Tracy hanya bisa memandangnya kasihan,"Aku tak bisa membantumu, Mr.Rich memintaku menjemput tamunya."
Hati Karin mencelos, matanya melirik jam dinding. Sudah jam 5 sore. Dia sudah terlambat 1 jam karena mengetik notulen rapat ini. Dan sekarang harus membereskan dokumen sesuai tanggal. Setinggi ini???
"Well... oke, aku akan membuat kopi dulu kalau begitu. Bye... Tracy,"katanya, pada Tracy yang sudah setengah langkah meninggalkan ruangan.
Di ikuti Karin yang melangkah ke arah berlawanan menuju pantry. Tak lama dia kembali dengan segelas kopi susu kental dan mulai membongkar map, mengeceknya satu demi satu. Dua meja kerja, satu kursi Tracy yang dia tarik ke dekatnya. Sekarang di penuhi lembaran-lembaran kertas usang. Dia menyusun, mengurutkannya, merapikan kertas-kertas yang terlipat. Entah sudah berapa lama dia mengerjakannya. Karin tak ingat lagi akan waktu, dia hanya ingin ini cepat selesai.
Agar dia bisa pulang, menelfon mama mungkin. Atau pergi ke café untuk mentraktir dirinya sendiri. Toh dia ulang tahun, jadi dia layak memanjakan diri sendiri.
Pintu di ujung lorong terbuka, Karin melongok kea rah sana.
"Miss Adellia, anda belum pulang?"tanya seorang office boy yang masuk ke ruangan itu tangannya menenteng plastik sampah. Dan langsung menuju meja Tracy untuk mengambil sampah dari keranjangnya.
"Hai,"Karin membaca badge name di dada cowok, yang di taksirnya berumur belasan tahun itu,"Norman, yea... masih ada sedikit pekerjaan."
"Anda ingin di ambilkan kopi lagi miss?"
Karin melirik gelasnya yang hampir kosong,"Tidak terima kasih. Sebentar lagi aku selesai."
"Baiklah, di pantry ada yang berjaga. Panggil saja jika anda butuh sesuatu."katanya.
"I will, thanks Norman."
Dia tersenyum, tangannya penuh keresek hitam, yang dia masukkan ke bak sampah besar yang dia letakkan di dekat pintu keluar. Karin melongok saat di dengarnya Norman mengetuk pintu ruangan Mr.Rich.
"Dia sud...."Karin menelan kata-katanya lagi, karena Norman sudah masuk ke dalam. Well.. Seandainya Mr.Rich sudah pulang juga tak apa. Anak itu kan cuma mau ambil sampah.
Karin kembali sibuk dengan lembaran-lembaran kertasnya, tak lama Norman muncul lagi. Menenteng keranjang sampah di tangan kiri.
"Mr.Rich meminta anda meletakkan dokumen itu di mejanya kalau sudah selesai, Ms.Adelia."ucap Norman.
"Dia masih di sana?"
"Dia meminta saya mengatakan kepada anda, kalau dia baru akan pulang, setelah anda menyelesaikan tugas anda dan meletakkan di mejanya. "
Perasaan santai yang tadi mengiringinya menyelesaikan dokumen kini menguap. Karin melenguh jengkel."Kalau memang ini segitu pentingnya buat dia, kenapa ga dari siang aja dia suruh gue ngerjain."
Tepat jam 8.30 Karin memeriksa hasil kerjanya, mengecek sekali lagi takut ada kesalahan. Dia bangkit, merapikan meja, mematikan computer, mengantongi HPnya di kantong samping long vest. Menepuk debu-debu kertas yang menempel di rok selutut yang dia pakai dan blouse press body berwarna putih, outfitnya hari ini.
Selesai dengan kertas, dia menarik tali rambut membuat ikatan pony tail yang baru, menarik tas selempang dan memakainya. Lalu membawa dokumen itu dengan dua tangan, terseok-seok melangkah menuju ruangan Mr.Rich. Mengetuk pintunya, tapi senyap. Tidak ada suara apapun dari dalam
Karin mendorong pintu yang dia ketuknya sejak dari 5 menit yang lalu. Ruangan itu remang, hanya ada cahaya bulan yang jatuh menimpa meja kerja Mr.Rich yang terbuat dari kayu mengkilat. Tak ada apapun di meja, kecuali dua mug berwarna putih, yang mengingatkan Karin pada mug di Coffee Leaf.
Senyum kecil tersungging di bibir gadis itu.
Membayangkan café, teringat juga Karin pada aroma Caramel Macchiato, minuman yang menjadi favoritnya sekarang. Kopi yang selalu membawa Farrell hadir di pelupuk mata, setiap kali dia meminumnya.
Dia meletakkan dokumen di meja, bersebelahan dengan dua mug, yang kini Karin tahu berisi kopi. Karena aromanya tercium dari tempat Karin berdiri sekarang. Yang membuatnya tertegun adalah kepulan asap dari kopi itu dan whipped cream di atasnya yang berbentuk biji kopi di mug satu, serta daun di mug satu lagi. Dua cetakan itu membuatnya ingat pada logo besi karatan di depan Coffee Leaf.
"Happy Birthday, Karin"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Guardian Angel - Revisi
Romance#IndonesiaMembaca Setiap kisah mempunyai jiwa, setiap goresan merupakan doa. berhati-hatilah dengan kisah yang kamu tulis. bisa jadi kamu sedang menggoreskan kisah hidupmu sendiri di lembaran naskah yang kamu buat. Sincerely Evil