Chapter 11

15.8K 1.1K 114
                                    

Naruko membuka mata nya dan melirik Kurama yang masih tertidur di samping nya. Sudah beberapa malam mereka menginap di hotel bintang tiga yang cukup jauh dari apartment. Naruko memesan menggunakan situs online sehingga mendapat harga yang lebih murah dan menghemat uang.

Bulan depan Kurama dan Naruko akan pindah asrama yang lebih terjangkau dan tinggal di asrama itu selama satu bulan atau lebih, setelahnya mereka akan kembali ke rumah lama mereka. Itulah rencana Kurama dan Naruko.

Kemarin Naruko mengambil uang di ATM dan terkejut mendapati nominal uang dalam jumlah besar di rekening nya. Ia tak tahu darimana uang itu berasal, namun rasanya mustahil bila seseorang salah mengirimkan uang dan uang itu masuk ke rekening nya. Uang itu senilai lima juta ryo dan uang itu cukup untuk biaya masuk universitas, bahkan lebih.

"Ohayo, Naruko-nee." Ucap Kurama dengan suara mengantuk sambil mengucek mata nya.

"Ohayo."

Kurama melirik jam yang tertera di ponsel nya. Jam menunjukkan pukul delapan pagi dan mereka sudah terlambat untuk berangkat sekolah.

"Naruko-nee, kapan kita kembali ke sekolah? Besok?"

"Tidak. Aku sudah menelpon ke sekolah dan mengatakan bila kita berdua izin karena Naruto sedang dirawat di rumah sakit dan aku harus menjaganya. Sementara kau tidak bisa berangkat ke sekolah sendirian."

"Sensei percaya?"

"Tentu saja." Naruko tersenyum. "Minggu depan kita kembali ke sekolah, setelah itu kita libur."

Kurama terlihat sedikit kecewa. Ia menikmati 'liburan dadakan' yang tiba-tiba saja dicetuskan oleh Naruko. Namun ia juga merasa bosan terus menerus berada di apartment.

"Aku agak khawatir bila kita datang ke sekolah Naruto-nii akan membawa kita pulang dengan paksa. Aku tidak mau pulang dan bertemu dengan nya."

"Aku juga."

Naruko mengelus kepala Kurama dengan lembut dan tersenyum. Namun ia segera menghentikan apa yang sedang dilakukan nya. Menurut orang-orang yang mengenal keluarga Naruko, Naruko bagaikan versi wanita dari Naruto. Mereka benar-benar mirip, bahkan senyum Naruko terlihat sama dengan Naruto. Ia benci melihat wajah nya sendiri di cermin dan berpikir untuk melakukan operasi plastik, namun ia harus berhemat. Uang lima juta ryo akan habis dengan cepat jika mereka berfoya-foya dan ia tak bisa bekerja atau berpergian dengan bebas saat ini.

"Namun aku tidak begitu yakin bila Naruto-nii benar-benar berniat mencari kita. Kurasa ia malah senang karena dapat bebas melakukan apapun bersama 'boss' nya itu."

Naruko meringis membayangkan hal-hal vulgar yang tiba-tiba melintas di pikiran nya dan ia menggelengkan kepala untuk menghilangkan bayangan vulgar itu.

"Kita seharusnya bersyukur jika dia tidak mencari kita karena kita tidak perlu repot-repot melarikan diri."

"Benar juga, sih. Kalaupun dia mencari kita aku juga tetap tidak ingin pulang. Aku tak bisa memaafkan nya. Seandainya okaa-san dan otou-san masih hidup, mungkin mereka bisa melakukan seppuku akibat rasa malu."

Naruko mengangguk. Ucapan Kurama tidak salah. Di saat seperti ini ia agak khawatir dengan Naruto, seperti yang dulu dilakukan pria itu padanya. Saat ia dan Kurama membawa Naruto ke rumah sakit, di hati terdalam nya ia berharap agar Naruto selamat dan baik-baik saja. Meskipun ia berkata pedas dan ketus, ia sendiri merasa bimbang dengan apa yang dilakukan nya. Ia bersyukur mendengar suara Naruto di telepon, setidaknya ia baik-baik saja.

"Kurama, apakah yang kita lakukan saat ini egois?"

"Egois? Tentu saja tidak. Kita melakukan ini agar Naruto-nii menyadari kesalahan nya sekaligus membersihkan nama baik kita. Bayangkan jika seandainya teman kita bertemu dengan Naruto-nii yang seperti itu, mereka pasti berpikir bila kita mendukung apa yang dilakukan nya dan ikut membicarakan hal-hal buruk mengenai kita."

May I Love You ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang