"Luna mengalami keretakan tulang rusuk, dan tangan kanannya patah." Jelas seorang wanita berambut brunette kepada Austin.
Austin meremas rambut coklatnya kencang. Ia terlambat untuk menyelamatkan Mate-nya. Dan bodohnya mereka semua termasuk kakaknya tidak ada yang berani menyudahi perbuatan Anne untuk menyiksa Vio.
"Tetapi anda tenang saja, Alpha. Kami sudah memberikan ramuan khusus untuk Luna supaya tulangnya cepat menyatu dan Luna akan segera membaik." Lanjut wanita itu berusaha menenangkan Austin.
Disamping Austin, terdapat Avril yang berdiri dan menunduk dan Michael. Avril merasa sangat menyesal. Seharusnya dia tidak perlu takut kepada Anne, karena Anne bukan lagi 'orang penting' bagi mereka.
"Austin, aku sa-
"Sudahlah, Avril. Kau sudah mengatakannya lebih dari seratus limapuluh kali." Potong Austin cepat sebelum Avril menyelesaikan ucapannya.
Avril semakin menunduk dalam. Michael yang sedang berdiri disebelahnyapun tidak bisa apa-apa selain menenangkan istrinya agar wanita itu tidak perlu merasa menyesal. Toh ini bukan kemauan mereka.
Austin berdiri, kemudian berjalan masuk kedalam kamar Vio yang benar-benar sudah terlihat seperti kamar rumah sakit.
Selang dimana-mana. Perban yang membalut tangan kanannya, dan sebuah layar monitor yang menampilkan garis-garis tidak beraturan yang berjalan sesuai detak jantung Vio.
Sungguh, Austin tidak pernah merasa semenyesal ini. Andai saja ia bisa lebih cepat, pasti Vio tidak akan merasakan kesakitan seperti ini.
Pria itu menggenggam tangan kiri Vio lembut. Seakan-akan tangan itu sangat sangat rapuh. Ia tersenyum kepada Vio yang terbaring lemah dengan mata terpejam rapat, seakan tidak mau membuka lagi.
"Aku tahu kau adalah gadis yang kuat. Kumohon bertahanlah untukku.." Lirih Austin. Setelah itu dia mencium dahi Vio dengan pelan dan agak lama.
Sangat banyak hal-hal baru yang ia dapat semenjak bertemu dengan Vio. Kesedihan, cinta, permohonan, pertahanan, dan penyesalan. Semuanya adalah hal yang tidak pernah Austin alami dihidupnya sebelum bertemu dengan gadis yang sedang sekarat saat ini.
Seperti sekarang ini. Dia tidak pernah selemah ini sebelumnya. Bahkan saat pemakaman kakek tersayangnya, dia hanya menangisinya selama dua hari, setelah itu dia bahkan bisa bermain seperti biasa dengan teman-temannya. Namun dengan Vio berbeda. Gadis itu membawa pengaruh padanya.
Austin lalu terduduk disamping Vio. Mengucapkan kata-kata betapa ia sangat tidak ingin kehilangan Luna-nya.
Mungkin dahulu ia sempat berpikir bahwa Vio adalah gadis yang player dan menyebalkan, sampai-sampai ia hampir saja mengatakan bahwa ia tidak mau memiliki mate seperti Vio.
Tapi sesuai kata pepatah, 'Cinta datang karena terbiasa'. Entah sejak kapan perasaan ini tumbuh, ia tidak tahu. Perasaan itu tidak pernah meminta ijin kepada dirinya untuk masuk.
Balik lagi kemasalah Anne. Hukuman sebuah pukulan bukanlah sebuah hukuman berat bagi wanita itu. Dia sudah sangat hapal sifat wanita itu. Namun Austin berjanji pada dirinya sendiri jika wanita itu kembali lagi dan mencoba menyentuh Vio barang sehelai rambutpun, ia akan membunuh wanita itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected
Hombres LoboDari cara kau tersenyum, dari cara kau memandang. Kau memergokiku, tidak seperti yang lainnya. Dari sejak sapaan pertama kita, aku sudah yakin, aku sudah memastikan.. Bahwa kita memang saling memiliki.. ~Luna Del Violette~ ~Austin Connor~