Pagi yang bersalju dan sarapan dengan suasana yang hening, terkadang itu merupakan perpaduan yang pas. Sama dinginnya.
Entah sejak kapan keheningan ini terjadi, tapi Vio sudah melihatnya sejak dia baru turun kebawah untuk sarapan bersama mereka.
Hanya suara gelak tawa Mike yang berhasil membuat ruangan ini tidak jadi seperti area pemakaman.
Ari yang tampak sibuk dengan Omelet dan nuggetnya, Michael yang tatapannya hanya terfokus kepada Mike dan sesekali tersenyum melihat tingkah lucu anak tunggalnya yang sedang belajar makan, Avril yang melahap nasi gorengnya dan sesekali membantu Mike memotong spagettinya.
Dan Austin yang hanya mengaduk-ngaduk sup dagingnya dengan ekspresi tidak berminat kepada sup tersebut.
'Mengapa ditatap saja, mubazir kan!' Batin Vio berteriak. Dia yang sedari kecil diajarkan untuk menghargai segala sesuatu termasuk makanan merasa sedikit kesal kepada tingkah laku Austin saat ini. Namun ia hanya bisa memendam, ia tidak mau semakin merusak suasana hati Austin pagi ini dengan bentakan kesalnya.
Ia bingung, sejak perkataannya waktu itu Austin mulai menjauhinya. Kembali menjadi dulu saat mereka membuat perjanjian agar memulai semuanya dengan baik, namun keesokan harinya malah mereka seperti orang yang tidak saling mengenal.
"Sarapannya enak, terima kasih!" Dengan begitu, Vio pergi dari ruangan makan tersebut, tidak mempedulikan tatapan mengasihani yang diperuntukan untuknya.
"Kau berhasil merusak moodnya." Ujar Ari yang masih sibuk dengan sarapannya.
Mereka semua tahu siapa yang Ari singgung. Ya, Austin. Namun pria itu tidak mendengarkan, ia malah lanjut mengaduk-ngaduk supnya.
"Mengapa masih diam? Kejar, Austin. Atau kau akan kehila-
"OKE, AKU KEJAR!"
Brakk
Dengan begitu Austin bangkit dari duduknya dan berjalan dengan langkah besar untuk sampai kekamar Vio.
****
"Kau tahu akan berhadapan dengan siapa."
"Tentu saja aku tahu, makanya aku sudah memikirkan ini secara matang." Jawab Anne seraya menghisap puntung rokoknya.
"Tetapi apakah kau yakin dengan keputusanmu? Ingat Anne, kau melawan seorang Alpha. Sedangkan dirimu? Kau hanya seorang rogue." Celoteh Laurent tidak tenang.
"Aku akan meminta bantuan John dan teman-temannya untuk membantuku merebut Austin jika cara halusku tidak berhasil." Jawab Anne tampak santai.
Laurent menatap Anne sambil menggeleng. Anne adalah wanita yang pantang menyerah, namun artian pantang menyerahnya kali ini adalah untuk merebut hak milik orang lain.
"Meskipun nantinya kau yang akan mati?" Tanya Laurent.
"Meskipun nantinya aku yang akan mati."
****
"Siapa yang menyuruhmu untuk meninggalkan ruang makan?" Geram Austin sesaat setelah dirinya sampai dan berhasil masuk kedalam kamar Vio.
Namun gadis itu bergeming, ia duduk membelakangi Austin seraya menatap kearah kaca besar yang menampilkan pepohonan pinus diluar sana.
"Hei, aku bertanya padamu." Ucap Austin sekali lagi. Tetapi Vio tetap pendiriannya.
Austin lalu berjalan cepat mendekat kearah Vio dan berdiri tegak didepan Vio, membuat pandangan pepohonan pinus menjadi kalah saing dengan pandangan seorang pria tampan bernama Austin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected
WerewolfDari cara kau tersenyum, dari cara kau memandang. Kau memergokiku, tidak seperti yang lainnya. Dari sejak sapaan pertama kita, aku sudah yakin, aku sudah memastikan.. Bahwa kita memang saling memiliki.. ~Luna Del Violette~ ~Austin Connor~