Multimedia : Lee Hyun Woo as Lee Tae Jin
***
Gadis itu mengerjapkan matanya. Cahaya redup menghias pandangannya. Perlahan namun pasti, ia merasakan sakit dan tarikan di kedua lengannya.
"Ah!" rintihnya perih, lalu mendongak ke atas. Kedua bola mata birunya membulat tatkala melihat kedua lengannya terborgol dengan sebuah besi kokoh ... membuatnya bergantung.
"Jadi kau sudah bangun?"
Suara itu membuatnya sepersekian detik menatap. Tak jauh di hadapannya, seorang wanita berpakaian jaket hitam dan celana jeans menatapnya. Ia menaikkan sebelah alis, salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas menuai seringai.
"Di mana ... aku?" gumamnya lemah, menahan sakit yang mendera seluruh tubuhnya. Tak hanya di lengan, ia merasa nyeri di tiap sudut tubuhnya, terutama di punggung.
Wanita itu mengganti ekspresinya. Raut wajahnya menjadi dingin, menatap sangsi sang gadis yang mengenakan gaun tank-top putih polos itu. Ia mendekat dengan langkah kasar. Tak lama setelah itu, ia menggenggam leher sang gadis.
"Berhentilah bersikap bodoh, Azusa!" teriaknya, mengencangkan cekikannya di leher Azusa.
"Aak-ak-aku tidak bisa-to ... long!" suaranya terdengar patah-patah. Bersusah payah ia mengatur napas.
Gadis itu dengan kasar menarik tangannya dari leher Azusa. Ia menatap Azusa jijik, seakan gadis itu adalah sampah.
"Kau seharusnya sudah mati dengan nama Kim Hyerin. Kenapa kau masih saja bernapas dan tinggal dengan seorang pria? Kau seharusnya mati!" teriaknya dengan mata melebar. Terdengar sarat keputusasaan dalam nada bicaranya. "Dasar jalang!" lanjutnya, lalu menampar pipi Hyerin.
Hyerin mendesis. Ia mengingat semuanya. Semuanya, benar-benar semuanya. Hanya satu hal yang belum diingatnya; mengapa ia bisa terlibat dalam tragedi waktu itu.
Ia menyipitkan mata, menahan sakit yang kian mendera di lengan, tubuh, dan sekarang di leher dan pipinya. Pelupuk matanya tampak penuh dengan air, namun Hyerin tak berniat untuk menangis sekarang.
Ia harus melawan. Waktunya telah tiba.
Di tengah rasa sakit, Hyerin menyeringai. Ia berbisik lantaran suaranya tak lagi mampu keluar lebih besar.
"Pergilah dari hadapanku, Bu. Aku tak punya urusan denganmu."
***
Pemuda itu menaikkan salah satu sudut bibirnya. Tersenyum miring, ia menatap adegan itu dengan penuh perhitungan dari jendela gedung.
"Bagaimana menurutmu, Lee? Bukankah itu adegan yang bagus?" suara seorang wanita menginterupsinya, membuat ia membalikkan kursi empuknya ke depan.
Ia menaikkan sebelah alis, lalu mengangkat kedua bahunya cuek. "Apa maumu?"
Gadis berambut pirang kecoklatan itu menkerucutkan bibir merahnya seakan ia kesal. Setelahnya, ia pun tersenyumーtampak menggoda.
Dengan langkah bak pragawati, ia mendekat ke meja kayu yang memisahkannya dengan pemuda itu saat ini. Meski gerak-geriknya terlihat menggoda, namun tatapan mata hitamnya jauh lebih tajam dibanding itu.
Di balik kacamata tipisnya, pemuda yang dipanggil Lee itu juga membalas tatapan tajam sang gadis. Tidak, ia tak tergoda dengan tubuh molek itu. Ia hanya penasaran, apa lagi yang gadis ini bawa untuknya. Informasi? Atau ... orangnya langsung?
"Taejin ... aku sudah mendapatkannya. Aku telah membawanya ke mari," ungkap si gadis, "jadi, kau akan membayarku, ya, 'kan?"
"Jangan khawatirkan soal itu, aku pasti akan melakukannya. Kau tahu, aku sudah sangat serius jika menyangkut nyawa dia," balas Taejin lalu melirik jendela lebar di belakangnya saat menyebut kata 'dia'.
"Tapi sepertinya ... nenek tua itu ingin membunuh berlianku. Ah, kau tahu itu tak boleh terjadi, 'kan? Aku dan Dongjin sudah berbeda, kau tahu," lanjutnya santai lalu menyilang kedua tangannya di depan dada.
Gadis itu mendengus tak suka. "Jangan sebut lelaki tua itu. Ia sedang di siksa di neraka sekarang," jawabnya. Sesaat kemudian, ia pun menyeringaiーtampak seperti tengah merencakan sesuatu. "Lagipula, aku yakin kau lebih hebat darinyaー"
"Hentikan pembicaraan tak berarah ini," potong Taejin memutar bola mata biru tuanya malas. "Kau pasti tahu apa maksudku. Bunuh si nenek sihir itu sebelum ia mengusik berlianku, Jung Min Hae!"
Minhae menautkan kedua alis. "Apa rencanamu sebetulnya? Bukankah pada awalnya kau yang meminta agar wanita plastik itu bergabung dengan kita?"
"Jangan bodoh," dengus Taejin lalu menumpukan kedua siku si mejanya, "untuk apa aku meraih keuntungan dengan orang lain? Aku lebih suka melakukannya sendirian. Lagian, dia hanya akan menggangguku."
"Tapi, setelah itu kau akan membunuh Azusa, 'kan?"
"Tentu saja. Jadi, gadis cantik, lakukanlah perintahku sekarang," jawab Taejin lalu menyeringai jahat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Chapters in Mystery
Mystery / ThrillerDalam sepuluh bab, penulis akan menceritakan kisah Park Ryeon, seorang agen mata-mata Korea Selatan yang ditugaskan untuk mencari mafia buronan seluruh dunia; Lee Dong Jin. Lewat perantara Kim Hye Rin, ia berusaha keras mengorek informasi soal mafia...