7. Awaken

286 42 0
                                    

"Sial," desis Ren. Ia menggerakkan tubuhnya, namun gerakannya terbatas karena ia diikat dengan tali di sebuah tiang.

Ren mengumpat dalam hati. Sial, Minhae sialan, ungkapnya. Ia tentu tahu apa yang telah sahabatnya itu lalukan padanya.

Ia menjebak Ren.

Sedari tadi, Ren sadar. Ia tak terbius dengan bekapan Minhae saat keduanya masih di rumah gadis itu. Ia masih ingat ketika Minhae menariknya, lalu membekap mulutnya dengan sebuah sapu tangan.

Ayolah, Ren tak sebodoh itu untuk terbius. Ren ingat ia menahan napasnya saat itu, lalu berpura-pura pingsan.

Setelah itu, Minhae tampak puas dengan kerjanya. Ia merasa diseret seseorang, lalu dibawa ke mobil. Dan berakhir diikat di ruangan gelap ini.

Ren menatap sekelilingnya. Dingin, itu yang ia rasakan. Ia tampak diikat di sebuah penjara. Sunyi, senyap, tak ada seorang pun yang ada di sini selain dia.

Di mana Hyerin? pikirnya, seakan baru teringat akan nasib gadis itu. Apakah Hyerin sudah diserang oleh antek-antek Dongjin?

"Jadi ... bayangan yang kulihat waktu itu bukan orang biasa. Ia pasti sudah menyerang Hyerin," gumam Ren pada diri sendiri, lalu merasa menyesal. Ia merasa sangat bodoh meninggalkan gadis itu sendirian di suite room yang disewanya.

Seharusnya aku tahu dia takkan bisa sendirian! gertak Ren dalam hati, masih menyesali keputusan bodohnyaーlebih memilih untuk datang ke pesta ulang tahun Minhae dibanding tetap tinggal bersama Hyerin.

Lagi, Ren menggerakkan tubuhnya. Namun kali ini ia lebih keras melawan. Upayanya pun membuahkan hasil, tali yang terikat kencang di sekitar tubuhnya perlahan mengendur lalu lepas.

Ren menghela napas lega. Pandangannya menajam, ia hendak mencari jalan keluar dari sini. Namun sebelum itu, ia tampak teringat akan sesuatu.

"Apa salahnya menjadi orang bisu? Mengapa dengan menjadi seorang silent reader, mereka menganggapku gila?"

Ren tertegun. Suara Hyerin seolah bergema dalam pikirannya, memaksanya untuk kembali mengingat maksud silent reader yang sempat Hyerin ucapkan.

Hyerin ... apa kau mendengarku? Aku sedang memikirkanmu sekarang. Kuharap kau dapat menggunakan kemampuanmu, Ren bergumam, berharap Hyerin dapat mendengar.

***

Cklek!

Kedua perempuan itu menoleh ke sumber suara. Di balik pintu, seorang gadis berpakaian gaun putih ketat dengan seringai jahatnya berjalan pelan ke arah mereka.

"Minhae? Apa yang kau lakukan di sini?" wanita yang mengenakan jaket kulit bersuara. Minhae nampaknya tak ingin repot-repot menjawab pertanyaan itu. Ia hanya melebarkan seringainya.

Hyerin memilih diam. Entah mengapa ... ia merasa tak asing dengan gadis yang baru saja datang ini. Tangan kanan yang disembunyikannya di balik tubuhnya seakan mengundang rasa penasaran Hyerin. Apa yang gadis ini sembunyikan?

"Halo, Katazura Misaki," ucap Minhae pelan, masih dengan seringaiannya. Wanita yang mengenakan jaket itu tampak kaget dan terbelalak.

"Aku datang ke sini atas perintah dia," Minhae melanjutkan dengan suara yang agak dibuat-buat.

"Menurutnya, budak sepertimu sudah tak lagi dibutuhkan. Jadi ...."

Zrat!

"Ah!" Hyerin memekik kencang. Kedua bola matanya terbelalak. Atmosfer dingin seakan mulai menyelimuti kulitnya.

"Ini jauh lebih mudah dibanding perkiraanku," ucap Minhae seraya menatap kosong pada mayat yang telah terbujur kaku di atas tanah. Kepalanya terputus dari leher, darah mengucur di sekitarnya.

"K-kau ...," Hyerin terbata. Tak ada hal lain yang dapat dilakukannya selain memandang takut dan tetap berdiri di sana. Tangannya masih tergantung, sehingga ia tak dapat lari.

Minhae mengarahkan pandangannya pada Hyerin. Wajahnya terlihat datar, tak sedikit pun rasa bersalah di sana.

"Hm?"

"Kenapa kau ... membunuh ibuku?!" teriak Hyerin sekuat tenaga.

***

Ren berlari di sekeliling ruang bawah tanah, mencari jalan keluar. Tiga puluh menit telah berlalu, namun ia belum sama sekali menemukan titik terang.

"Senang bertemu denganmu lagi."

Ren menghentikan langkah ketika suara itu terdengar. Ia mengerutkan kening, lalu berbalik untuk melihat siapa yang berbicara.

"Halo, Park Ryeon. Lama tak jumpa."

"Katazura Ryuusei!" seru Ren membelalakkan mata, "kau ... kenapa kau bisa ada di sini?!"

Pemuda itu memasukkan kedua tangannya ke saku celana, berjalan santai mendekati Ren. Wajahnya seolah tengah menikmati ekspresi kaget Ren.

"Kenapa?" ulangnya, "dan tolong berhenti memanggilku begitu. Sekarang aku ini Lee Tae Jin, kau tahu."

Ren menggertakkan giginya. Emosinya benar-benar ingin meledak sekarang. Tentu saja, Ren tahu siapa pemuda yang berdiri di hadapannya ini.

Kakak kandung HyerinーKatazura Ryuusei.

Anak yang hilang.

***

Ten Chapters in MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang