OST for this chapter : Yousei Teikoku - Kuusou Mesorigiwi
***
"Ah, rasanya melelahkan sekali!" Ren merenggangkan kedua tangannya ke atas, mengusir rasa pegal.
"Sudah kubilang berhenti melakukannya, namun kau selalu saja, ugh ...," gerutu seorang wanita dari balik dapur. Ren yang duduk di kursi makan hanya dapat tersenyum simpul.
"Waffle, aku butuh waffle," ucap Ren setelah mencium aroma kue dari dapur. Suara wanita itu terdengar tertawa pelan.
"Iya, ini," ia pun membalas seraya keluar dari dapur. Wanita itu mengenakan sebuah celemek warna merah muda yang imut. Rambut hitam panjangnya tergerai sepunggung, senyumnya manis menghias wajahnya yang cantik.
Setelah meletakkan sepiring waffle coklat di atas meja dan meletakkan celemeknya, ia ikut duduk di hadapan Ren dan menatap pria itu dengan senyum yang masih sama. Sementara Ren, ia nampak tak lagi sabar untuk menikmati makanan favoritnya itu.
"Kau tetap tidak berubah, Ryeon," gumam wanita itu pelan, membuat Ren mengangkat sebelah alisnya meski masih terfokus pada waffle yang disantapnya.
"Aku hanya berharap kita terus begini. Selamanya," lanjutnya lalu memandangi kakinya di bawah meja makan. Senyumnya tak lagi seriang tadi, kali ini terlihat sedikit murung.
Ren menyadari perubahan ekspresi pada wajah cantik itu. Ia menghentikan makannya, lalu menggenggam kedua tangan si wanita untuk membuatnya kembali tenang.
"Kau tidak perlu khawatir. Aku berani jamin kita bisa terus seperti ini, Sayang. Aku benar-benar tak ingin kehilanganmu lagi, Azusa."
Wanita itu mendongak, menatap Ren tepat di manik mata. Mata merah pekatnya yang tadi memancar kesedihan, berubah menjadi secercah kebahagiaan dan harapan.
Ia menyunggingkan senyuman terbaiknya. "Terima kasih, Ren. Aku percaya kita akan baik-baik saja."
Namun sayangnya, suasana tenang itu tak bertahan lama. Mereka mendengar ketukan pelan dari pintu apartemen. Baik Azusa dan Ren menoleh. Lalu sesaat kemudian, Ren menatap Azusa, memberi tanda bahwa ia yang akan membukanya.
Ren pun bangkit dari duduk, lalu berjalan pelan menuju pintu apartemen yang berwarna putih pucat itu.
Cklek!
"Permisi, apa kau kenal dengan gadis yang bernama Katazura Azusa? Kami mendapat informasi bahwa ia tinggal di sini."
Ren mengerutkan kening sekaligus menelisik penampilan lawan bicaranya. Ada dua orang di hadapannya, dua pria dengan setelan baju biru dongker. Seragam polisi.
"Ada apa?" tanya Ren mengintimidasi.
"Kami mendapat perintah dari pihak kepolisian untuk menangkap yang bersangkutan atas kasus pembunuhan 7 mahasiswa dan menjadikan mereka boneka. Kami telah menemukan bukti-bukti kuat dari lokasi kejadian," jelas salah satu yang tadi berbicara. Sementara satu orang lain juga ikut menimpali,
"Kau pasti tahu, 'kan, agen Ren? Mantan anggota Eagle Eyes, Park Ryeon."
Ren menyipitkan mata, lalu menyeringai.
"Maafkan aku, tapi istriku sedang tidak ingin diganggu. Bagaimana jika kalian menjadi boneka yang selanjutnya?"
Setelahnya, Ren menutup pintu apartemen itu dan kembali ke ruang makan dengan santainya. Sementara Azusa menatapnya dengan senyumーsenyum yang terlihat menyeramkan.
"Asik, aku akan buat boneka baru lagi!" serunya riang, lalu memeluk Ren semangat.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Chapters in Mystery
Mystery / ThrillerDalam sepuluh bab, penulis akan menceritakan kisah Park Ryeon, seorang agen mata-mata Korea Selatan yang ditugaskan untuk mencari mafia buronan seluruh dunia; Lee Dong Jin. Lewat perantara Kim Hye Rin, ia berusaha keras mengorek informasi soal mafia...