Book.23. Tersangka.

4.6K 238 10
                                    

"Kerja lo bagus juga." Ucap seseorang dengan smirk nya.

"Tentu, asalkan gue bisa buat 'dia' jadi terluka secara perlahan walaupun secara tak langsung." Kata lawan bicaranya.

"Gak salah pilih partner gue."

-----------------------------------------------------------

Clara POV!

Ini dimana? Kenapa semuanya putih? Dan kenapa bisa aku ada disini?

"Eemmm" tiba-tiba saja kepalaku pusing dan aku ingat apa kejadian sebelumnya,

aku kecelakaan.

Yah, aku kecelakaan ya? Aku ingat, muka Famrez terlihat panik, mungkin? Atau itu hanya perasaanku? Hahahahaha....

Semuanya hambar. Hubungan ini.

Pertunanganku awalnya memang karena mama. Tapi, lama kelamaan aku mulai mengetahui beberapa alasan mama melakukannya, aku bodoh karena menolak kebaikan orang tua ku sendiri. Anak seperti apa aku yang hanya melihat dari sisi ego ku? Aku menyesal. Dan semakin lama aku terhanyut dalam hubungan ini bersama Famrez, lelaki tampan yang bahkan menjadi musuh bebuyutanku itu. Disisi lain dia dapat membuatku tertawa. Tapi dia juga yang dapat membuatku menangis.

Alasannya karena dia.

Karena aku mencintainya.

Ternyata kisah cintaku tak seindah kisah cinta di negri dongeng. Kisah vinta dimana awalnya sang putri tersakiti namun lama-kelamaan perjuangannya membuahkan hasil karena sang pangeran mencintainya. Tapi bagaimana denganku? Aku tahu, aku pernah dengar dati Famrez bahwa ia mencintaiku. Tapi apa? Bukankah saat itu dia sudah tahu aku mencintainya?

Ini seolah aku memaksakan ia untuk mencintaiku. Mungkin ia kasihan terhdapku, jadi ia TERPAKSA jatuh cinta padaku. Hah, menyedihkannya aku.

Sekarang aku koma dengan keadaan di suatu tempat yang aku tak ketahui, semuanya putih dan aku duduk di sebuah bangku. Satu-satunya bangku disini.

"Hey, manja. Lo kenapa nggak bangun-bangun sih?" Aku mengenali suara ini.

"Emang enak ya tidur lama-lama sampe ngebuat orang khawatir." Famrez, apa ia khawatir? Aku mencoba menengok kesana kemari yang semuanya putih. Berusaha mencari asal suara kekasihku itu.

"Lo tuh seneng ya buat gue jadi cerewet?"memang, ia menjadi cerewet. Tapi, suaranya menjadi lebih serak?

"Gue kangen lo, sweetie." Gosh! Apa dia bilang? Sweetie, jujur itu menggores hatiku tapi juga membuatku senang. Pilihan antara kecewa saat kesimpulanku yang menyimpulkan ia terpaksa mencintaiku dan perasaan bahagia yang melimutiku karena ia berada disisiku.

"Jahat ya, gak bangun-bagun." Bukan, gue juga mau bangun bego! Gue kangen elo juga! Tapi kemana? Dan buat apa? Toh, gue akan ngeliat lo sama Elli lagi kan? Terus buat gue nangis lagi? Gue capek nangis terus. Gue pengen kita bahagia bersama tanpa orang ketiga.

--------- Clara POV End.

Clara masih bergeming di tempatnya, ia sudah celingak celinguk mencari suatu jalan. Tetapi, tubuhnya tak mau berdiri dari tempat itu. Kenapa ia tak bangun?

Keinginannya untuk bangun dari koma dan kesedihan atas kekecewaannya pada Famrez sedang berperang dalam batinnya. Entah siapa pemenang dari perang itu, kehancuran hati ataukah cinta?

Famrez terus saja menunduk sambil memegang tangan Clara, menggeggamnya seolah tak ingin Clara pergi.

Sudah 2 minggu Clara tak kunjung bangun. Tapi, Famrz tau bahwa Clara akan bangun, ia yakin. Sembari menunggu Clara, Famrez beserta Ev terus mencari posisi si penabrak.

LAST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang