1. First Meet

159 15 1
                                    

.....

Gadis mungil dengan rambut panjang yang ia kuncir kuda itu berjalan santai melewati jalanan sepi yang mengantarkan langkahnya menuju rumahnya. Bibirnya tak henti menyenandungkan lagu-lagu yang ia sukai. Earphone berwarna biru itu tersumpal ditelinga kanan dan kirinya. Sesekali tampak matanya terpejam mencoba ikut larut dalam lagu yang ia dengarkan. Jari-jari mungilnya ia ketukkan pada telapak tangannya yang kosong.


Cause if you like the way you look that much

Oh baby you should go and love yourself

And if you think that I'm still holdin' on to somethin'

You should go and love yourself

Brakkkkk.....

Gadis itu sedikit terhuyung kebelakang saat tubuhnya membentur tubuh orang lain. Ia merapikam bajunya yang sedikit terangkat lalu mendongakkan wajahnya melihat seseorang yang ia tabrak. Cowok tampan dengan wajah babak belur didepannya dengan tampilan acak-acakkan.

"Soory...soory gue gak sengaja" ucap cowok itu sembari meringis. Gadis itu mengedipkan matanya konyol lantas menarik tangan cowok tersebut kearah taman yang kebetulan hanya bersebrangan dengan tempat mereka bertabrakkan. Setibanya ditaman gadis itu mendudukkan cowok itu dibangku taman.

"Kamu habis berantem? "Tanya gadis itu setelahnya tadi melepas earphone yang menyumpal telinganya. Cowok didepannya tak bergeming.

"Ehmmm...aku Alea. Kamu? "Ucapnya menjulurkan tangannya kedepan cowok didepannya. Cowok itu menatap tangan Alea yang terjulur sebentar namun sedetik kemudian ia membalas juluran tangan itu.

"Aka" ucapnya singkat. Alea mengangguk-anggukkan kepalanya lucu membuat tangan Aka mengacak gemas rambut Alea hingga berantakan. Dan hal itu membuat Alea salah tingkah. Gadis itu menundukkan wajahnya malu. Semburat merah dipipinya muncul tanpa dikomando.

"Soory. Gue reflek" ucap Aka tak enak. Alea menggeleng pelan lantas beranjak dari duduknya dan melenggang pergi setelah ia mengatakan akan kembali lagi beberapa menit kedepan. Setelah punggung Alea tak terlihat Aka menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia memejamkan matanya sebentar lantas memijat pangkal hidungnya.

"Papa gue udah mati! "Desisnya. Rahangnya mengeras. Tangannya mengepal membuat buku-buku jarinya memutih. Tak tahan menahan emosi cowok itu akhirnya meninju kursi taman yang ia duduki. Melampiaskan emosinya pada kursi besi taman hingga menyisakan memar biru ditangannya.

"Kamu apa-apaan sih! " suara itu membuat Aka menoleh dan menghentikkan aktifitas gilanya. Alea. Gadis itu berdiri beberapa meter darinya dengan pandangan yang tak bisa diartikan. Alea berlari kecil menghampiri Aka lantas duduk disamping Aka. Tangannya mengusap bahu Aka lembut.

"Aku obatin luka kamu biar gak infeksi" ucap Alea mengeluarkan obat merah,alkohol,hansaplast serta kapas yang baru saja ia beli di apotek dekat sini. Aka tak menjawab. Iris abu-abunya menatap lekat Alea yang sibuk dengan benda-benda didepannya.

"Emang berantem itu enak ya? "Tanya Alea polos. Tangannya menelusuri setiap inci wajah Aka yang penuh luka dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol. Aka terkekeh mendengar pertanyaan Alea.

"Enak. Kenapa? Lo mau nyoba? " tanya Aka. Entah kenapa gadis didepannya ini seperti memiliki magnet untuk membuatnya terus tersenyum. Alea menggeleng cepat.

"Gak! Gak mau! " pekiknya lucu. Gemas Aka mencubit pipi chubby milik Alea membuat sang empu kesakitan dan tanpa sadar menekan luka menganga Aka membuat cowok itu ikut meringis.

"Ashhhh...sakit le"protes Aka. Sadar apa yang telah dilakukannya Alea meniup-niup luka yang ia tekan tadi mencoba mengurangi rasa sakit yang dirasakan Aka. Aka tersenyum.

"Maaf ya" ucap Alea bersalah. Aka mengangguk ringan dan kembali mengacak rambut Alea. Alea kembali melanjutkan aktifitas mengobati luka Aka tanpa mempedulikan Aka yang mengacak rambutnya berkali-kali. Dengan telaten Alea membersihkan luka Aka, memberinya obat merah dan menutup luka Aka yang terlihat sedikit parah dibagian keningnya dengan hansaplast.

"Selesai" pekik Alea senang. Lagi, Aka mengacak rambut Alea. Entah sudah yang keberapa kalinya. Rambut yang tadinya rapi dengan ikatan kini sudah acak-acakkan. Kuncirnya tak tahu kemana.

"Makasih"

"Sama-sama"

Setelah itu.....

Hening.

Keduanya sama-sama menatap lurus kedepan dengan fikiran masing-masing. Semilir angin sore menerpa wajah keduanya. Alea. Gadis itu bingung harus berbicara apa. Pasalnya cowok didepannya terlalu misterius dan sulit ditebak baginya.

"Ehemm" deheman milik Aka berhasil membuat lamunannya pecah. Gadis itu sontak saja membenahi posisi duduknya agar tak terlihat salah tingkah dan terkejut. Aka yang melihat itu menahan kekehannya dengan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

"Ehmm...aku boleh tanya gak? " ucap Alea ragu sembari memainkan jari-jarinya. Gugup. Mungkin. Aka mengernyit lantas merubah posisi duduknya menjadi menghadap Alea. Dan itu membuat Alea makin gugup. AKA menaikkan satu alisnya sekali.

"Lo barusan udah nanya 'le" ucap Aka. Alea makin menundukkan kepalanya. Pertanyaan yang sudah tersusun diotaknya hilang seketika. Sadar, gadis didepanya tak merespon, Aka menarik dagu Alea pelan.

"Jadi tanya gak? " tanya Alea mengedikan sebelah matanya genit.

"Ehh..eng.."

"Apa? "Tanya Aka. Ia melepaskan tangannya dari dagu Alea menyadari bahwa gadis didepannya risih. Alea kembali menundukkan kepalanya memainkan jari-jarinya kembali.

"Ehmmm..aku mau tanya" ucap Alea lirih nyaris seperti bisikan. Matanya melirik Aka yang menatapnya dengan intens sekaligus penasaran.

"Kamu kok bisa babak belur kayak gitu?" Aka mengangguk-anggukkan kepalanya lantas mengacak rambut Alea(lagi)

"Gue berantem" singkat.padat.jelas.

"Ya berantemnya karena apa? " tanya Alea agak jengkel. Aka diam tak menjawab. Pandangannya kembali lurus kedepan. Sadar akan hal itu tangan Alea mengusap punggung tangan Aka yang berada dipaha cowok tersebut lembut.

"Maaf kalo aku lancang" ucapnya bersalah. Ia mendongakkan wajahnya memberanikam diri untuk menatap iris abu-abu milik Aka. Aka menundukkan kepalanya menatap balik Alea. Ia menggeleng pelan.

"Gapapa kok. Btw...rumah lo mana? Biar gue anter"

"Eh..gak usah rumah aku deket sini kok"elak Alea. Aka menggeleng lantas beranjak dari duduknya dan menarik tangan Alea lembut. Menggandengnya keluar taman. Alea pasrah. Ia sesekali mendongakkan wajahnya melihat wajah Aka yang lebam. Ia bisa melihat dari mata Aka. Cowok didepannya tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Sepanjang perjalan hanya ada keheningan. Tak ada.topik yang dibicarakan. Hanya suara bising kendaraan yang berlalu lalang. Sesekali juga Aka mencuri pandang pada gadis disampingnya.

"Ini rumah aku. Makasih ya. Kamu mau mampir dulu? " ucap Alea saat sampai didepan rumahnya. Rumah bergaya minimalis bercat hitam putih dengan taman kecil dipelatarannya. Alea membuka pagar rumahnya pelan dibantu dengan Aka agar gadis itu tak keberatan membuka. Alea tersenyum hangat pada Aka.

"Mau masuk?" Tanya Alea mengulang pertanyaan sebelumnya. Aka menggelengkan kepalanya lantas membalas senyum Alea. Diacaknya rambut Alea gemas.

"Next time aja ya"

"Yaudah. Kamu pulangnya hati-hati. Jangan berantem lagi. Kan sayang muka ganteng kamu"

"Oh jadi gue ganteng" ucap Aka mendekatkan wajahnya kearah Alea hingga hanya berjarak satu jengkal. Aka menaik turunkan alisnya menggoda. Alea memundurkan badannya gugup berusaha menjauh dari Aka.

"Hahahaha."tawa Aka lepas saat melihat wajah gugup Alea yang menurutnya lucu dan menggemaskan. Tangannya melayang mencubit pipi chubby milik Alea.

Alea diam.

Bingung harus berbuat apa.

"Gue pulang dulu ya" pamit Aka yang dibalas anggukan oleh Alea. Cowok itu berbalik lantas melangkah pergi menjauh dari rumah Alea.

.....

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang