8. Fact

32 8 0
                                    

.....

Hari ini adalah hari ketiga sejak Aka memberikan ia dua pilihan yang menurutnya sangat-sangat membingungkan. Alea menyandarkan punggungnya pada bangku dibawah pohon Akasia bersamaan dengan helaan nafasnya. Ia memejamkan matanya sepersekian detik.

"Aku yakin! Aku gak egois" gumannya pelan.

Alea mendongakkan kepalanya saat merasakan tepukan pada bahu yang sangat familiar. Aka. Cowok itu berdiri dibelakangnya dengan tampilan acak-acakkan dan ini lebih parah dari hari sebelumnya menurut Alea.

Dasinya dilonggarkan dan sedikit miring. Kemeja putihnya keluar semua dari celana dengan ada sedikit noda kotor dibeberapa bagian. Rambut basah dan acak. Ikat pinggang yang sudah tak berada ditempatnya. Dan tas ransel yang Aka tenteng penuh dengan noda kotor.

"Kamu habis dari mana?"tanya Alea yang sudah kembali pada posisi duduknya. Aka mengendikkan bahunya dan melompati bangku hingga duduk disamping Alea.

"Kenapa? Lo kangen sama gue?"tanya Aka mengerling nakal. Alea memutar bola matanya jengah.

"Cieee akhirnya lo bisa kangen juga sama gue."seru Aka girang. Tangannya menoel-noel pipi Alea berkali-kali.

"Tuh kan. Annoyingnya kumat"

"Tapi suka kan?"

"Idihhh PD banget kamu."

Alea beranjak dari duduknya setelah mengatakan itu. Aka tersenyum lantas ikut beranjak dan menggapai lengan Alea. Diputarnya tubuh mungil Alea hingga menghadapnya.

"Ngambekan lo"cibir Aka. Alea tak menggubris sama sekali sibuk bergelut dengan fikiran juga perang batinnya tentang pilihan yang diajukan Aka.
.
.
.
.
.
.
HENING!
.
.
.
.
Aka masih tetap berdiri dihadapan ALea. Matanya lurus menatap Alea yang kian menunduk. Ia menyelipkan beberapa anak rambut kebelakang telinga Alea. KEbetulan hari ini Alea mengurai rambutnya.
.
.
.
.
"Ehmm A-ku-"

"Aku apa? Kok kayaknya lo gugup gitu sih"

"Aku udah milih" ucap Alea, kini dirinya memberanikan diri untuk menatap balik Aka. Aka menaikkan sebelah alisnya seperti biasa menunggu kelanjutan kalimat Alea.

"Kamu yang bahagia" ucap Alea mantap tak lupa senyum yang selalu disukai Aka bertengger manis dibibir pink Alea. Aka masih diam. Berusaha mencerna setiap katanya.

"Kenapa? Kenapa lo gak milih opsi yang kedua?" Alea menggeleng pelan. Alea meraih jari jemari Aka mengaitkan pada jemari miliknya.

Pas!

Mungkin itu kata yang cocok untuk kaitan jari mereka.

"Gapapa"

'Karena kebahagiaan kamu juga kebahagiaan aku' lanjut Alea dalam hati.

.....

"Besok gue jemput jam 7 pagi,ok?"

"Mau ngapain?"

"RA-HA-SI-A" ucap Aka penuh penekanan disetiap penggalan kata yang ia ucapkan. Wajahnya ia condongkan kedepan menghapus jarak antara dia dengan Alea dengan senyum genit miliknya. Alea menampol wajah Aka dan memundurkannya hingga jauh. Aka terkekeh pelan.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang