4. Holding Hands

41 14 0
                                    

.....

"Le gue duluan ya, bye"pamit Maura saat keduanya sudah berada didepan gerbang sekolah mereka. Alea mengangguk kecil.

"Hati-hati"pekik Alea saat Maura sudah berjalan beberapa langkah. Maura sedikit membalikkan badannya lantas mengacungkan ibu jarinya diudara dengan senyum yang ia tujukan untuk Alea.

Alea menyandarkan tubuhnya pada batang pohon mangga yang menjulang tinggi disamping gerbang. Matanya melihat kearah jalan raya yang ramai. Seperti biasa ia pulang dengan angkutan umum. Alasan klise! Ia gak suka diantar jemput soalnya dia setiap pulang sekolah mampir ketoko buku paling tidak 3kali seminggu.

"Naik! "Suara itu lagi. Aka.

"Naik! "Ucap Aka memerintah. Alea menggeleng menolak ajakan Aka.

"Gak usah"tolaknya. Aka berdecak lantas turun dari motornya.

"Naik atau gue berantem lagi"ancam Aka. Alea menegakkan tubuhnya lantas menggeleng cepat.

"Jangan berantem lagi"rengek Alea. Aka tersenyum puas lantas menaiki motornya yang disusul oleh Alea. Alea mencekram bahu Aka sebagai pegangan. Jujur, ini baru pertama kalinya Alea naik motor kuda kayak gini.

"Jangan langsung pulang. Aku mau ketoko buku dulu"ucap Alea memberitahu. Aka mengangguk lantas menyalakan mesin motornya. Tak lama motor milik Aka melaju meninggalkan sisa asap didepan gerbang sekolah mereka. Alea mencekram jaket kulit yang dipakai Aka kuat pasalnya cowok ini membawa motornya dengan laju yang gak bisa dibilang pelan.

"Kalo pegangan itu kayak gini. Entar jatuh. Gue yang salah"ucap Aka berlomba dengan suara deru mesin motor. Tangannya meraih satu per satu tangan Alea lantas melingkarkannya pada perutnya.

Jantung Alea berdetak tak karuan saat Aka menyuruhnya memeluknya dari belakang. Ia berharap Aka tak merasakan jantungnya yang berdegub dua kali lebih cepat. Sama halnya dengan Alea, jantung cowok itu berdegub lebih kencang dari biasanya. Ia sebisa mungkin memfokuskan dirinya.

"Kalo gue inget-inget gue gak ada riwayat sakit jantung deh"batinnya.

.....

Alea turun dari motornya diikuti Aka setelahnya cowok itu melepaskan helm miliknya. Alea merapikan roknya yang sedikit naik keatas dan seragam yang sedikit kusut sedangkan Aka mengacak rambutnya singkat lantas tangannya mengenggam tangan Alea yang menggantung bebas. Cowok itu menggandeng Alea dari tempat parkir hingga masuk ketoko buku. Alea diam membiarkan tangan Aka menggandengnya toh selama itu tak membuatnya risih kenapa enggak justru ia merasa nyaman. Aka tersenyum penuh arti saat Alea tak menolak atau melepaskan genggamannya.

Holding hands : "Kenali aku lebih jauh"

Ini merupakan langkah awal cowok kalau dia pengen dekat dengan cewek yang disukai. Menggenggam semua jari jemari cewek atau cuma beberapa jari aja. Tapi di balik genggamannya mengisyaratkan kalau dia pengen kamu mengenalnya lebih jauh lagi, dan nggak cuma sekedar teman biasa. Kalau kamu nggak menolak genggaman tangannya ini, maka dia tahu kalau diijinkan untuk mengenalmu dan dengan senang hati akan membiarkanmu mengenal dirinya. So girl, this is first big step for you to catch him.

Sembari Alea memilih-milih buku Aka melihat-lihat playlist ipod milik Alea yang sempat ia pinjam tadi. Aka juga mendengarkan beberapa lagu yang ada di playlist. Matanya sesekali melirik Alea yang tak merasakan risih sedikitpun saat tangannya ia genggam. Ia melirik kilat gandengannya sebelum ia benar-benar fokus pada ipod Alea lagi.

"Yuk,udah"ucap Alea menyadarkan Aka dari dunianya. Ia mengangkat kepalanya lantas mengangguk menarik Alea menuju kasir.

"Mana bukunya?"tanya Aka. Alea menunjukkan 2 buku yang ia dapat pada Aka. Aka menyambar buku itu lantas memberikannya pada kasir. Saat Alea hendak mengeluarkan dompetnya Aka menahannya.

"Gue yang bayar!"ucap Aka dengan nada yang tak bisa dibantah. Ingin protes tapi telunjuk Aka sudah menempel pada bibirnya menbuat ia mengurungkan niatnya.

"Makasih mbak"ucap Alea saat kantong plastik yang berisi buku itu berpindah ditangannya.

.....

"Ka ini bukan jalan kerumah aku! "Pekik Alea berseteru dengan deru notor. Aka diam tak merespon. Tak lama motornya ia tepikan ditaman kota. Ia mengintruksi Alea untuk turun.

"Taman kota? Ngapain?"tanya Alea bingung. Matanya menelusuri setiap sudut taman kota. Taman kota dijam seperti ini memang lumayan ramai.16.02. Aka kembali mengaitkan jarinya pada beberapa jari Alea sama seperti yang ia lakukan ditoko buku tadi. Alea melirik sekilas lalu mengulum senyum tipis dibibirnya.

"Dulu gue sering kesini"ucap Aka saat keduanya sudah berada ditengah-tengah taman kota. Aka duduk dibangku taman yang kosong. Alea memutar badannya melihat kesemua penjuru taman kota. Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki ditaman kota sebelumnya ia tak pernah. Ia selalu menghabiskan waktunya dikamar. Sekedar membatasi dirinya dengan dunia luar namun Aka berhasil menariknya keluar dari dunia yang ia buat sendiri. Aka berhasil membuat Alea membuka mata bahwa dunia tak seburuk yang ia bayangkan. Dan Aka adalah cowok pertama yang ada dihidupnya setelah papa.

"Makasih" Aka mengernyit saat Alea mengeluarkan kata terima kasih dari bibirnya. Ia menaikkan alisnya singkat. Alea duduk disamping Aka. Matanya memandang kedepan. Jari Aka kembali meraih jari Alea. Kaitan mereka sempat lepas tadi saat Ale memutar tubuhnya.

"Kamu cowok pertama dihidup aku setelah..." Alea menghela nafasnya sebentar "setelah papa" lirih. Alea mengucapkan kata pengulangan papa.

"Oh ya kalo gitu gue boleh gak jadi cowok pertama yang sayang..ehmm ralat cinta sama lo"celetuk Aka. Alea kaget bukan main. Ia reflek menegakkan badannya. Ia menatap manik mata Aka yang kini menatapnya.
"Becandanya gak lucu"ucap Alea memukul bahu Aka. Aka mengernyitkan dahinya sebentar.

"Gue serius! Tapi lo gak perlu jawab sekarang. Asal lo tahu lo cewek yang gue cintai setelah mama gue."ucap Aka mantap. Alea mengerjapkan matanya konyol. Aka terkekeh pelan. Alea tak menjawab ia memilih memainkan ujung seragamnya dengan tangan kanan yang tak berkait dengan Aka. Pandangan Aka kini hanya terfokus pada Alea yang sibuk memainkan ujung seragamnya.

Alea.
Gadis yang berhasil menarik perhatiannya. Gadis polos yang mampu membuat ia berdebar saat berada didekatnya. Terlalu cepat memang untuk menyimpulkan ini Cinta. Tapi bukankah Cinta datang tiba-tiba dan tak tahu waktu? Aka tak mau buru-buru sebenarnya tapi ia terlalu takut untuk kehilangan sosok mungil yang mencuri hatinya maka dari itu dia memberanikan dirinya untuk jujur. Jujur itu mahal bukan?

Aka hanya ingin Alea tahu namun Aka tak memaksa Alea untuk membalas perasaannya. Cukup Alea tahu itu sudah cukup.

Aka ingin mengenal sosok Alea lebih jauh lagi.

.....

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang