11. Moby?I Love You!

32 7 0
                                    

.....

"Pak ketopraknya 2 ya".ucap Aka pada bapak-bapak penjual ketoprak. Bapak penjual itu mengangguk pahan, dan setelah itu Aka menghampiri Alea yang kini duduk dicabbien mobil sembari mendongakkan kepalanya menatap langit malam yang pekat.

"Lihatin apa?" Tanya Aka setelah ia duduk disebelah Alea. Alea melirik Aka dengan ekot matanya sebentar lalu fokus kembali pada langit.

"Langitnya bagus. Jarang banget bintangnya sebanyak ini. Biasanya dikit bahkan nyaris gak ada" ucap Alea. Auto fokus Aka kini hanya pada Alea, mata hazel yang berbinar itu membuat Aka hanyut.

"Waktu kecil aku pernah punya mimpi, aku pengen banget jadi bintang. Bintang Sirius."

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Emmm...maksud gue, kenapa harus Sirius? Kenapa gak bintang lain?"

Alea mengangguk mengerti." Karena Sirius itu bintang paling terang. Aku pengen bisa jadi penerang buat orang-orang yang aku sayangi. Aku pengen kaya Sirius, yang selalu terang dalam segala kondisi. Meskipun...."

"Meskipun umur Sirius itu pendek?" Sambung Aka. Alea mengangguk pelan. Aka merangkul bahu Alea membawanya kedalam dekapan.

"Hey denger. Lo gak perlu jadi Sirius untuk bisa kayak gitu. Cukup lo selalu tersenyum, gue rasa itu udah lebih dari cukup. Dan gue mohon, selalu ada disamping gue ya? Bisa?. Gue sayang sama lo!" Alea diam tak bergeming. Aka tersenyum simpul lantas mengusap pipi Alea.

"Gak perlu dijawab" tambah Aka.
"Mas..ini ketopraknya" Aka melepaskan rangkulannya pada Alea.

"Makasih pak"

.....

"Jadi, gimana?" Tanya Alea kepada Maura. Saat ini keduanya berada dikelas. Kebetulan jam ke-1,2dan3 kosong karena guru rapat. Maura meletakkan tangannya pada paha Alea.

"Arghhh...pokoknya tadi malam tuh. Amazing banget. Siar romantis gila. Hampir kehabisan oksigen tahu gak" ucap Maura girang. Mata hijau milik Maura berbinar menandakan bahwa Maura memang bahagia. Alea tersenyum simpul ikut bahagia.

"Lo tahu kemarin tuh. Dia pertama ngajak gue makan. Terus habis itu ngajak gue main ketempat tongkrongannya dan doi ngenalin gue sama temen-temennya, dan lo tahu Siar bilang apa?"

"Emang Siar bilang apa?"

"Siar bilang ketemen-temennya kalo gue ini calon dia....arghhhh gue happy banget sumpah. Gue gak bisa move on dari semalam" sorak Maura,beruntung dikelas hanya ada mereka berdua, karena murid yang lain bisa dipastikan sudah ada dikantin ataupun lapangan.

.....

[Alea]

Aku memainkan ipod ku sekedar membunuh kebosanan. Tadi disaat jam pelajaran memasuki jam kedua, Siar datang mengajak Maura pergi kekantin. Jadilah, aku dikelas sendirian. Coba aja ada Aka pasti aku gak sendirian. Eh? Apasih le. Mikir apa coba. Anjirrr kenapa jadi Aka sih?

Aku mengangkat kepalaku dan beranjak dari duduk. Aku memutuskan untuk keluar dari kelas, sekedar duduk dikursi koridor yang ada didepan kelasku melihat anak basket yang mungkin sedang bermain dijam kosong seperti ini. Dan ya, tebakanku benar. Anak basket ada disana termasuk Aka. Jelas saja cowok itu tak muncul.

Aku kembali memfokuskan diriku pada novel yang ada dipangkuanku. Sebuah novel fiksi yang baru saja aku beli beberapa waktu lalu bersama Aka.

Lagi dan lagi Aka lagi. Cowok itu memang pintar dalam menarik perhatian seseorang. Aku bisa melihatnya secara jelas daru sini. Rambut coklatnya yang terkena sinar matahari itu berkibar seiring dengan gerakan Aka yang lincah.

Keren!

Mungkin itu yang dapat menggambarkan Aka saat ini.

Pertama, bertemu cowok itu aku sudah memiliki simpati padanya.
Dan sekarang, sebuah rahasia besar dari seorang Aka sudah aku ketahui. Aku cukup paham akan Aka. Kehilangan sosok yang kita sayang memang sangat susah. Dan didunia ini gak ada yang mau kehilangan.

"Hey" sapaan yang sangat familiar itu masuk ketelingaku lengkap dengan sedikit toelan dipipi. Aku menoleh kearah samping. Aka.

Sejak kapan dia disini?

"Dari tadi" ucapnya seolah tahu apa yang aku pikiranku. Aku mengernyitkan keningku saat pandanganku menangkap goresan dikeningnya dengan sedikit darah yang menetes. Seolah tahu apa yang aku perhatikan, Aka menggelengkan kepalanya dan mengusap keningnya yang terdapat goresan dengan asal.

"Ehhhh kok digituin sih"protesku tak terima. Aku merogoh saku seragamku mengambil sehelai tisu.

"Nih pakai" ujarku menyodorkan tisu tersebut. Aka melirik tisu dan aku secara bergantian membuat aku menaikkan sebelah alisku.

"Pakai'in" rengeknya dengan puppyeyes-nya. Dan kalian harus tahu, wajah Aka jika seperti ini tuh cute abis. Dan aku yakin gak bakalan ada yang nyangka kalau Aka bisa semanja ini.

"Dasar manja!" Dengusku seraya menempelkan tisu pada keningnya.

"Pelan-pelan by"

"By?"

"Moby"

"Apaan tuh?"

"Monyet Chubby" serunya seraya berlari pergi meninggalkan aku menuju lapangan basket. Aku melotot kesal.

Moby? Monyet Chubby

Inget ya monyet! Belakangnya bagus tapi depannya itu yang bikin kesel. Aku memalingkan pandanganku pada lapangan basket. Disana ada Aka berdiri sembari menatapku dan sedetik kemudian ia mengedipkan matanya jahil.

"Alea! Gue Sayang Lo Moby!" Serunya membuat aku membelalakkan mata kaget dan semua orang yang berada disekitar tribun dan lapangan basket menoleh kearah Aka dan sepersekian detik pandangan mereka tertuju padaku. Aku menundukkan kepalaku memilih melihat ujung sepatuku, tak berani membalas tatapan sinis dari para fans Aka. Dan aku berdoa, semoga setelah ini semuanya baik-baik saja.

Ya, baik-baik saja.

Semoga.

Tinggg...

Ponselku berdering membuat fokusku sedikit teralihkan. Aku merogoh saku seragamku mengambil ponsel dengan sedikit takut. Takut jika tiba-tiba ada yang melabrakku disini.

Moby? I Love You!
.
.
.
Btw, ini beneran! Gue serius!

Aku makin membelalakkan mataku membaca pesan dari Aka yang menurutku konyol.

Ini apa?

Aku mengangkat kepalaku takut-takut melihat kearah lapangan basket. Disana ada Aka dengan senyum tipis yang masih bisa aku lihat. Aku kembali menundukkan kepalaku menatap ujung sepatuku(lagi)

Dan, semoga setelah ini, Semuanya akan kembali seperti semula.

Dan baik-baik saja.

Ya, baik-baik saja.

......

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang