2. Broken Home

68 13 0
                                    

.....

Semilir angin malam menerpa wajah gadis berambut hitam legam itu. Rambut yang sengaja ia gerai berterbangan. Ia menyelipkan sejumput rambut kebelakang telinga dengan tangan kirinya lantas menyeruput hot chocolate. Matanya menatap lurus kedepan menikmati gemerlap malam kota dari balkon kamarnya. Fikirannya melayang pada kejadian sore tadi.

"Alea!"

Ya dia Alea.

Alea membalikkan badannya dan mendapati sosok wanita paruh baya berdiri diambang pintu.

"Kenapa? "

"Gapapa. Mama kira kamu udah tidur"

"Yaudah mama kekamar ya"lanjutnya. Alea mengangguk lantas tersenyum hangat. Ia membalikkan tubuhnya kembali saat punggung mamanya sudah tak terlihat.

Aka.

Ngomong-ngomong soal Aka. Cowok itu berhasil menarik perhatiannya. Ia tersenyum kecil saat mengingat kejadian sore tadi. Cubitan Aka sore tadi masih terasa jelas. Senyum Aka sore tadi masih ia ingat betul. Cowok itu begitu misterius membuat Alea penasaran. Lebam wajahnya. Dan desisannya sore tadi.

Dibelahan bumi lain......

"Aka!"

Suara itu berhasil menghentikan langkah Aka yang ingin menuju kamarnya yang berada dilantai 2. Ia hanya diam tak berniat membalikkan badan atau sekedar melirik.

"Mau kemana kamu?" Suara bariton itu terdengar kembali. Aka diam dan berniat melanjutkan langkahnya namun baru satu langkah suara itu kembali mengintruksinya.

"Mau papa apa sih? " seru Aka jengah. Ia benar-benar muak. Laki-laki yang dipanggil papa itu berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya beberapa langkah.

"Seharusnya papa yang tanya kayak gitu! Mau kamu apa? Tiap hari kerjaannya keluyuran mulu. Gak ada kerjaan lain? " Aka membalikkan badannya menghadap laki-laki paruh baya. Ia menaikkan satu alisnya.

"Gak ada kerjaan? Papa yang gak ada kerjaan! Papa mikir gak sih mama itu masih istri sah papa. Tapi papa tiap malam bawa jalang mulu. Dan sekarang..." Aka menghentikan ucapannya lantas melirik wanita yang duduk disofa dengan dandanan glamour. "Dan sekarang papa bawa jalang lagi! Dimana hati papa?"

Tumpah sudah emosinya.

Plakkkkk...

Tamparan itu mulus mendarat dipipi kanan Aka yang masih lebam. Aka tersenyum miring.

"Papa belum puas?" Tanyanya. Ia tersenyum kecut lantas berlari kecil menuju lantai dua. Sedangkan Ardi-papaAka-. Ia menundukkam kepalanya menatap tangannya yang tadi begitu mudahnya melayang pada pipi Aka.

Kejadian tadi siang terulang lagi. Dimana ia dengan tega menyuruh beberapa orang suruhannya memukuli Aka karena Aka kurang ajar pada wanita yang Aka sebut jalang. Wanita yang saat ini bersamanya.

.....

"Kamu berantem lagi sama papa? " tanya wanita paruh baya berambut coklat dengan mata biru-nya. Ia mengusap rambut AKa dan lengan Aka bergantian. Aka diam. Cowok itu makin menenggelamkan wajahnya pada leher wanita itu.

"Jawab mama sayang! " titahnya.Clarine-mamaAka-. Aka menghela nafas sebentar lantas menarik tuubuhnya dan menghadap ke sang mama. Clarine tersenyum hangat. Senyum yang merupakan surga kecil milik Aka.

"Sayang..mama denger semuanya. Papa nampar kamu kan?  Mama minta maaf ya" ucapnya. Aka menggeleng tak setuju. Digenggamnya tangan sang mama.

"Mama gak salah kok kan yang nyuruh mama gak keluar dari kamar aku" ucap Aka. Clarine mengangguk singkat lengkap dengan senyum hangat khas seorang ibu. Ia merentangkan tangannya memberi isyarat pada Aka agar memeluknya. Aka yang mengerti itu langsung menubrukkan dirinya pada sang mama. Ia menenggelamkan wajahnya pada lekukan leher sang mama. Matanya ia pejamkan sejenak.

.....

Aka menatap lurus kearah langit. Langit malam ini begitu terang. Para bintang berjejer menemani bulan menerangi pekatnya malam. Angin malam begitu dingin menusuk tulang dan jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, tapi itu tak membuat Aka beranjak dari balkon.

"Gue bakal jaga mama buat lo"guman Aka lirih. Ia memejamkam matanya menikmati angin malam yang kian dingin. Tiba-tiba sekelebat bayangan muncul diotaknya. Gadis berambut hitam kecoklatan dengan iris mata hazel yang ia membersihkan lukanya sore tadi. Tanpa sadar bibirnya tertarik membuat sebuah lekukan manis. Senyum.

"Alea"

.....

Aka memutar knop pintu kayu jati berwarna putih dengan ukiran-ukiran kayu khas jepara. Ia tersenyum saat dilihatnya wanita yang ia sayangi sedang tertidur pulas dibalik selimut. Aka melangkahkan kakinya menggunting jarak anatara dia dan sang mama. Ia duduk ditepi ranjang. Matanya menelusuri setiap sudut kamar ini. Foto keluarganya masih terpampang jelas di dinding kamar. Lukisan-lukisan cantik yang pernah Aka dan dia buat masih ada. Tersusun rapi disetiap sudut. Aka tersenyum miris. Fikirannya terlempar pada masa dimana keluarga kecilnya yang bahagia dengan pondasi kokoh yang begitu kuat. Tapi,  sekarang? Semuanya berubah. Dua pondasi itu hilang. Yang satu hilang dan yang satu runtuh pelan-pelan. Rumah yang dulunya adalah surga bagi Aka kini menjadi neraka jahanam baginya.

"Sayang.." suara itu berhasil membuat lamunan Aka buyar. Setengah terkejut ia menoleh kearah samping. Didapatinya sang mama yang tersenyum kearahnya dengan posisi setengah duduk.

"Aka bangunin mama ya? "Tanya Aka tak enak. Clarine menggeleng tanda tidak. Ia membenarkan posisinya dan sekarang posisinya duduk bersila menghadap Aka.

"Kamu ngapain kesini?" Tanya Clarine lembut. Dan seperti biasa tangannya mengusap rambut coklat Aka. Iris biru miliknya beradu dengan iris abu-abu milik Aka. Dari matanya ia bisa melihat ada banyak luka di mata Aka.

"Kamu mau cerita sesuatu?" Tanyanya lagi. Sadar Aka tak akan mengucapkan sesuatu Clarine langsung menarik Aka membawa cowok yang masih dalam masa puber ini kedalam pelukannya. Sesekali Clarine mencium rambut Aka. Menghirup wangi anak laki-laki nya.

"One...four...three Aka."bisiknya pada Aka. Aka tersenyum tipis namun tak bisa dipungkiri bahwa matanya berbinar bahagia.

"One..four..three"ulang Aka dengan gumanan lirih tapi masih bisa didengar oleh Clarine.

.....

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang