7. Which One

30 8 1
                                    

.....

Pagi ini seperti biasa Alea sudah berada disekolah. Cewek itu sedang berjalan dikoridor yang masih sepi. Hanya ada penjaga sekolah dan beberapa pengurus sekolah. Guru-guru pun masih sedikit. Ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekedar mencari buku untuk bacaannya minggu ini.

Alea mendorong pintu kaca perpustakaan kedalam hingga terbuka. Beruntung sudah tak terkunci. Bau buku yang lembab menyeruak indra penciumannya. Udara dingin menusuk kulitnya hingga terasa sampai tulang. Ia melangkahkan kakinya menulusuri setiap rak-rak buku yang menjulang tinggi. Langkahnya menuju kumpulan novel fiksi.

"Emmm ini aja deh"ucapnya saat ia menemukan buku yang ia rasa pas. Ia kembali melangkahkan kakinya, kali ini keluar dari perpustakaan. Langkah kecilnya mengantarkan ia ke lapangan basket. Disana ada Aka dan kawan-kawan yang sedang bermain basket.

"Tumben"guman Alea karena baru kali ini Alea melihat Aka berada disekolah sepagi ini. Alea berjalan kearah tribun. Ia duduk dibangku kedua dari bawah. Dibukanya novel yang tadi ia pinjam dari perpustakaan. Tak butuh lama Alea sudah tenggelam dalam bacaan novel tersebut.

"Hey" sapa Aka sembari mengelap keringat yang mengucur diwajahnya dengan lengannya. Alea menoleh kesamping.

"Nih pakai" Alea menyodorkan sebuah tisu pada Aka agar cowok itu mengelap keringatnya dengan tisu. Dengan senang hati Aka menerima sodoran tisu Alea.

"Ka, nih" Siar memanggil Aka setengah berteriak dari bawah tribun. Aka menoleh dan menganggukkan kepalanya singkat. Sekali gerakan Siar melempar botol air mineral itu kearah Aka dan...

Happpp

Berhasil! Ditangkap oleh Aka. Aka memutar penutupnya setelah terbuka ia meneguknya hingga tersisa setengah.

"Kamu haus apa haus?"

"Lo gimana sih va. Haus sama haus itu sama aja. Ngasih pilihan itu yang bener dikit deh." Ucap Aka dengan tawa kecilnya. Ditepuknya kening Alea dan reflek Alea mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ngasih pilihan itu gini loh. Gue kasih contoh, misalnya: kamu maunya jadi pacar aku apa suami aku? Dan pasti bakal gue jawab jadi suami lo" ucap Aka dan diakhir kalimat ia mengedipkan matanya genit.

"Gajelas ih" ucap Alea. Pipinya terasa memanas mungkin saja saat ini pipinya sudah merah. Alea menundukkan kepalanya dalam-dalam berusaha menyembunyikan pipinya yang merah.

"Ecieeee Zeva blushing. Ahayyyy"goda Aka.

Plakkk...

Pukulan itu mendarat mulus dilengan Aka. Bukannya berhenti cowok ini makin gencar menggoda Alea hingga bel masuk berbunyi. Alea bersyukur dalam hati.

"Udah bel. Aku duluan ya"pamit Alea. Ia beranjak dari duduknya dan bergegas meninggalkan Aka ditribun. Aka cekikikan melihat ekspresi malu-malu Alea.

.....

Dikelas Alea tak bisa fokus pada pelajaran. Pikirannya penuh dengan Aka. Hampir semua ruang diotaknya terpenuhi oleh Aka. Alea memukul kepalanya dengan pena yang ia genggam. Maura yang melihat itu menjadi kepo. Disenggolnya lengan Alea pelan. Alea menoleh dengan sebelah alis naik.

"Lo kenapa?" Bisik Maura pelan agar tak terdengar oleh guru yang sedang mengajar didepan. Alea menggeleng tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"Pelit banget lo! "Dengus Maura namun tak digubris oleh Alea. Maura yang kesal meremas pena yang ia genggam melampiaskan kekesalannya. Ia nelirik Alea yang masih saja mengetukkan pena pada kepalanya berkali-kali.

Hingga.....

"Alea apa yang kamu lakukan? " suara berat milik Pak.Hendrik menggema diruang kelas. Guru killer ini menatap Alea yang ketakutan.

"Alea! Fokus! Atau saya hukum kamu"ucap Pak.Hendri tegas. Alea mengangguk lemah tanpa bersuara. Bibirnya kelu. Ini pertama kalinya ia ditegur oleh guru karena ketahuan tak fokus dan tak memerhatikan guru.

"Sukur"suara bisikan Maura lagi-lagi terdengar ditelinganya.

"Maura!dengarkan penjelasan saya" Suara Pak.Hendri lagi kali ini teriakan itu untuk Maura. Maura menggangguk. "I-iya pak" ucap Maura gagap. Suaranya bergetar dan itu membuat Alea mati-matian menahan tawanya. Sedangkan Maura melirik Alea sebal.

.....

"Gila! Rese banget tuh guru."gerutu Maura. Kini Maura dan Alea berada dikantin. Alea tertawa kecil sembari meniup kuah bakso miliknya. Maura mengaduk-aduk lemon tea-nya sebal.

"Udahlah. Kamu juga salah"ucap Alea akhirnya. Maura mendelik sebal saat rentetan kata itu keluat dari bibir mungil Alea.

"Dih, lo juga salah kalik"protesnya tak terima. Maura mencembikkan bibirnya kesal, jemarinya menari-nari dilayar ponsel. Sedangkan Alea? Cewek itu menggelengkan kepalanya bingung dengan sifat sahabatnya ini.

.....

Bel pulang sekolah telah menggema dipenjuru sekolah. Alea memasukkan semua buku dan alat tulisnya kedalam ransel berwarna biru muda begitupun juga Maura dan siswa/i lainnya.

"Le lo gapapa kan nunggu angkot sendiri gue ada eskul habis ini"ucap Maura tak enak. Alea menggeleng membalas tatapan tak enak Maura.

"Gapapa"

"Alea, Maura kita duluan ya"pamit teman-teman Alea dan Maura. Keduanya mengangguk dan tersenyum tak lupa dengan lambaian tangan yang disambut lambaian tangan juga dari mereka(siswiperempuandoank)

"Yaudah bye Ale-ale" pamit Maura mencium pipi kanan Alea dan berlalu dari hadapan Alea.

"Hey" suara yang sama persis dengan tadi pagi ditribun kembali menggema. Alea menoleh kearah pintu, sepersekian detik senyum tipis Alea mengembang. Disana ada Aka berdiri diambang pintu dengan tangan yang terselip disaku celana abu-abunya.

"Gue mau ngasih lo pilihan"ucap Aka tersenyum penuh arti kepada Alea. Alea mengernyitkan dahinya dan berjalan kearah Aka. Sesampainya didepan Aka "apa?"

"Gue yang bahagia atau lo yang bahagia? "

"Which one!" Ucap Aka tegas sebelum Alea protes.

"Lo gak harus jawab sekarang. Lo bisa jawab besok"lanjut Aka mencubit pipi Alea gemas.

"Aduhhhh"rintih Alea.

"Pipi apa bakpau?"

"Ishhh jahat"

"Tapi suka kan? Wleee"

"Dih penyakitnya kumat"

"Inget ya va. Which one! Harus dipilih oke? "

"Oke"

.....

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang