Dentuman musik yang membuat semua pengunjung di klub berloncat-loncat dengan gembira. Musik yang membawa kebahagiaan bagi para pengunjung klub. Ditempat inilah, mereka melupakan beban hidup yang sehari-hari mereka pikul. Melupakan padatnya kota yang membuat diri mereka menjadi stres. Seorang DJ yang memeriahkan klub ini. Mungkin tanpa adanya dia, klub ini mati, sepi, dan tidak berwarna. Dia adalah Martijn Garritsen atau yang lebih dikenal sebagai Martin Garrix. Seorang DJ asal Belanda yang akhir-akhir ini namanya naik daun, semua musik EDMnya selalu menyentuh hati orang banyak. Belum lagi wajahnya yang tampan selalu memukau para wanita. Saat ini ia sedang membawa kegembiraan di klub ini. Dengan semangat ia memainkan turntable miliknya untuk memainkan musik yang ia bawa.
"Thank you everyone! Have a nice night!" Seru Martin disela-sela saat waktu tampil ia sudah selesai.
Martin turun dari panggung dan ia disambut oleh Julian Jordan, sahabatnya.
"Penampilan yang bagus Garrix!" Seru Julian.
"Yah, masih lebih bagus kau Julian" ucap Martin.
Mereka berjalan beriringan dan duduk dibangku sebuah bar.
"Kau mau?" Tawar Julian kepada Martin.
"Ah tidak, kau tahu kan kalau aku tidak ingin menghabiskan waktu dengan minum minuman tersebut" jelas Martin dengan serius.
Walaupun Martin seorang DJ yang terkadang tampil di klub, ia sama sekali tidak pernah meminum minuman tersebut ataupun menyentuhnya.
Julian tertawa. "Aku hanya bercanda".
Martin tertawa. Lalu ia melirik jam ditangan kirinya. "Oh tidak! Sudah jam segini?! Julian, aku harus pulang sekarang" ucap Martin.
"Tidak apa bro, jangan lupa dengan perform-mu di Miami minggu depan. Istirahatlah selama tiga hari" ujar Julian.
"Mungkin aku tidak beristirahat penuh selama tiga hari" ucap Martin dengan senyuman yang lebar.
"Aku tahu! Pasti kau ingin menghabiskan waktu dengan Kathryn ya?" Goda Julian.
"Yap! That's right! Kau memang pandai menebak, Julian" ucap Martin. "Aku harus pergi sekarang, bye Julian! See you again!" Lalu Martin pergi keluar dari klub.
Baru saja ia keluar dari pintu klub, ia sudah disambut oleh Kathryn yang sedari tadi menunggunya.
"Kau lama sekali" ucap Kathryn dengan wajah datarnya.
Kathryn Audrey Brooke. Seorang gadis cantik keturunan Inggris-Amerika berkacamata yang selalu membuat jantung Martin berdegup kencang. Kathryn dan Martin sudah bersahabat sejak mereka kecil. Sedangkan Julian Jordan bersahabat dengan Martin sejak mereka duduk dikelas 1 sekolah menengah pertama. Awal persahabatan Martin dan Kathryn sejak Martin tinggal di Amsterdam, Belanda. Mereka bertetangga, saling bermain bersama, bersekolah bersama dari dulu sampai sekarang. Mereka berdua tidak mau dipisahkan. Sejak kelas 2 Sekolah menengah atas Martin merasakan sesuatu yang membuat IQnya menurun 10%, yang selalu membuat ia salah tingkah karena Kathryn, dan degupan jantungnya yang sangat cepat. Ia jatuh cinta kepada Kathryn. Bagaimana dengan Kathryn? Tentu saja ia merasakan hal yang sama seperti Martin. Tapi sayangnya, mereka berdua tidak tahu bahwa mereka saling menyimpan rasa.
"Maafkan aku Kath, jangan marah" ucap Martin sambil memegang kedua pipi Kathryn.
"Sudah lepaskan Martin!" Perintah Kathryn. "Sungguh menyebalkan menunggumu selesai perform di klub. Bisakah kau hanya tampil di festival saja?" ucap Kathryn.
Martin tertawa. "Aku tampil di klub hanya sesekali Kath, Lagi pula sembari menungguku kau bisa berjalan-jalan di Time Square, menghabiskan waktu di perpustakaan, atau bergabung di klub" ucap Martin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Lips [m.g]
FanfictionJangan terlalu percaya dengan perempuan yang datang tiba-tiba. Karena sebenarnya, ia akan membunuhmu dengan perlahan-lahan. [Martin Garrix Fanfiction]