Kumpulan bunga tulip bangun dari tidur yang nyenyak. Menghiasi pagi dengan warna yang ceria. Merah, kuning, ungu, menyambut sang matahari.
Lelaki itu berjalan diantara rumpunan bunga tulip. Ia berhenti lalu memetik bunga tulip merah dan memberikannya kepada gadis yang duduk di atas rumput.
"Kau suka ini?" Ucap Martin sambil memberikan bunga tulip merah kepada Kathryn.
Kathryn tersenyum senang, lalu mengambil bunga itu. "Memangnya boleh memetik bunga ini?" Ucapnya.
Martin duduk di sebelah Kathryn. "Tadi aku sudah izin ke pemiliknya." Ucap Martin.
Martin menatap Kathryn yang memperhatikan bunga dengan penuh seksama.
"Kenapa sih kau suka melihat wajahku sejak tadi malam?" Ucap Kathryn.
"Aku hanya memperhatikan bagaimana jika kau sedang serius memperhatikan sesuatu." Ucap Martin.
"Jawaban yang sangat membingungkan." Ucap Kathryn.
"Maksudku, melihat ekspresimu serius memperhatikan sesuatu pasti akan diterapkan dalam serius denganku." Ucap Martin. Kata-katanya meluncur begitu saja. Bahkan dalam hati ia merutuk dirinya sendiri.
"Maksudmu?" Ucap Kathryn dengan pipi yang merona.
"Ma-maksudku, serius dengan persahabatan kita." Ucap Martin.
"Oh." Ucap Kathryn dan kembali memandangi bunga di genggamannya.
Martin terdiam dan kembali menatap Kathryn. "Kenapa perempuan suka bunga?" Ucap Martin.
"Menurutku, bunga itu cantik dan memikat hati." Ucap Kathryn
"Begitukah? Bagaimanaka jika bunga tidak memiliki warna, hanya pucat pasi. Apakah perempuan masih suka bunga?" Ucap Martin.
Kathryn menatap Martin. "Tidak ada yang suka bunga dan mungkin bunga akan dianggap sebagai tumbuhan liar. Sama seperti wanita, yang memiliki kemenarikan pasti banyak suka. Sedangkan yang tidak menarik, mungkin ada yang suka atau mungkin tidak ada." Ucap Kathryn.
"Tapi kau menarik." Ucap Martin.
"Aku tidak bertanya." Ucap Kathryn.
"Aku mengatakan yang sebenarnya." Ucap Martin.
Lagi-lagi Kathryn tersipu malu. Kata-kata sederhana dari Martin mampu membuat wajahnya merah padam. Kata-kata polos, tapi penuh makna.
Di sisi lain, Julian duduk menempati meja piknik sambil menyantap nachos. Ia melihat kedekatan dua sahabatnya sekitar 5 meter. Julian senang itu terjadi, tapi entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal hatinya.
Menyebalkan itu ketika kau senang dua orang saling jatuh cinta menjadi dekat, tapi ternyata ada setitik kecemburuan dalam hatimu. Itulah yang Julian rasakan.
Angela juga memperhatikan mereka. Ia duduk bersama Julian, dipisahkan oleh meja piknik. Ia berkali-kali memperhatikan raut wajah Julian yang serius menatap Martin dan Kathryn. Ada sedikit kesedihan di wajah Julian, dan Angela mengetahui itu.
"Sepertinya kau sangat serius mengamati mereka." Ucap Angela.
Julian berhenti makan dan mengalihkan pandangan ke arah Angela. "Memangnya kenapa? Kau tidak suka?" Ucapnya dengan tatapan menusuk.
"Aku hanya berkata seperti itu, tapi kau marah." Ucap Angela.
Julian tidak menghiraukan Angela, lalu ia melanjutkan makan.
"Sepertinya kau benci padaku, padahal aku tak melakukan apa-apa. Kenapa kau membenciku?" Ucap Angela.
"Sekarang aku tanya padamu, apa tujuanmu yang tiba-tiba datang ke kehidupan Martin?" Ucap Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Lips [m.g]
FanfictionJangan terlalu percaya dengan perempuan yang datang tiba-tiba. Karena sebenarnya, ia akan membunuhmu dengan perlahan-lahan. [Martin Garrix Fanfiction]