Nine

536 37 12
                                    

Gadis bibir merah itu turun dari mobil hitamnya. Ia berjalan di tengah-tengah udara dingin yang membuat ia mengeratkan mantelnya. Berjalan beberapa langkah memasuki sebuah apartemen yang menjulang tinggi.

Ia menaiki lift, lalu menekan tombol lantai paling atas. Lift pun berjalan naik, menuruti perintah Angela. Kemudian, lift berhenti dan membuka pintu. Angela keluar dari lift itu dan berjalan menyusuri koridor, hingga ia berhenti di sebuah pintu dan masuk ke dalamnya.

Di dalam, ia melihat seorang laki-laki berjas sedang berdiri melihat pemandangan luar lewat kaca yang cukup besar. Kemudian, laki-laki itu balik badan dan menatap Angela. Laki-laki itu berjalan maju ke arah Angela, hingga sampai di hadapannya. Lalu, ia mengelus pipi Angela dan mengecup bibirnya.

"Kau cantik sekali hari ini, sama seperti rencanamu yang cantik itu." Bisik lelaki itu.

"Berarti kemarin aku tidak cantik? Hm?" Ucap Angela sembari melepas jas yang melekat di tubuh atletis laki-laki itu.

Pria itu menyeringai. "Kau itu perempuan paling cantik yang pernah kutemui," Ucapnya sambil mengelus dagu Angela.

"Oh ya, aku baru saja menonton talkshow fenomenal di Belanda. Sepertinya, rencanamu gagal Angela." Ucap pria itu yang seketika raut wajahnya berubah 180°.

Angela terdiam, seketika lututnya lemas. Ia telah mengecewakan pria yang selama ini ia cintai.

"Kau harus buat rencana yang lebih bagus! Aku ingin si Garrix itu harga dirinya hancur!," Ucap pria itu dengan intonasi tinggi sambil menggebrak meja di dekatnya.

Angela hanya diam dan menahan air mata supaya tidak jatuh dengan bebas.

"Aku ingin dia dicaci maki dan dilupakan oleh banyak orang. Aku ingin aku yang berada di posisinya!" Ucap Pria itu masih dengan emosi yang memuncak.

Pria itu mendekat ke arah Angela, "Kau mencintaiku kan?" Ucap pria itu.

Angela menatap mata abu-abu pria itu dan mengangguk.

"Jika kau mencintaiku, kau harus menjalankan perintahku dengan baik!" Ucap pria itu.

'Plak!'

Tamparan yang cukup keras untuk Angela, menimbulkan bekas merah di pipinya. Seketika air matanya berjatuhan tak dapat dibendung.

"Maafkan aku, Ethan." Lirih Angela.

Pria bernama 'Ethan' tersebut memeluk Angela.

"Aku mencintaimu." Ucap Ethan lembut.

Entah kenapa emosi pria itu tiba-tiba saja menurun.

"Aku...ju-juga mencintaimu." Lirih Angela dengan isak tangis yang mulai mereda.

"Kalau begitu, penuhi keinginanku." Ucap Ethan lembut.

Ethan terus memeluk Angela dengan penuh kelembutan, tapi Angela tak bisa merasakan kelembutan Ethan. Selama ini ia selalu diperlakukan kasar oleh Ethan. Karena gagalnya rencana licik Angela, Ia harus menerima bentakan bahkan tamparan yang menyayat hati.

Angela mencintai pria itu, bahkan sangat tulus. Saking cintanya, ia menjadi bodoh karena mau melakukan apapun untuk Ethan. Padahal ia tak tahu apakah Ethan mencintainya? Bisa saja cinta yang diucapkan oleh Ethan hanya kepalsuan semata untuk menjalankan misi menghancurkan seorang Garrix.

-Red Lips-


Bosan. Itu yang dirasakan Martin saat ia mengambil cuti untuk 3 hari. Kini, ia sedang bersantai ria di kasur kesayangannya sambil bermain ponsel. Sedari tadi, ia melihat-lihat foto ataupun video makanan di instagram. Ia lapar, tapi malas untuk masak. Ia ingin makanan sudah tersedia di meja makan, sayangnya ibu dan ayah berlibur ke Turki untuk melepas penat dan merayakan ulang tahun pernikahan hanya berdua. Martin ingin ikut, tapi ia butuh istirahat dan tak mau mengganggu kemesraan ayah dan ibu di sana.

Red Lips [m.g]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang