Aku dilahirkan untuk tidak sempurna. Aku selalu sendiri, kasih sayang orang tuaku selalu tertuju pada adek kecil ku. Namun, ak memilki 2 kepribadian, ia selalu menemaniku, melindungiku dari kekerasan orang sekitar. Aku dianggap tidak normal oleh orang-orang bahkan keluargaku sendiri, Mereka selalu menganggapku gila, seperti berbicara sendiri dan hal lainya. Aku tidak sendiri hanya mereka yang tidak memahaminya.
Suatu saat di aku pergi berjalan-jalan keluar rumah untuk menenangkan pikiranku. Depresi sudah menjadi teman hidupku sehari-hari. Aku menikmati udara yang segar di sore hari, begitu senang melihat dunia yang luas ini. Namun, hingga aku lupa waktu. Hari sudah pukul 8 malam aku belum kembali ke rumah.
'Sial.. ayah akan marah.. apa yang harus aku lakukan....' pikirku di benak, dengan paranoid ku yang mulai muncul.
Aku benar-benar takut dengan ayah, ia selalu memukuliku hingga aku seperti anjing kecil yang tak berdaya. Pedihnya, ibu mendukung tindakan kekerasan ayah kepada ku. Terpaksa dengan rasa takut aku pulang. Tidak lama, aku sudah di depan rumah, kubuka gagang pintu dan terlihat di dalam rumah sangat sepi.
'kemana semuanya?..hmm sudah tidur rupanya' pikirku
Aku mulai merasa sedikit tenang setelah mengetahui bahwa ayah tidak ada di rumah. Namun, tiba-tiba terasa sebuah pukulan yang sangat hebat dari belakangku. Ayahku memukulku, ia menunggu ku di belakang pintu.
"APA YANG KAU LAKUKAN HAH?? KEMANA SAJA KAU?!!"
'plakk!!...'
ayunan yang keras mengenai kepalaku hingga aku mulai terjatuh dan tak sadarkan diri. Suatu ketika di malam hari aku merasakan cairan kental di kaki ku,dingin dan bau busuk. Aku menyalakan lampu tidurku.
"tidaakk!! puppy anjingku... ap apa yang terjadi!??" teriaku terkejut melihat anjingku tergeletak dengan perutnya yang sobek. Aku berniat menuju kamar adek ku untuk memberitaunya. Aku lihat ia tergeletak di lantai dengan kolam darah yang menggenang. Aku bingung, apakah ini pembunuhan,perampokan??. Aku langsung berlari menuju kamar orang tua ku dan berharap ia masih hidup. Namun, harapanku tidak seperti yang ak bayangkan. Begitu sadis, tembok putih berlukisan darah,bau busuk bagaikan pengganti oksigen saat itu. Spontan aku menelepon polisi. Badanku bergetar tak kunjung henti, ak merasakan aku setengah sadar. Untung polisi datang dengan cepat. \
"pak polisi... tolong saya.. keluargaku terbunuh... saya tidak tau apa apa" jelasku gugup kepada kepala polisi itu.
Aku heran, polisi itu melihatku dengan sangat terkejut, matanya terbelalak diikuti rekan rekanya, mereka tiba tiba panik setelah melihatku.
"nak.. angkat tangan dan lepaskan pistol itu dari tangan mu"
"Yaampun!! ini bukan saya.. ini bukan saya.. saya hanya melindungi diri" panik menyelimuti otak ku, tidak ada yang mengerti.
####
Surat kabar sabtu 14 februari 1956:
' jumat 13 februari 1956, telah ditemukan tewasnya 5 petugas polisi dalam kondisi yang mengenaskan. Diberitakan mereka sedang bertugas ke rumah seorang warga dengan laporan adanya pembunuhan. Tersangka adalah anak yang berumur 15 tahun. Hingga saat ini masih belum ada informasi selanjutnya dari pihak kantor polisi karena mengingat umur si tersangka '
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Story
Horror"It is the same woman, I know, for she is always creeping, and most women do not creep by daylight." ― Charlotte Perkins Gilman