18

1K 167 7
                                    

*Anne’s POV*

Aku bangun dan melihat matahari sudah bersinar terang dari balik tirai. Suara Mr. Ryle terdengar memanggilku dari bawah dan kurasa sarapan sudah siap. Aku bergegas keluar dari atas kasurku lalu berjalan dalam piyamaku menuju ruang makan. Di ruang makan sudah ada Kaya dan juga—

“Max! Apa yang kau lakukan disini?”

Aku berlari memeluk Max yang masih sibuk dengan buburnya. Dia tertawa lalu mencium puncak kepalaku.

“Bagaimana pestanya? Daniel dan Victoire sudah menyusul Mum dan Dad ke Jepang jadi aku memutuskan untuk pulang ke London.”

Aku beringsut duduk di kursi di sebelah Kaya. Kaya nampak tersenyum berseri-seri pagi ini dan aku tak tahu mengapa dia bisa sebahagia itu pagi ini.

“Muram sekali! Kurasa Kaya sudah bercerita padamu,” ucapku sembari mengambil supku.

Max tertawa sedangkan Kaya nampak seperti baru saja kepergok mencuri roti.

“Ya Miss Scodelario memang memberitahuku segala-galanya dan untuk itulah aku ingin kau menghubungi Charlie. Mungkin dia bisa membuatmu tersenyum dan melupakan hal tersebut.”

Aku tersedak mendengar ucapan Max. Dia tidak saja memintaku untuk menghubungi Charlie tapi dia juga memanggil Kaya dengan Miss Scodelario. Biasanya dia akan memanggil dengan nama depan karena merasa tak perlu terlalu bersikap sopan. Max memberiku tatapan bijaknya dan aku hanya bisa merengut kesal.

“Baiklah aku akan menghubungi Charlie tapi setelah mengantarkan Kaya ke London terlebih dahulu. Kurasa Mr. Ball akan membunuhku jika aktornya ini tidak aku kembalikan secepatnya,” ucapku.

“Ah Miss Scodelario akan kuantarkan ke London jadi lebih baik kau fokus untuk menghubungi Charlie. Kudengar dia sedang berada di London,”

Aku menatap Kaya dengan tatapan tak percaya tapi Kaya hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Aku bisa melihatnya tersipu malu. Max akhirnya bisa menyukai seorang gadis juga setelah dia menolak seluruh gadis yang menyukainya.

Setelah selesai sarapan, Max mengantarkan Kaya menggunakan mobilnya. Dia bahkan tidak memakai supirnya. Aku hanya bisa menggeleng dan tertawa kecil melihat kelakuan Max yang berubah total. Aku melambai pada mereka sampai mobil Max keluar dari pekarangan rumahku.

Aku mandi terlebih dahulu lalu menelepon Charlie.

“Charlie Maitland?” tanyanya segera setelah mengangkat teleponku.

“Ah hai Charlie ini aku, Anne Windsor. Aku mendengar kau sudah berada di London dan aku bertanya-tanya apakah kau bisa makan siang bersamaku?”

“Oh Anne, ya aku sedang berada di London. Tentu saja! Bagaimana jika aku menjemputmu pukul 11 siang nanti?”

“Baiklah, sampai bertemu nanti kalau begitu.”

Pukul 11 aku sudah siap di depan rumahku. Mobil Charlie berjalan memasuki pekarangan. Dia tersenyum ketika melihatku lalu membukakan pintu untukku. Aku berterimakasih lalu dia kembali ke bangku pengemudinya.

Perjalanan menuju London cukup membuatku bosan. Charlie hanya mendengarkan Mozart sepanjang perjalanan. Aku juga menyukai Mozart tapi aku lebih menyukai berkendara ditemani Fall Out Boy. Thomas biasanya akan memutar Fall Out Boy selama perjalanan.

Kenapa aku harus memikirkannya?

Kami sampai di sebuah restoran di jantung kota London. Orang-orang berlalu lalang tanpa sekalipun memperhatikan sekitarnya. Charlie membukakan pintu restoran untukku lalu kami berjalan menuju sebuah meja di dekat jendela.

“Jadi bagaimana Natalmu?” tanyaku pada Charlie.

“Menyenangkan tapi kurasa Natalmu lebih menyenangkan,” jawabnya sembari tertawa pelan.

“Apa maksudmu?”

“Fotomu bermunculan dimana-mana dan tentu saja aku melihatnya. Thomas Sangster eh? Kalian terlihat seperti sepasang suami istri yang sedang mengajak anak-anak mereka berlibur.”

Aku terdiam mendengar ucapan Charlie. Dia mengatakannya dengan tenang dan bersungguh-sungguh.

“Charlie aku—“

“Aku tahu Anne, kau masih belum bisa menerima seluruh perjodohan ini dan aku menghargai perasaanmu itu.”

Aku menatap Charlie. Dia tersenyum dengan sangat tulus dan aku merasakan kenyamanan yang langsung merambati badanku. Aku bisa percaya padanya.

“Anne kau menyukai dia bukan? Aku bisa melihatnya. Kau seperti tidak memiliki beban jika bersamanya dan aku tidak akan memaksakan perjodohan ini jika kau mau.” Ucap Charlie.

“Tidak Charlie, kita harus meneruskan ini. Aku dan dia sudah tidak ada apa-apa lagi dan aku tidak mau membuat Mum dan Dad kecewa lagi. Kuharap kau tak keberatan,” ucapku pelan.

Charlie memegang tanganku dengan lembut. Dia tersenyum lalu berkata dengan lembut.

“Aku tak keberatan Anne, tapi anggap aku sebagai temanmu karena aku tak mau kita menjadi canggung.”

Author's note :
Sorry this chapter is so cheesy. Hey don't forget to vomment if you like it!

Complicated ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang