*Anne's POV*
Setelah selesai menaiki Roller Coaster, Dylan mengeluarkan seluruh isi perutnya ke dalam tempat sampah. Jadi kami berjalan menuju sebuah restoran di taman bermain tersebut. Aku yang tak terlalu lapar hanya memesan semangkuk es krim, sedangkang Dylan sudah memesan apapun yang dia pikir dapat masuk ke dalam perutnya.
Thomas duduk di sebelahku. Dia hanya memesan milkshake coklat kesukaannya dan sekarang dia sedang meminumnya dengan senang. Dia terlihat seperti seorang anak kecil yang baru saja dibelikan mainan.
"Mengapa kau menatapku dengan tatapan begitu Anne?" tanya Thomas.
Aku tidak sadar telah memandanginya.
"Kau sangat lucu, seperti seorang anak kecil yang baru saja dibelikan mainan. Sudah lama aku tidak melihatmu seperti ini." Jawabku sembari tersenyum.
Thomas hanya tertawa lalu melanjutkan kembali minumnya. Kaya dan Dylan memberiku tatapan 'sudah kuduga' padaku. Aku hanya menggeleng lalu kembali menikmati es krimku.
Setelah selesai makan, kami semua kembali berjalan mengitari taman bermain. Dylan sudah tidak sanggup menaiki apapun jadi aku menemaninya sedangkan yang lain asyik bermain.
"Kau tak mau bermain Anne? Aku tidak apa sendirian disini." Ucap Dylan.
"Aku sudah lelah dan lagi aku tak mau kau tiba-tiba hilang dibawa oleh para fansmu. Bisa saja mereka tiba-tiba menyadari kita ada disini lalu-"
"Maaf apa kau Dylan O'Brien?"
Aku dan Dylan langsung melihat darimana suara itu berasal. Seorang gadis remaja, mungkin berusia 16 tahun, sedang memandangi kami dengan wajah seperti akan meledak. Dylan berdiri lalu tersenyum pada gadis itu.
"Ya, aku Dylan."
"Oh my God!! Aku sangat menyukaimu di Teen Wolf dan The Maze Runner. Bolehkah aku meminta foto dan tanda tanganmu?" tanyanya tak mampu menyembunyikan rasa senangnya.
"Boleh sekali,"
Dylan lalu berdiri di sebelah gadis itu. Gadis itu sekarang bahkan terlihat akan menangis karena sangat senang.
"Maukah kau memotretku?" tanya gadis itu padaku.
Aku mengambil ponselnya lalu memfotonya dengan Dylan. Dylan juga menandatangani kaus gadis tersebut. Setelah selesai, gadis itu mengucapkan terimakasih lalu pergi dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Kau memiliki banyak penggila rupanya!" godaku.
Dylan hanya tertawa kecil.
"Aku ini sangat tampan dan aktingku sangat bagus. Siapa sih yang tak suka padaku jika melihatku shirtless? Aku yakin kau pun akan tergila-gila padaku!"
Aku memukul tangan Dylan dengan main-main. Dia tertawa.
"Ouch maafkan aku, aku hanya bercanda. Lagipula aku tahu kau akan lebih menyukai Thomas jika dia yang shirtless."
"Siapa yang shirtless?"
Para aktor yang lain sudah turun dari wahana mereka dan sedang berjalan ke arah kami. Aku memukul lengan Dylan lagi sebelum menjawab pertanyaan Thomas.
"Chris Evans! Hei apa kalian sudah selesai bermain? Tadi baru saja ada fans yang meminta foto dengan Dylan dan aku yakin sebentar lagi mereka akan muncul dari balik pohon."
"Lebih baik kita pulang kalau begitu," ucap Kaya.
Setelah makan malam, aku membereskan seluruh barang-barangku. Sebuah ketukan pelan terdengar dari pintu kamarku. Aku berjalan untuk melihat siapa yang datang.
"Ini aku, Kaya." Ucap seseorang dari balik pintu.
Aku membuka pintu dan melihat Kaya dan Dylan sudah siap dengan pakaian serba hitam ditambah dengan kacamata hitam.
"Kalian mau melakukan apa dengan pakaian begini?" tanyaku sembari mempersilakan mereka masuk.
"Kau tak ingin pergi dengan Thomas tahu bukan? Jadi kami disini akan membantumu." Ucap Dylan dengan aksen yang dibuat-buat.
"Oh terimakasih sekali, kalian memang seperti seorang penjaga bagiku!"
Kaya tertawa lalu melemparkan dirinya ke atas sofa.
"Jadi kapan pesawatmu akan berangkat?" tanya Kaya.
"Oh itu bisa kapan saja, tergantung padaku. Tapi aku akan pergi pada pukul 10 malam."
"The power of money!" ucap Dylan.
Aku melemparkan bantal ke muka Dylan. Dia memberengut kesal, sedangkan aku dan Kaya hanya tertawa.
"Sudah siap kalau begitu?" tanya Kaya.
"Ya aku sudah siap."
Perjalanan menuju bandara ternyata lebih mudah dibandingkan bayangan Dylan. Dia tak henti-hentinya berbicara betapa inginnya dia menyerang Thomas ketika Thomas menghentikkan mobil kami. Dylan memang selalu bertingkah konyol.
Aku memasukkan seluruh barang-barangku lalu turun kembali untuk berpisah dengan Kaya dan Dylan. Aku memeluk Kaya lalu memeluk Dylan.
"Sampai bertemu di New York kalau begitu?" ucapku pada mereka berdua.
"Secepatnya." Jawab Kaya sembari tersenyum.
Aku melambai sekali lagi lalu berjalan memasuki jetku. Seorang pelayan memberiku segelas coklat panas lalu aku berterimakasih. Ini akan menjadi perjalanan paling menyebalkan dalam hidupku walaupun hanya sebentar.
61^GG�n
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 1)
Fiksi PenggemarSkinny Love - When two people love each other but too shy to admit it but they still show it Book 1: Complicated Book 2: Amore Anne's Story Completed Highest rank : #1 in Newt