#14 Peringatan (diperbaiki)

746 29 5
                                    

""*Huuufffff*"" Omorfa dan aku menghela nafas secara bersamaan, lalu berbaring saling bersebelahan. Tubuh kami masih terasa panas, dan saat ini kami sedang mendinginkannya.

Malam ini adalah malam yang indah seindah malam-malam sebelumnya, kenangan-kenangan pada saat ini tidak mungkin kulupakan.

Walaupun malam kali ini dingin, tapi kami ada untuk saling menghangatkan satu sama lain.

Aku pun mengalihkan pandanganku pada Omorfa yang sedang berbaring di sampingku.

"Hei Omorfa ..." ucapku memulai percakapan.

"Hmm ...?" balas Omorfa.

"Setelah kita menikah ..., kamu mau bulan madu di mana?" tanyaku.

"Hmm ..., di mana ya? Kalo aku sih di manapun gak masalah." jawab Omorfa sambil menyentuhkan jari telunjuknya pada bibirnya.

"Kalo gitu, gimana kalo kita ke Papua?"

"Boleh." balas Omorfa dengan senyuman ringan.

"Gitu aja?"

"Maksudnya?" tanya Omorfa bingung.

Sebenarnya aku mengharapkan ekspresi yang lebih dari ini, ku rasa ia belum begitu mengetahui maksudku. Beberapa tahun yang lalu PT Freeport telah diambil alih oleh Indonesia, kemudian di sana mulai dibangun fasilitas-fasilitas penelitian untuk mengembangkan teknologi di dalam negeri. Hal tersebut karena di sana masih banyak lahan kosong dan memiliki lingkungan yang masih sangat baik.

Di antara fasilitas-fasilitas penelitian tersebut, ada sebuah fasilitas penelitian yang paling besar di Indonesia, yaitu Pusat Penelitian Atom Indonesia.

"Kamu lupa ya? Di sana tuh ada Pusat Penelitian Atom." jawabku.

"Ha ...—"Seketika itu Omorfa mematung dalam pose duduk sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya seakan menerima shock. Tak lama kemudian matanya berbinar-binar bagaikan dihiasi oleh bintang-bintang.

"Kita bakal ke sana?! Bakal ke sana??!" tanya Omorfa dengan riang. Ia mengguncang-guncangkan tempat tidur seakan mengambil ancang-ancang untuk melompat.

"Kalo kamu mau, aku bisa usahain ..." jawabku.

"Huaaaa!!!" seketika itu Omorfa memunculkan ekspresi senyuman yang luar biasa menawan. Matanya menjadi semakin cerah dan cerah. Aku seakan melihat matahari dari dekat.

Yah, kurasa ini adalah hal yang bagus. Aku juga senang ketika melihatnya senang, itu yang kupikirkan tapi jujur saja, kondisinya yang sekarang cukup membuatku merasa khawatir. Wajahnya bengong sambil menampilkan ekspresi bahagia yang luar biasa. Nyawanya seakan sedang berada di dunia lain.

"Heei, Omorfa ...?" aku menggerak-gerakkan tanganku di hadapan wajah Omorfa, namun ia tidak berkedip sedikit pun. Semengejutkan itu kah? Ahh ..., sepertinya ia sudah benar-benar tenggelam dalam imajinasinya.

"Hoii ..., hoii ..." aku mencoba mengalihkan perhatiannya, namun ia tidak bereaksi sedikit pun. Saat ini ia terlihat seperti patung dewi Athena yang sedang tersenyum—tidak, mereka tidak dapat dibandingkan, Omorfa lebih menawan dari dewi Athena.

Ghh ... kurasa, aku bisa cemburu dengan hal seperti ini juga. Menyadari bahwa ia lebih menyukai sains ketimbang diriku, membuat perasaan tidak enak di dalam hatiku. Apa aku benar-benar cemburu? Yah, kurasa aku sedang cemburu. Walaupun aku adalah pangeran neraka ke tujuh yang mampu mendapatkan apapun yang aku inginkan, ternyata aku masih bisa cemburu.

Aku pun mendekatkan mulutku ke telinga Omorfa, lalu meniupnya dengan pelan.

"Hya~!" Omorfa mendesah kecil karena terkejut.

Venus - Kisah Sang Iblis [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang