#18 Gereja Ayam (diperbaiki)

634 25 4
                                    


"Tidaaaaaaaaaaaaak!!!"

Lunar berteriak histeris, air matanya menetes tanpa dapat dibendung. Di sisi lain Moris pun ikut menitikkan air matanya. Sedangkan Satanackia berdiri dengan mata berkaca-kaca, ia mengepalkan kedua tangannya seakan tak ingin melepas kepergian Rafa.

Di samping mereka semua, seluruh pasukan Lucifer membungkuk memberi penghormatan pada Rafa. Mereka pun ikut bersedih atas kematian Rafa.

Seketika itu pun ... tubuh Rafa terurai menjadi butiran-butiran cahaya.

Sedikit demi sedikit tubuhnya memudar ... meninggalkan jejak cahaya.

"Selamat tinggal ...." ucap Rafa untuk terakhir kalinya. Kemudian ia memasang senyuman di wajahnya sebelum kelopak matanya tertutup.

Mendengar ucapannya tersebut ... tak ada seorang pun yang mampu menahan kesedihannya.

Mereka tenggelam ke dalam lautan air mata beserta luka yang begitu dalam.

Kemudian ... secara tiba-tiba muncul sebuah kubus berwarna hitam seukuran kepalan tangan anak-anak di hadapan Lunar. Di sisi-sisinya terdapat pola garis tak beraturan berwarna emas menyala dan menyelimuti kubus hitam tersebut.

"I-ini ..."

Seketika itu pula Lunar menghentikan tangisannya. Ia mengulurkan tangannya pada kubus itu berusaha untuk meraihnya.

Lalu, dengan perasaan haru, Lunar menggenggam kubus itu dengan tangan kanannya yang mungil.

"Kak Rafa ..." rintih Lunar dengan nada sedih. Ia menggenggam kubus itu di dadanya erat-erat, seakan sedang memeluk seseorang yang berharga baginya.

—Jiwa Rafa

Sepintas terbayang senyuman Rafa dalam kubus itu. Kubus hitam kecil yang dipeluk oleh Lunar saat ini adalah perwujudan dari perasaan Rafa.

Ini bukan yang pertama kalinya terjadi. Dahulu, ketika perang besar melawan Bael, seorang jenderal iblis bernama Rofocale mati di medan perang. Kemudian, ia meninggalkan sebuah anting kecil yang saat ini digunakan oleh Lunar di telinga kirinya.

Rofocale dan Lunar sangatlah akrab. Hubungan mereka terjalin seperti seorang ayah dan anak. Mungkin, karena Rofocale tak mampu membiarkan Lunar kesepian, ia pun meninggalkan sebuah anting sebagai peninggalannya. Dan saat ini, anting itulah yang membuat Lunar mampu menggunakan Pheghelton—gerbang penjara Lucifer.

Lunar mengusap tangisannya lalu menguatkan dirinya.

***

—Istana Satan

Di atas singgasananya, Satan menyaksikan peperangan antara Lucifer dan anaknya—Mammon.

Matanya terbuka lebar, ia tak ingin kehilangan kesempatan yang jarang ia temui ini.

"Hebat! Luar biasa!" sahut Satan. Ia benar-benar menikmatinya.

Tapi ... yang sedang diperhatikan oleh Satan bukanlah bagaimana jalannya pertarungan, melainkan Lucifer—amarah Lucifer. Satan sedang menyaksikan amarah Lucifer dengan seksama.

Kau memang kandidat yang terbaik ..., pikir Satan sambil menyeringai tajam.

***

Lucifer dan Mammon terus berperang tanpa henti. Mereka saling menyerang dan bertahan, melesat dan terhenti, memutar dan menukik, membuat langit seakan hendak runtuh mendengar amukan mereka berdua.

Sebuah peperangan antar dua pangeran neraka, tak ada yang mampu membayangkan betapa dahsyatnya pertarungan di antara mereka berdua.

Meskipun sebelumnya Lucifer sempat memojokkan Mammon, tapi itu hanya didasari oleh keterkejutan saja. Bagaimanapun, Mammon adalah satu dari tujuh pangeran neraka, ia juga merupakan keturunan langsung dari Satan.

Venus - Kisah Sang Iblis [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang