#32 Dialog (diperbaiki)

167 11 2
                                    

Saat ini aku sudah benar-benar menjadi seorang raja iblis. Tidak, lebih tepatnya aku adalah seorang kaisar iblis. Aku adalah raja dari para raja, derajatku adalah yang paling tinggi. Tapi semua pencapaian ini bukanlah tujuan utama, melainkan hanya hal tambahan yang bahkan tak ku harapkan.

Hanya satu yang kuinginkan saat ini, yaitu keberadaan Omorfa. Cintaku yang teramat dalam padanya melebihi apapun yang ada di dunia ini, aku pasti akan menghidupkannya kembali, membawa dirinya ke sisiku.

Aku masuk ke dalam perpustakaan Satan. Di hadapanku ada sebuah lingkaran dengan simbol tiga bola di bawahnya, aku pun menjejakkan kakiku di simbol tersebut sambil memancarkan kekuatan sihir dari kristal merah yang berada di mahkotaku.

Seketika itu pula lingkaran yang berada di bawahku memancarkan cahaya, kemudian dari hadapanku muncul rentetan simbol-simbol sihir yang amat rumit. Simbol-simbol itu berputar, lalu terbagi menjadi dua, kemudian sebuah buku yang tebal dan tua muncul dari ketiadaan.

Aku pun meraih buku tersebut, di dalam hatiku aku merasakan perasaan lega seakan aku bertemu seorang juru selamat.

Jantungku berdebar, di dalam buku ini sebuah kebenaran tertinggi yang tersembunyi dari dunia dituliskan. Entah apa yang terjadi bila Omorfa yang membacanya, ia pasti tersenyum kegirangan dan merasa sangat bahagia, aku bisa membayangkannya.

Kemudian aku membuka halaman pertamanya, dan seketika itu—

Dunia di sekelilingku menjadi putih ...

Pandanganku membuta, seakan cahaya matahari disinarkan langsung ke mataku. Secara refleks aku menutup kelopak mataku, selama beberapa saat aku tidak bisa melihat.

Sedikit demi sedikit kubuka kelopak mataku, pandanganku buyar, di hadapanku aku melihat sebuah sosok. Tubuhnya tinggi dan besar, kulitnya berwarna merah, sebuah sosok yang tidak mungkin aku lupakan ... Satan.

"S-Satan ..., bagaimana kau bisa di sini?!"

Sosok itu menatap kearahku, namun ia tidak menjawab ucapanku.

Ia memasang senyuman di wajahnya, aku bisa merasakan ancaman yang amat luar biasa walaupun ada jarak yang cukup jauh antara kami berdua.

"Ini adalah ujian keduamu ...." ucapnya dengan tegas.

Seketika itu pun aku meningkatkan kewaspadaanku, namun ketika aku melihat tubuhku, wujud iblisku kembali menjadi manusia.

Bagaimana bisa ....?!

Lalu sebelum aku menyadarinya, Satan sudah mengangkat tangannya tinggi-tinggi seakan membuat ancang-ancang untuk menyerang.

Keringat dingin keluar dari keningku, bulu kudukku bergidig, aku merasakan aura dingin yang mematikan dari sekujur tubuhku.

Kemudian Satan pun menghempaskan tangannya, secara refleks aku menutup kelopak mataku, dan seketika itu—

....

...

...

Tidak terjadi apa-apa ...

Aku pun membuka mataku, dan di sana kulihat Satan tertawa terbahak-bahak.

"HAHAHAHAHAHAHA, aku bisa membayangkannya, kau pasti ketakutan kan wahana anakku? Hahahahahahaha!"

Ia terlihat begitu puas, seperti seseorang yang menonton acara komedi.

"Aku hanya bercanda, bukankah kau telah membunuhku? Tapi ini benar-benar lucu, aku tak bisa berhenti tertawa, Hahahahahah!"

"Berhentilah bermain-main Satan!" sahutku agak keras.

Venus - Kisah Sang Iblis [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang