Omorfa sampai di kediamannya. Kemudian bergegas ke kamarnya untuk berpikir. Terlalu banyak hal yang telah ia lalui sejak beberapa hari yang lalu. Ia perlu waktu sendiri untuk merenung.
Ketika Omorfa masuk ke kamarnya, ia tidak sengaja melewati sebuah cermin yang terpampang di dinding kamarnya. Kemudian ... ia mendapati bahwa auranya telah berubah warna—campuran hitam dan emas—.
"Eh, kok ...?" gumam Omorfa.
Omorfa agak sedikit terkejut ketika melihatnya, tapi ia tak begitu memedulikannya. Bagaimanapun ia tak mengerti arti dari warna-warna tersebut.
Tapi ..., aku masih manusia kan?, pikir Omorfa.
Ia memeriksa seluruh tubuhnya dan tak menemukan keanehan apapun.
Apa mungkin ... ini karena kejadian kema ...—
"Aargh ...!! Aku jadi inget lagi ...~" ucapnya sambil menenggelamkan wajahnya di bantal putih bergambar beruang itu.
Putra Fajar ya ..., gumam Omorfa dalam hatinya.
Omorfa mengingat-ngingat kejadian sehari yang lalu. Ia masih dapat merasakan kehangatan Putra dalam tubuhnya.
Entah mengapa, Omorfa merasakan ketulusan di dalam hati Putra pada saat ia dipeluknya. Dekapannya begitu lembut namun erat. Ia merasa aman ketika Putra memeluknya.
Kemudian ia mengingat-ngingat pada saat hari pertama ia bertemu dengan Putra. Memang, wujudnya saat itu terkesan mengerikan tapi terlihat kesedihan di hatinya ketika ia mengakui bahwa dirinya adalah seorang iblis.
Apakah ia menyesal karena telah menjadi iblis? Ataukah ia memiliki penderitaan yang amat mendalam di hatinya? Omorfa tak mengetahui hal itu. Bagaimanapun seseorang takkan pernah dapat mengerti isi hati orang lain.
"Tapi kalau di pikir-pikir, Putra itu orang kaya kan?" gumam Omorfa.
Ia mempertanyakan sikap Putra pada saat mereka pertama kali bertemu. Padahal, ia memiliki begitu banyak uang, tapi ia tidak pernah bersikap sombong sedikitpun. Di hadapan teman-temanpun ia diterima dengan baik, kulihat ia akrab dengan semua orang.
Omorfa merasa bahwa ia cukup menyukai sisi baik yang dimiliki oleh Putra.
*Tingnung*
Suara bel berbunyi.
Omorfa tak memiliki pilihan lain selain bangkit dari kasurnya dan menghampiri pintu rumahnya. Ia pun membuka pintu nya dan mendapati Trelis di depan rumahnya sambil membawa kotak kue dengan memakai sarung tangan.
Tak heran Lucifer menyukainya, pikir Trelis sambil menatap Omorfa yang sedang mengenakan gaun.
"Permisi Omorfa ..." ucap Trelis.
"I-iya, kalo ga salah kamu Trelis kan?"
Omorfa tak menduga bahwa orang yang berada di balik pintu tersebut adalah Trelis, si murid baru.
"Tepat ..." balas Trelis sambil mengangkat jempol. "Bisa minta tolong gak?" tanya Trelis.
"Minta tolong apa?"
"Ini ... bisa gak kirimin kue ini ke Putra?"
Omorfa sedikit ragu karena tiba-tiba dimintai tolong.
"Hmm .... Tapi kenapa ga kamu aja yang ke rumah Putra?"
"Haha ... aku ga tau di mana rumahnya ..."
Trus dari mana dia tau alamat rumahku?, pikir Omorfa.
"Kayaknya ga bisa deh ..., aku juga baru pulang ..."
"Oh, gitu ya ... maaf ya udah ganggu ..."
"Iya-iya, tapi tunggu. Aku tulis dulu alamat Putra ..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Venus - Kisah Sang Iblis [Tamat]
Fantasi-Status- Editing: 80% (edit total) Ilustrasi: 1 dari 10 Sinopsis: Putra Fajar adalah seorang raja iblis sekaligus mantan manusia. Dahulu ia adalah seseorang yang saleh, tapi ada masa lalu yang kelam hingga membuatnya berubah. Kemudian ia bertemu ke...