#15 ᚺ Dua Dunia (diperbaiki)

680 35 0
                                    

Putra dan Omorfa telah duduk di bangkunya masing-masing, dan saat ini Putra sedang bersiap-siap untuk 'tidur'.

Awalnya Putra berniat untuk 'tidur' di pangkuan Omorfa, namun ia mengurungkan niatnya karena akan memalukan jika teman-teman sekelasnya melihat mereka berdua terlihat seperti bermesraan.

Tidur di pangkuan Omorfa, ya ..., gumamnya. Bukan berarti mereka tak pernah melakukannya, hanya saja pengalaman 'tidur di pangkuan Omorfa itu' adalah pengalaman yang jarang. Bukan karena Omorfa selalu menolak ketika Putra meminta untuk tidur di pangkuannya, ia hanya tidak menemukan timing yang tepat untuk memintanya.

Putra pun teringatkan pada saat terakhir kalinya ia tidur di pangkuan Omorfa. Ingatan itu begitu jelas dalam kepalanya. Paha Omorfa yang lembut dan empuk, aroma wewangian yang mewarnai tubuhnya bersatu padu menciptakan kenyamanan yang luar biasa.

Aah, tidak-tidak, Putra menggeleng-gelengkan kepalanya karena takut kehilangan kendali. Untuk mengendalikan pikirannya, ia pun membayangkan ketika Chopat—tidak, sebagian teman sekelasnya mengolok-olok mereka berdua karena Putra tidur di pangkuan Omorfa di dalam kelas. Yah, itu cukup masuk akal. Mereka pasti akan mengolok-ngolok Putra dan Omorfa jika melakukan hal-hal yang frontal seperti itu di depan mereka.

Putra pun mulai menempelkan tubuh bagian atasnya ke atas meja, ia menyilangkan kedua tangannya untuk ia gunakan sebagai bantal, lalu menempelkan kepalanya di atas kedua tangannya itu.

"Omorfa, aku tidur dulu ya ..." ucap Putra.

"Iya, selamat tidur ..." ucap Omorfa dengan senyuman sambil menyisir rambut Putra dengan lembut.

Secara perlahan kelopak mata Putra tertutup lalu ia pun mulai 'tidur'.

***

—Dunia Iblis

Seperti biasa, aku terbangun di singgasanaku yang megah. Seorang pelayan yang menyadari keberadaanku langsung menghadap lalu mempersembahkan padaku minuman spesial yang dibuat hanya untukku.

Aku pun mengambilnya dan meneguknya, lalu aku merasakan sesuatu mengalir dalam diriku. Mungkin, kurasa kekuatanku sudah benar-benar pulih. Aku mengepal-ngepalkan tanganku untuk memastikannya.

"Ada apa wahai gustiku?" tanya Satanackia.

"Tidak, bukan apa-apa. Lebih penting lagi, bagaimana dengan Satan? Apa kau telah menemukan sesuatu?" tanyaku padanya.

"Maafkan aku wahai gustiku, sepertinya aku telah salah. Kami tak menemukan keanehan apapun." jawabnya.

Itu berita bagus, itu yang aku pikirkan. Tapi aku juga tak boleh lengah pada situasi-situasi yang mungkin akan terjadi nanti. Jika Satan memang berada di balik semua ini, aku tak tahu harus melakukan apa. Bagaimanapun juga ..., ialah yang telah membuka kedua mataku ini sebagai seorang iblis. Mungkin bisa dikatakan bahwa ia sudah kuanggap sebagai penyelamat ku.

"Kalau begitu, hentikan penyelidikan pada Satan. Aku tak ingin mengganggunya."

"Dimengerti."

"Tapi ... pastikan bahwa kau menemukan dalang dari penculikan Omorfa saat itu."

Satanackia mengangguk mendengar perintahku.

Tiba-tiba, seorang prajurit masuk dengan tergesa-gesa kehadapanku. Setelah berada cukup dekat denganku, ia menundukkan kepalanya.

"Yang Mulia! Purson telah berkhianat kepada kita!"

Purson katanya?! Aku memberinya tugas untuk mencari Lina beberapa waktu lalu, tak ku sangka bahwa ia akan melakukan hal bodoh seperti ini. Ia mungkin menyadari bahwa beberapa waktu lalu kekuatanku menurun, tapi sayang sekali ... saat ini aku telah benar-benar pulih.

Venus - Kisah Sang Iblis [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang