#37 Epilog: Kekacauan

135 3 6
                                    

Di salah satu semesta ciptaan-Nya ...

***

Seorang anak kecil dikerumuni teman-teman sekelasnya. Tanpa ia sadari, pantatnya menyentuh lantai, jalan keluar telah tertutup.

Ini buruk, pikir si anak itu. Aku harus keluar dari sini ...

Namun saat ia mencoba meraih tangannya keluar, seseorang tiba-tiba menggenggam tangan tersebut. Lebih buruknya lagi, sekarang kedua kaki dan satu tangannya yang lain juga digenggam erat.

Ia tidak bisa keluar. Seluruh pergerakannya terkunci.

"Tidak ...! Tidak ....! Lepaskan!!!" anak itu berteriak. Tapi tentu saja, teriakannya tidak dihiraukan sama sekali.

Kemudian salah satu dari mereka meraih celana seragam si anak. Waktu terasa melambat baginya.

Tolong jangan lakukan ...! si anak menagis dalam hatinya.

Tubuhnya meronta-ronta, tapi semua perjuangan itu sia-sia.

Pada saat itu pula, kemaluannya dikeluarkan, dipermainkan, digoyang-goyangkan.

"Hahahaha! Kecil ..!"

Mereka semua tertawa terbahak-bahak, mengolok-ngolok kemaluan si anak. Lalu, pikiran si anak pun mulai KACAU.

TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAK ...!!

HENTIKAN .... TOLONG HENTIKAN .....!!

BERHENTI TERTAWA .... TOLONG ... SIAPAPUN .... TOLONG AKU ...!!

TUHAN ... OH TUHAN .... TOLONG HAMBAMU INI .....!!!

SIAPAPUN ... TOLONG AKU ....!!

TUHAN, IBLIS, MALAIKAT, SETAN ..... SIAPAPUN !!!!

TOLONG AKUUUUUUUUUUUUUUUUUUU .....!

Tanpa ia sadari ... semua sudah kembali seperti semula. Dengan mata yang berair, wajah yang memerah, anak itu masih terkapar ....

Itu adalah sebuah luka yang takkan pernah ia lupakan, takkan pernah sembuh seumur hidupnya.

Dosa apa .... dosa apa ... dosa apa yang pernah aku lakukan ....

Mengapa engkau melakukan ini padaku wahai Tuhan .....

....

Tidak!!! Tidak ada yang namanya Tuhan!!!!

Jika ia ada ... maka ia adalah sesuatu yang sangat kejam ..!

Aku akan membalaskan dendam ini!!!! Aku akan menghancurkan dunia ini!!!! Dengan tanganku sendiri!!!

Saat itu pula, sebuah dendam yang sangat dalam terlahir dalam tubuh kecil sang anak. Seorang anak berumur 9 tahun.

***

––30 tahun kemudian

Namamu adalah Lutfi Faris, kamu adalah seorang pengamen jalanan. Kamu telah kehilangan keluargamu, jabatanmu, dan segalanya. Kamu menjalani hidup dari hasil mengamen sehari-hari. Tak ada yang berubah, tak ada kemajuan. Kamu tetap seorang pengamen di usiamu yang sudah tua ini.

Sekarang umurmu adalah empat puluh tahun. Kamu hidup sebatang kara di jalanan, berkelana mengelilingi kota Garut dengan numpang pada setiap angkot yang kamu temukan tanpa memperhitungkan ke mana angkot itu akan pergi.

Kamu menyulut sebatang rokok karena tak tahan dengan dingin di malam hari.

*Jreng*Jreng*

"Hmm ... ♪ hmm, Hmm ... ♪"

Hidupmu memang menyedihkan, tapi setidaknya bernyanyi dapat meringankan kesedihanmu.

Kamu tak tahu ... bahwa kekacauan yang besar ... akan terjadi di sekitarmu.

====Selesai

Sekuel: Hero #1 Kitab Pendosa

Ini adalah kisah terlahirnya Dewa Kekacauan.

===

Halo para pembaca sekalian, setelah saya hiatus kurang lebih 2thn (sejak awal masuk kuliah), sekarang saya berniat untuk meanjutkan cerita saya. Rencanyanya saya membuat deadline hingga 2021. Yap 2 tahun, untuk menyelesaikan hexalogy saya (Venus, Hero #1, (prequel Hero #2) Hero #3, Cursed Finger (tamat), dan terakkhir The End). Oh ya, ada juga side-story dari cerita ini pada semesta yang berbeda di Kumpulan Cerpen Kegelapan.

Selamat menikmati ...

Estimasi update pertama hari sabtu esok.

Venus - Kisah Sang Iblis [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang