Hari rabu setelah LDKS, saat pulang sekolah kakak OSIS menyebutkan nama-nama yang lolos LDKS dan... namaku disebut. Anak-anak memberi selamat kepada yan lolos LDKS, tapi aku merasa biasa saja.
Aku mengabarkan Billy kalau aku pulang telat karena ada urusan OSIS dan Billy mengiyakan.
Tiba didepan ruang OSIS, aku melihat Bagas. Ternyata ia juga terpilih.
"Kita bedua doang, Gas yang dari kelompok kita?"
"Eh, Nina. Iya, Na. Alhamdulillah ya!" aku hanya balas tersenyum karena, entahlah. Aku merasa masih belum yakin kalau masuk OSIS.
Satu persatu anak-anak dipanggil kedalam ruang osis. Entah diapakan, yang jelas aku takut. Masalahnya ini sendiri.
Aku sudah menunggu selama satu jam lebih, dan giliranku belum juga. Masalahnya, setiap anak yang keluar pasti langsung diawasi oleh kakak kelas XI agar tidak membocorkan didalam diapakan saja. Aku jadi makin takut. Akhirnya aku pura-pura ingin izin karena ingin pulang tapi, aku malah dinaikkan urutannya jadi setelah yang sedang masuk saat ini. Aku menghembuskan nafas dan kembali menunggu dengan deg-degan.
Sedaritadi aku malu sendiri karena kak Rayhan sedaritadi berada didepan pintu. Kulihat kakinya diperban. Sepertinya abis terjadi suatu tragedi. Oh, ya. Kupikir dia kebagian menjadi penjaga pintu.
Saat orang yang dari dalam ruang osis keluar, disaat itu juga firasatku tidak enak. Aku masuk dengan membaca bismillah.
Aku dipersilahkan duduk ditengah-tengah. Meja dibentuk kotak. Aku seperti orang sedang disidang. Dihadapanku kelas XII semua dan dibelakang kelas XI. Aku benci keadaan seperti ini.
Suara pintu dibuka membuat seluruh orang yang berada diruangan melihat kearah pintu.
"Rayhan lo ngapain sih masuk-masuk? Lo kan daritadi jagain pintu." tanya salah seorang kakak kelas XII.
Kulihat kak Rayhan nyengir-nyengir, "Mau liat gue."
"Mau liat siapa lo?" tanya kak Andi.
"Udah lanjut cepetan kasian itu didepan banyak yang nungguin nanti keburu sore banget."
Akhirnya sesi wawancarapun dimulai. Benar apa kata kak Andi sebelumnya bahwa aku tidak akan diapa-apakan. Tapi, saking geroginya banyak pertanyaan yang terlewatkan. Disini dituntut cepat untuk menjawab sedangkan aku harus berfikir dulu saking geroginya.
Setelah sesi wawancara selesai, aku diperbolehkan keluar dan tanpa aku sadari kak Andi dan kak Rayhan mengantarkanku keluar. Padahal sebelum-sebelumnya tidak ada yang diantar oleh siapapun yang berada didalam ruang osis. Kak Rayhan juga tidak beranjak dari depan pintu namun giliranku yang masuk, ia ikutan masuk.
"Eh, Nina." kak Andi memanggilku saat didepan ruang osis dan aku hanya menengok kearahnya.
"Boleh minta pin gak?" jleb. Aku langsung terkejut.
"Iya sama. Boleh minta pin gak? Hehehe.." kak Rayhan ikut-ikutan dan makin membuat jantungku ingin copot. Sudah kupastikan wajahku merah.
"Hmm.." hanya itu yang bisa aku keluarkan dari mulut. Suasana sore itu masih ramai anak yang belum masuk ruang osis, kakak osis kelas XI, anak yang berlalu-lalang dan anak ekskul.
Aku diam menunduk lumayan lama sampai kak Andi bersuara lagi.
"Kalo gak boleh gak papa."
"Hmm.."
"Jadi boleh gak nih?"
Aku menarik nafas dan hanya mengangguk. Aku benar-benar gak berani melihat kearah kak Rayhan dan kak Andi atau melihat kesekitarku. Bukannya sombong atau kepedean, tapi siapapun yang berada diposisiku sekarang pasti juga akan jadi pusat perhatian. Bagaimana bisa seorang anak kelas X dimintai pin oleh ketua osis&ketua Squel(acara tradisi Meridian)?
Kak Andi segera mengeluarkan hpnya, "Berapa?" lalu aku menyebutkan pinku. Kak Rayhan sepertinya ketinggalan mencatat.
"Berapa tadi ulang, Na?" kak Rayhan minta diulang yang malah dijawab oleh kak Andi, "Nih 7*******."
"Accept ya, Na." ujar kak Andi dan kak Rayhan berbarengan. Aku hanya mengangguk dan pamit pulang. Ini benar-benar aneh.
Malamnya, ketika aku baru selesai mandi aku mengecek hpku. Namun, ada suatu pesan yang membuatku heran yaitu dari kak Andi.
Andi: Ninaaa
Dengan takut-takut dan sedikit memberi jeda yang agak lama, aku hanya membalas seadanya.
Nina: knp kak?
Andi: gapapa. Makasih udah diacc:D
Nina: sama2 kak hehe
Andi: lg apa na?
Kalau sudah begini kok feeling aku gak enak ya. Aku hanya membalas-balas saja karena menghormati kalau ia kakak kelasku sampai aku izin ingin mengerjakan PR. Padahal aslinya aku tak mau melanjutkan chatnya karena takut dan bingung.
Kalau Billy tahu, bisa habis aku. Ia cemburu berat pasti.
******
"Na, lo dideketin sama kak Andi? Huaaaa! You're so lucky! Kok bisa?"
"Hah? Jadi itu beneran, Na soal lo dideketin?"
"Eh, lo kemaren gimana pas dimintain pinnya?"
"Cieee dimintain pin sama kak Rayhan. Seneng dong lo?"
Pagi ini baru saja masuk kelas, tapi aku sudah disambut dengan rentetan pertanyaan teman sekelasku yang aneh-aneh.
"Lo pada tau darimana?" aku hanya bisa menjawab seperti itu atau lebih tepatnya bertanya balik.
"Hellaw, Ninaaa! Kemaren rame banget coy! Semua juga kemaren pada ngeliatin lo kali!"
Dugaanku ternyata benar. Ah, ini benar-benar membuatku malu.
"Yaudah biasa aja ya. Gue gak dideketin atau apa sumpah. Jangan bikin gosip. Nanti gue banyak hatters. Gak enak juga didenger apalagi sampe kakak kelas tau." dan bell masukpun berbunyi.
Saat jam pelajaran Biologi, gurunya tidak masuk sehingga aku sibuk mengobrol dengan Fatika sampai aku tidak sadar kalau hpku getar menandakan adanya pesan masuk.
M. Rayhan: nina
Tuhan, tolong aku sekarang. Aku tahu kak Rayhan sudah punya pacar jadi, bisa kupastikan ini hanya sekedar kenalan. Dengan takut-takut juga akhirnya aku balas.
Nina: knp kak?
Dan chatpun berlanjut sampai pulang sekolah walaupun jeda balasnya lama.
Aku mengetahui kalau kak Rayhan sudah memiliki kekasih sejak setelah MOS. Aku juga menganggap ini sebagai perkenalan, aku harus positif thinking.
Berharap pula kalau Billy tidak akan mengetahui soal ini. Ingat Billy, aku jadi merindukannya. Ah, baru saja ingin mengajak main tapi, aku baru ingat kalau ia lagi gak ada motor. Aku coba ajak Billy dulu akhirnya.
Nina: Bil, main yuk. kgn hehe
Billy: ayuk. kermh aku aja tp ya.
Sudah kuduga pasti Billy akan mengajakku kerumahnya.
Nina: jln aja yuk bil kmn. bsn dirmh km trs kita gaprnh jln keluar.
Billy: mls aku na kl jln2 gt lagian gada mtr
Aku menghembuskan nafas. Entah harus keberapa kalinya aku mengalah dan hanya bisa dirumahnya saja. Padahal, aku juga inhin seperti yang lain. Bisa jalan-jalan atau apalah. Kalau pacaran hanya dirumah dan seperti itu saja aku bosan. Aku ingin melakukan hal yang baru, tapi Billy selalu tidak mau dan ada saja alasannya.
Entah, aku hanya berharap. Kelak, jika aku memang benar merasa bosan atau bahkan sampai jenuh, perasaanku tidak akan hilang padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black White Oreo
Roman pour AdolescentsKarenina Andjani, adalah gadis gendut yang tidak terlalu tinggi karena sangat suka makan oreo. Gadis berwajah cantik oriental ini ketahuan suka dengan Arsyah, seniornya yang menjadi wanna be. Seiring berjalannya waktu, banyak yang harus dikorbankan...