Sebelum lanjut kekisah, aku ingin curhat. Terserah, sih mau diskip apa enggak. Maaf kalau ngebosenin dan kepanjangan atau bahkan gak penting ya.
Saat SMP, aku mempunyai teman dekat dikelas 3 SMP yaitu, Cindy, Deby, Sebi, dan Indri. Kebetulan, pacarku dengan pacar Deby&Indri memang teman dekat juga. Kalau Sebi dengan gebetannya. Kalau pulang sekolah, aku selalu pulang jalan kaki sendiri. Deby pulang dengan pacarnya, Indripun begitu. Bahkan, saat itu Sebi yang baru dekat dengan salah satu teman diantara merekapun lansung diantarkan pulang. Gebetannya rela meminjam motor orang demi mengantarkannya pulang. Dibilang iri, jujur saat itu aku iri dan sangat sedih. Kalian boleh bilang aku lebay, bersyukur atau apa terserah. Aku hanya merasakan, Billy terlalu cuek dan seperti tidak ada usahanya. Tapi, aku tidak pernah mengeluh dan menunjukkan itu padanya.
Entah apa yang membuatku dengan Billy langgeng. Padahal, cara pacaranku dengan dia sangat klasik dan sangat membosankan. Wajar, masih SMP.
Tapi, sampai SMA keterusan. Dari dulu, kalau anniversary aku selalu duluan memberikannya kado dan itupun aku bilang dulu kalau aku memberikannya kado. Kalau aku sudah bilang begitu, ia baru beli kado.
Aku menyadari itu semua saat SMA, ketika aku mulai mengerti dan ketika rasa bosan itu mulai muncul.
Billy gak pernah mau aku ajak jalan-jalan, aku ajak ini itu, ia hanya mau menemaniku jika itu memang penting dan sangat kuperlukan dan itupun ia tidak mau lama-lama. Hal yang paling berkesan untukku mungkin, saat aku ke Dufan bersamanya dan teman-temanku yang lain dan tahun baruan bareng dirumahku. Itu juga dua-duanya aku yang memohon agar dia mau ikut.
Aku sering mengalah kalau bertengkar karena aku tau aku akan kalah debat. Aku juga selalu menuruti apa maunya. Tapi, ia mendengarkanku saja tidak.
Oh, iya. Aku juga pernah saat itu nonton sama Billy, ia gak kuat dan izin mau ngerokok. Memang disitu aku merasa kesal tapi, aku coba tahan. Kemudian ia datang dan merokok didepanku. Malah asapnya ia buang kemukaku. Aku ingat sekali itu masa paling sulit ketika aku harus menahan tangis didepan cowok. Dan akhirnya, kami bertengkar.
Billy itu orangnya cuek. Mungkin karena dia termasuk orang pintar kali, ya. Ia juga kalau sudah main benar-benar lupa semuanya dan pulang sampai pagi banget. Seandainya ia sholat, mungkin aku masih maklum karena ia laki-laki. Aku sampai lelah mengingatkannya untuk sholat.
Masalah orangtua. Kalian bisa bayangkan nggak? Aku dan Billy pacaran sudah satu tahun 8 bulanan tetapi, orangtuaku tidak tahu. Ya, aku backstreet dari orangtuaku. Aku dilarang pacaran terutama Papa. Keluar malam saja gak boleh, makanya waktuku juga terbatas banget dengan Billy. Ditambah Papa yang protect dan ribet izin kedia.
Kemudian, ia juga kalau sudah marah omongannya sangat sangat sangat pedas. Memang tidak kasar, tapi menusuk banget. Contoh, saat itu aku pernah dibilang bocah yang sok dewasa. Ia bilang itu saat aku bertengkar dimotor. Untungnya aku tidak nangis.
Yang membuatku benar-benar jengah adalah, sifat over protectivenya. Aku sangat mewajari jika ia melarangku untuk berpakaian yang kurang sopan, tapi sungguh, kalau sudah mengusik perihal urusan kehidupanku, aku benar-benar tak suka. Ia memang pacarku, tapi buat apa melarangku sampai segitunya?
Aku juga putus nyambung dengan Billy sampai 4 kali. Bodoh juga, ya aku kalau dipikir-pikir.
Yaudah, balik lagi ke cerita ya.
Malam itu aku melamun. Tiduran memandangi langit-langit kamar. Sebenarnya, beberapa waktu setelah aku ulang tahun, aku merasa seperti ada yang mengganjal dengan hubunganku dan Billy. Entah apalah itu, yang jelas aku coba lupakan. Tapi, malam ini berbeda. Rasanya benar-benar menuntut untuk aku rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black White Oreo
Fiksi RemajaKarenina Andjani, adalah gadis gendut yang tidak terlalu tinggi karena sangat suka makan oreo. Gadis berwajah cantik oriental ini ketahuan suka dengan Arsyah, seniornya yang menjadi wanna be. Seiring berjalannya waktu, banyak yang harus dikorbankan...