"Ya, gue minjem duit lo dulu dong. Maaf nih, gue minjem lagi."
Yang biasanya aku tidak boleh keluar malam, aku nekat pura-pura izin ngeprint. Padahal, aku sedang dirumah Ayya.
"Maaf nih sebelumnya, Ya, duit lo yang Rp. 80.000 kemarin aja belom gue balikin yang buat nyetak foto."
Sebenernya juga gak enak minjem duit terus ke Ayya. Tapi, mau gimana? Aku udah coba nanya ketemen-temen yang lain dan mereka bilang gak ada duit. Cuman Ayya yang ada. Sedangkan ini bener-bener ngejar deadline yang H-1 ternyata masih kurang.
"Selow, Na. Selagi gue emang ada duit pasti lo gue bantu. Namanya juga sahabat yakan? Gue juga ngerti sikon lo yang emang lagi bener-bener gak ada duit karna udah kekuras sama scrapbook lo itu dan Squel."
"Iya, Ya. Gue harus begadang nih malem ini. Mana PR Matematika beloman. Yaudah gue pinjem duit lo dulu ya, Ya. Gue janji 2 minggu lagi gue ganti."
"Selaw, Ninaaaa.. Yaudah sana pulang keburu diomelin Papa lu. Hati-hati ya!"
******
11:51
PR Matematika baru kelar saking banyaknya. Badan udah lelah banget. Mata berat banget rasanya. Kayaknya 3 bungkus Nescafè kurang.
Scrapbooknya belom kelar. 51 foto belom digunting dan dibentuk. Belom dihias atau dibikin unik. Entah sampai jam berapa dan hasilnya gimana, yang jelas ini buat Billy. Buat besok. 2 tahun.
******
Rabu, 12 November
Akhirnya aku tidak tidur semalaman. Sedangkan hari ini adalah pelajaran berat semua. Tenagaku benar-benar sudah mau habis rasanya. Kepalaku pusing dan lingkaran mataku terlihat tambah merah.
"Na, lo gamau pulang aja?" Fatika menegurku saat bell pergantian jam.
"Gapapa kok, Fat. Pusing aja gara-gara kurang tidur."
"Btw, gimana scrapbook lo?"
"Udah jadi alhamdulillah."
"BAWA GAK!? MAU LIAAAT!!"
Tanpa menunggu jawabanku, Fatika sudah langsung merogoh tasku dan mencari buku tersebut.
Aku hanya menunduk menutupi wajah saking pusingnya. Semoga saja tidak ada guru sekarang ini. Rasanya ingin tidur saja.
Walaupun aku tidak melihat, tetapi aku bisa mendengar bagaimana lembar-perlembarnya Fatika buka. Dan setiap Fatika membuka lembarannya, lansung terbayangkan apa isinya karna aku sudah hafal diluar kepala.
Halaman pertama, aku gambar bentuk kalender. Angka yang dikotak-kotaki dan angka 12 yang ditujukan dibulan November kuberi tanda hati.
Halaman kedua, aku ceritakan pertama kali aku kenal dan jadian dengannya.
Halaman ketiga, foto pertamaku dengan Billy. Tidak lupa aku cantumkan tanggal disetiap foto beserta penjelasannya.
Semua halaman seperti itu. Tapi, tidak hanya foto berdua dengan Billy, ada juga barang pemberian darinya dan barang pemberian dariku. Foto-foto tersebut kugunting beraneka bentuk. Kalaupun bentuknya hanya kotak biasa, pasti kubuat seperti kartu atau kuhias.
Sampai pada halaman kesepuluh, foto aku dan Billy mengenakan batik asal sekolah masing-masing dengan foto aku dengan Billy mengenakan batik yang sama saat SMP. Aku ingat tulisanku; Dari yang batiknya sama, dari yang biasanya kalo ketemu dikantin senyum dan nyapa, dari yang biasanya main dulu kalo pulang disekolah sampai diusir, dari yang suka tukeran tugas, dari yang suka liat-liatan kesebrang karna kelasnya sebrangan, dari yang biasanya ngumpul becanda bareng, pokoknya banyak deh, sampe yang sekarang beda sekolah ya, Bil. Hehehe.. sedih sih sebenernya, tapi mau gimana? Kamu pernah bilang kamu punya mimpi dan kamu mau kejar itu. 'Walaupun beda batik, gak kalah bahagia sama yang sebatik ya, Na.' aku inget kata-kata kamu yang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black White Oreo
Roman pour AdolescentsKarenina Andjani, adalah gadis gendut yang tidak terlalu tinggi karena sangat suka makan oreo. Gadis berwajah cantik oriental ini ketahuan suka dengan Arsyah, seniornya yang menjadi wanna be. Seiring berjalannya waktu, banyak yang harus dikorbankan...