Kian hari hubunganku dengan Billy bukannya makin baik, malah makin renggang. Sama-sama sibuk dengan kesibukannya. Aku mungkin kaget dengan yang namanya SMA sampai badanku jadi turun 8kg. Beban fikiran dimana-mana. Fisik, otak, hati, semuanya lelah bekerja.
Pensi Squel tinggal seminggu lagi. Tapi dana masih kurang. Ya, kurang lebih 50 juta. Seluruh panitiapun bingung. Semua ini sudah cukup membuatku lelah. Beban fikiran dan fisik yang benar-benar merusak semuanya. Rasanya ingin keluar OSIS dan berhenti sekolah. Entah kepada siapa lagi aku harus bercerita.
Jumat, 31 Oktober
Sore ini setelah cup Squel hari terakhir selesai, seluruh panitia yang hadir dan tersisa dikumpulkan dilapangan untuk membahas masalah dana pensi.
"Kalo menurut saran gue nih, ya kita jual-jualin lagi itu tiket. Tiap orang harus ngejual sampe 7 tiket gak boleh kurang." ujar salah satu kakak kelas XII.
"Tapi, pasti masih kurang. Ngamen sama jualanpun masih kurang walaupun kita kerja full seminggu ini."
"Mau gak mau sponsor."
"Nah! Bener tuh!
"Sponsor darimana? Ini udah H-seminggu!"
Aku yang pusing mendengar perdebatan kakak kelas XII hanya diam saja memijat-mijat kepala. Pening dan lelah. Rasanya ingin cepat pulang saja.
"Gini, deh. Anak 63 sama 62 cari 30 juta. Angkatan 61 cari 20 juta. Kalian banyak karena kalian digabung. Gimana? Kalau kalian bisa dapet sponsor itu lebih bagus." kak Andi menyuarakan sarannya yang disetujui kak Rayhan dan kak Puteri, selalu ketua pensi dan ketua pelaksana Squel.
Lagi-lagi ngamen, lagi-lagi minta sumbangan kerumah-rumah, lagi-lagi jualin tiket, lagi-lagi jualan.....
Jam sudah menunjukkan pukul 17:03 dan kumpul panitia juga sudah dibubarkan. Tapi, anak 62 dan 63 harus kumpul dulu untuk membahas soal mencari dana.
"Na, lo gak dicariin?" Bagas tiba-tiba duduk disebelahku.
"Paling nanti kayak biasa kalo udah adzan diomelin, hehehe..." sebenarnya aku sudah pusing dan lemas. Rasanya ingin rebahan saja.
"Gue anterin pulang aja yuk! Lo pucet, Na." Peka banget ni orang yak.
"Gak usah, Gas. Gue gapapa kok. Gak enak juga kalo balik duluan."
Bagas berdiri tiba-tiba dan menghampiri salah satu kakak 62. Entah bicara apa aku juga tidak ingin tahu.
"Ayuk, Na balik gue anterin. Tadi udah gue izinin tuh!"
Aku langsung melotot kaget dan menjitak Bagas. Apa-apaan dia!?
Tanpa persetujuanku, aku langsung ditarik olehnya dan segera pamit dengan kakak 62 dan temanku yang lain. Punya sahabat gila dan nekat memang seperti ini resikonya. Tapi, ada untungnya juga sih, hehehehe...
Setelah sampai rumah, aku langsung mandi dan saat menempel kasur, aku malah tidak bisa tidur. Pesan masuk dari Billy juga terus berbunyi.
Billy: km td plg sm syp?
Nina: wafi. knp?
Billy: gada yg lain emg tmn cewek lo?
Nina: gada. knp?
Billy: gue gasuka, Na lo dkt2 sm wafi. lo terlalu dkt sm dia. lo tau gue gasuka kalo lo main sm cowok, punya tmn cowok, tp lo malah nantangin gue. cemburu gue gede jg karna gue syg bgt sm lo. tp lo ngulangin terus slh lo.
Nina: udah?
Aku malas sekali berdebat soal ini jadi kuputuskan langsung mematikan handphone dan tidur istirahat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Black White Oreo
أدب المراهقينKarenina Andjani, adalah gadis gendut yang tidak terlalu tinggi karena sangat suka makan oreo. Gadis berwajah cantik oriental ini ketahuan suka dengan Arsyah, seniornya yang menjadi wanna be. Seiring berjalannya waktu, banyak yang harus dikorbankan...