Candle Light Dinner

2.1K 179 9
                                    

Hening. Tidak ada lagi yang membuka pembicaraan sejak lelaki berambut hitam itu menjelaskan semuanya. Justin hanya terdiam dengan kepala yang terpekur membuat Christian dan Rowena menjadi semakin merasa bersalah. Lelaki itu menghela nafas, mendongkakkan kepalanya dan berjalan menuju jendela di ruangan itu. Pandangannya menerawang, hatinya mendadak remuk mendengar bahwa orang yang paling ia cintai tidak lagi mengingatnya.

"Aku benar-benar minta maaf, Justin. Hanya itu satu-satunya cara untuk menolongmu."

Justin berbalik memandang Rowena yang duduk di dekat peti mati bersama Christian dan Bennet. Pandangannya hampa, tidak lagi tajam dan mengintimidasi seperti biasanya.

"Rowena berniat baik. Ia bahkan tak memberitahuku tentang ritual penyelamatan nyawamu ini." Christian menimpali.

Justin tetap tak bergeming, pandangannya kembali beralih pada jendela. Ia memejamkan mata, menghela nafasnya lagi.

"Aku tahu kalian semua berniat baik," Lelaki itu berbalik dan memandang Rowena. "Terutama kau Rowena."

Rowena dan Christian saling memandang. Sekarang keduanya dapat bernafas lega setelah lelaki itu akhirnya berbicara.

"Jika ini permainan takdir. Mari kita bermain." Lanjutnya.

Christian bangkit dan berjalan mendekati lelaki itu. "Kau hanya perlu membuka kembali hatinya. Seperti dulu."

Justin mengangguk, "Baiklah, siapkan aku penerbangan tercepat ke London."

"Tunggu aku, miamor!" Gumamnya.

---------

Lena Lee baru saja menyelesaikan makan siangnya. Ia sudah merasa lebih baik sekarang. Kota London sedang cerah hari ini, wanita itu baru saja hendak memasuki kamarnya tetapi tiba-tiba bel pintu apartemennya berbunyi.

"Hall--"

Lena hampir saja terjungkal ke belakang ketika tamunya tiba-tiba saja memeluknya. Ia mengerjap beberapa kali untuk memperoleh kesadarannya bahwa ia baru saja dipeluk secara mendadak.

"Aku begitu mengkhawatirkanmu, Lena." Ucap lelaki itu saat ia melepas pelukannya. Lena nampak diam, masih dengan raut wajah yang kebingungan.

"Ludwig berkata kau sakit. Jadi, aku menyempatkan diri untuk mengunjungimu." Lanjutnya.

Melihat reaksi Lena yang tak menyahut, lelaki ini menguncang tubuhnya pelan. "Lena. Hei."

"Ah," Lena mengerjap, "Zac kau baru saja memelukku!"

Zac tersenyum lebar, "Maafkan aku soal itu." Ucapnya lalu memberikan wanita itu sebuah bingkisan, "Ini buah untukmu."

Lena mendengus lalu memasukki apartemennya, menaruh buah-buahan itu diatas meja di depan televisi. Saat Zac duduk disampingnya wanita itu kembali berbicara, "Kau tak kerja, heh ?" Ia menoleh ke arah Zac, "Jam makan siang sudah habis."

Zac tak menyahut, ia bahkan mengalihkan pandangannya dari wanita itu.

"Ada apa, Zac ?"

Tetap tidak ada sahutan.

"Zac, kau membuatku takut." Lena mendekati lelaki itu, mengelus lengan yang kekar itu pelan. Zac menoleh, memandang wanita itu dengan gundah.

"Kantor mengirimku untuk dinas ke Australia selama dua bulan." Katanya lirih.

Lena mengerenyit, "Bukankah itu bagus, kau akan pergi ke negeri orang."

Lelaki itu memperbaiki duduknya, memandang wanita itu begitu lekat. "Itu berarti aku tidak akan bertemu denganmu selama dua bulan."

Lena Lee : When You ComebackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang