London Eye

2.4K 184 5
                                    

"Zac!!!"

Teriakan wanita itu sukses membuat Zac menjatuhkan jam tangannya. Ia berbalik dan mendapati putri dari Pace Lee ini berdiri diambang pintu kamar dengan senyum lebar terlukis diwajah cantiknya.

"Lena." Ucapnya kesal, "Kau mengejutkanku."

Lena tertawa kecil, ia berjalan memasuki kamar lelaki itu dengan santai. "Pembalasan dendam."

Zac menggeleng takzim, lelaki itu kembali memasang jam tangannya lalu berjalan keluar kamar. Dengan cepat ia berhenti dan berbalik mengambil kunci mobil yang ia letakkan di atas nakas.

"Tidak, Zac." Lena mengambil kunci mobil itu dan menaruhnya kembali. "Kita jalan kaki, lebih khimat." Lanjutnya.

Zac memandang Lena bingung, disaat semua wanita ingin menaiki mobil dengan lelakinya wanita ini malah menyuruhnya jalan kaki. Ah dia lupa, ia bahkan bukanlah lelaki wanita ini.

"Ayo! Nikmati hari libur terakhirmu, Zac."

Zac mengangguk pasrah dan mengikuti wanita itu berjalan ke luar apartemennya.

"Jadi kita akan ke mana nona ?" Tanya lelaki itu saat mereka sudah berada didepan gedung berhadapan langsung dengan jalan raya kota London. Lena tersenyum penuh arti, ia memandang matahari sebentar dan mulai berjalan dengan menarik tangan Zac. Seperti biasa lelaki itu tak memberontak.

"Kau belum menjawab----"

"Ke tempat pertama kali kita bertemu." Potongnya cepat dan pelan seraya terus menarik tangan lelaki itu. Zac nampak berpikir sebentar lalu kemudian kepalanya mengangguk ketika ia tahu kemana tujuan wanita di depannya ini.

-------

London Eye memang selalu ramai, sebagai salah satu maskot kota London tempat ini merupakan tempat yang wajib dikunjungi. Sebuah roda hamster raksasa yang sungguh menawan, didepannya terbentanglah sungai Thames yang tak kalah menawan. Lena Lee dan Zac Afrod sangat menikmati perjalanan mereka kali ini ditambah dengan angin musim semi dan panas matahari yang mendukung.

"Aku ingin ice cream." Pinta Lena saat mereka berada di taman Jubilee. Zac memandang Lena yang terlihat kelelahan, bagaimana tidak ? Wanita ini lebih dulu mengelilingi big ben dan istana Westminster sebelum mereka sampai disini.

"Baiklah, kau duduk disini dulu." Ucapnya sembari mendudukan wanita itu pada sebuah bangku taman lalu pergi menjauh.

"Zac coklat!" Dari kejauhan terlihat Zac mengangguk. Lena mendesah pelan, perlahan ia menyadarkan punggungnya pada kursi taman itu. Mata coklatnya mengamati sekitar, taman Jubilee memang merupakan taman yang indah. Banyak orang yang datang ke sini, tentu saja ini musim semi. Pandangannya terhenti pada wanita yang berada beberapa kaki darinya. Wanita itu duduk sendirian dikursi taman itu, ia terlihat membaca buku yang berada dipangkuannya. Wanita itu terlihat sebaya dengannya, rambut coklat keemasan dan kulit putih pucatnya yang sangat kontras dengan gaun selutut berwarna birutua yang ia kenakan. Lena menyipitkan matanya berusaha melihat wajah wanita itu, dan tiba-tiba wanita itu mendongkak menatap Lena yang nampak terkejut. Wanita itu sangat cantik dengan mata biru yang terlihat sangat----familiar ? Lena tersenyum saat wanita itu juga tersenyum kearahnya. Ia tidak tahu apa yang terjadi tapi rasanya ia pernah bertemu dengan wanita itu, tapi dimana ?

"Lena." Suara panggilan Zac membuat Lena terkejut. Lelaki itu memandang wanita itu bingung, "Kau kenapa ?"

Lena tak menyahut dan kembali terkejut ketika menyadari wanita itu sudah tidak berada di tempatnya.

"Kau kenapa ?" Tanya Zac kali ini terdengar lebih kebingungan. Lena menggeleng sepertinya wanita itu telah pergi saat lelaki ini memanggilnya.

"Ini ice cream mu."

Lena tersenyum dan menjilati ice cream coklat yang diberikan Zac.
"Kau lama sekali."

"Benarkah ?" Zac tersenyum, "Kau merindukanku ?"

Lena memandang lelaki yang berada disampingnya itu, "Tidak." Sahutnya singkat, "Aku hanya merindukan ice cream ini."

"He-em." Zac mengangguk, "Ternyata hipotesa ku benar."

Lena mengerenyit, "Hipotesamu?"

"Hipotesa yang mengatakan kau punya kelainan sexual."

Bibir wanita itu terbuka lebar, "Apa ?!!!"

Zac tertawa dan segera berlari menjauhi wanita yang mengejarnya itu. Lelaki itu bahagia seperti ini, walau sebenarnya ada bagian dalam hati kecilnya yang berkata ini salah. Mencintai Lena adalah perbuatan salah. Salah besar. Langkahnya terhenti ketika ia sudah sampai di depan London Eye, bibirnya tersenyum ketika mengingat pertemuan pertama mereka. Ya, bisa dibilang saat itu Zac terlihat seperti pengutit.

"Kenapa kau berhenti ?" Lena segera menarik tangan Zac, "Kau tersenyum sendiri seperti orang gila." Gerutu wanita itu saat mereka sudah sampai didepan pintu kapsul.

Zac mengambil tempat duduk didepan Lena, London Eye mulai berputar. Ms. Lee itu terlihat sangat senang, bibirnya yang merah muda tak berhenti tersenyum. Lena memandang Zac yang malah memandangnya.

"Pemandangan di luar lebih indah dari wajahku, Zac."

Zac menggeleng, "Tidak." Bibirnya tersenyum. "Kau satu-satunya keindahan."

Lena memandang Zac tak percaya. Lelaki ini baru saja merayunya. "Kau sakit ?"

"Tidak."

Lena beralih tempat duduk di samping lelaki itu lalu memandang lelaki itu lebih intens, "Aku rasa kau sakit."

Tangan Zac mengenggam tangan Lena yang berada dipangkuannya, "Aku mencintaimu."

Mata coklat itu membelalak, bibirnya terbuka lebar. Rasanya kesadarannya telah terenggut, apa-apaan ini. Bukan lelaki ini yang ia pertanyakan, tapi semua penuturan Ludwig yang sekarang kembali terngiang di kepalanya.

"Umh--"

"Tidak apa-apa, Lena." Zac menggeleng dan mengelus punggung tangan Lena lembut. "Aku tahu ini terlalu cepat. Pernyataan ini terlalu cepat. Aku akan menunggu, tenang saja." Lanjutnya.

Lena terdiam, ia tak dapat menemukan kata-kata. Ia bahkan masih berpikir pernyataan lelaki ini sangat romantis. Di musim semi, di atas London Eye. Ia kembali mengalihkan pandangannya ke luar kapsul, London dan segala panorama keindahannya.

Mereka sudah sampai di depan kamar apartemen Lena yang memang lebih dulu dari kamar Zac. Sedari tadi Zac terus menerus melontarkan guyonan yang membuat wanita itu tertawa. Lena sempat berpikir hubungan mereka akan renggang akibat pernyataan lelaki itu, tapi ternyata tidak. Semuanya terlihat seakan tidak pernah terjadi apapun.

"Sudah sampai."

Zac mengangguk, "Hari yang menyenangkan, Lena."

Lena tersenyum manis. "Aku juga akan mulai bekerja besok." Ucap wanita itu, "Lamaranku diterima kemarin malam."

Zac menatap Lena dalam, wanita ini benar-benar hebat. Ia bekerja disaat Ludwig bahkan sudah mempunyai penghasilan yang lebih dari cukup untuk mereka bertiga, di tambah Pace yang merupakan CEO salah satu perusahaan besar di London. Pace memang mendapat jabatan CEO dari perusahaannya di New York dan beruntunglah Pace dipindahkan di salah satu cabang di London.

"Baiklah." Zac tersenyum, "Sepertinya kau juga akan menjadi nona sibuk sekarang."

"Mungkin." Sahut Lena. Dan tawa mereka kembali menggema.

"Aku rasa aku harus masuk."

Zac mengangguk.

"Dah Zac!"

Zac tersenyum tipis saat pintu apartemen itu tertutup. Ia menarik nafas panjang atas apa yang telah ia lewati hari ini. Zac merutuki dirinya dalam hati, ia mencintai istri dari sepupunya sendiri. Ya walaupun mereka sebenarnya bukan sepupu dalam artian sesungguhnya mengingat mereka adalah vampire. Ia berjalan pelan menuju apartemennya dengan hati gundah.

~~~~

Xoxo

Lena Lee : When You ComebackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang