Rekan Kerja

2.4K 215 29
                                    

Udara pagi menusuk kulit, bahkan menembus jas kerja putih yang membalut tubuh wanita itu. Pagi ini kota London di rundung mendung, hanya ada awan kelabu yang memenuhi langit. Lena memberhentikan sebuah taksi lalu menaikinya. Jarak yang cukup jauh dari apartemen ke kantor membuatnya harus menggunakan alat transprotasi. Suasana kota ini sudah mulai ramai, banyak sekali para pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor yang sudah memulai aktivitasnya. Handphone wanita itu berbunyi, ia merogoh tasnya dan tersenyum manis saat menbaca nama yang tertera di layar benda itu.

From : Zac Afrod

Pesawatku akan berangkat.

Semoga harimu menyenangkan, senorita.

"Sekarang aku punya nama panggilan lain." Gumam wanita itu. Lena belum memutuskan jawaban untuk lelaki bermata biru itu. Ia masih ragu akan perasaannya sendiri, tapi jauh di dalam lubuk hatinya; lelaki sebaik Zac seharunya tidak disia-siakan begitu saja.

Mobil taxinya terhenti di sebuah gedung tinggi. Lena menatap gedung itu sebentar, tempat kerja yang hampir sama persis dengan tempat kerjanya di New York. Dengan langkah anggun dan percaya diri ia melenggang ke dalam kantor barunya, berhenti sebentar di receptionits sebelum akhirnya menuju ke ruang atasannya di lantai 22.

Putri Pace Lee mengumpulkan keberaniannya untuk mengetuk pintu berlapis alumumium itu. Ia melangkah masuk saat terdengar sahutan dari dalam. Atasannya adalah seorang lelaki paruh baya yang mempunyai rambut putih yang sedikit menipis, ia jadi teringat pak Abraham ; atasannya dulu yang sering ia ejek si tua bangka.

"Mrs. Lee," Kata lelaki itu ramah.
"Silahkan duduk."

Lena menempati kursi didepan meja kerja atasannya itu. Di tengah-tengah meja terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan 'Orlando Smith'.

"Aku dengar kemarin kau sakit?"

Lena mengangguk, "Maafkan atas keterlambatan saya masuk kerja."

Orlando tersenyum, membentuk bulatan merah muda pada pipinya. Jika diperhatikan, Mr. Smith ini mirip seperti santa claus.

"Tidak apa-apa." Sahut lelaki itu lagi, "Perusahaan saya selalu menerima orang cerdas seperti anda."

"Jadi kapan saya akan bekerja, Mr. Smith ?"

Mr. Smith terdiam, memperhatikan arlojinya dan menatap pintu ruangannya. Setelah ketukan terdengar, ia kembali menatap Lena.

"Sekarang, Mrs. Lee. Anda akan bekerja sama dengan-----"

"Anda memanggil saya ?" Potong suara maskulin itu. Lena segera berbalik, sesaat pandangannya terpaku. Lelaki dengan setelan jas hitam ini membuatnya tak berkedip, kulit putih pucat dengan mata coklat keemasan yang indah. Rambut coklat dan bibir padat nan berisi itu sebagai pelengkapnya. Seandainya lelaki didepannya ini adalah masakan, ia akan menganggap lelaki itu adalah fetuccini oglio olio.

"Mr. Bieber." Ujar Orlando lalu beralih menatap Lena, "Mrs. Lee, ia adalah rekan kerja anda."

Lena mengangguk, ia bangkit dan sedikit membungkuk lalu keluar dari ruangan Mr. Smith. Kakinya melangkah mengikuti lekaki didepannya, tidak ada pembicaraan. Hanya suara langkah kaki yang terus terdengar hingga akhirnya mereka sampai di salah satu ruangan di lantai 16.

Ruangan itu tidak terlalu besar, bercat putih yang didalamnya terdapat dua meja kerja dan sebuah sofa berwarna serupa dengan dindingnya. Jendela besar pengganti dinding itu memperlihatakan keindahan London dari atas lantai 16. Lelaki didepannya itu melangkah menuju mejanya yang membuat Lena berasumsi bahwa meja satunya adalah miliknya.

"Eh------"

"Sudah ada beberapa dokumen diatas meja yang bisa anda kerjakan sekarang." Potong lelaki itu lagi. Lena mengangguk, dalam hati ia mengumpat lelaki ini. Ia bahkan belum tahu nama dari rekan kerjanya sendiri.

Lena Lee : When You ComebackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang