Prolog

5.3K 264 2
                                    

Hembusan nafas kasar lagi-lagi ia keluarkan. Wanita itu berjalan mendekati ranjang, mengamati sahabatnya itu lamat-lamat. Detik jam terasa begitu cepat berlalu, Rowena memejamkan matanya berharap untuk kesekian kalinya bahwa semua ini hanya mimpi. Berharap bahwa mereka semua baik-baik saja, Lena dan Justin baik-baik saja.

"Rowena." Panggil lelaki yang tiba-tiba berdiri disampingnya. Rowena menghela nafas lagi, pandangannya masih lekat pada wanita rupawan yang terbaring lemah dikasur ini.

"Apakah ia akan baik-baik saja, Christian ?"

Christian mengenggam tangan wanita itu, tangan dingin yang berwarna putih pucat.
"Semuanya akan baik-baik saja. Bukankah Lena selalu berkata begitu ?"

Rowena mengangguk, ia memandang lelaki disampingnya. Menatap manik mata coklat yang selalu mendamaikan hatinya.
"Ia wanita ter-damai yang pernah ku temui."

"Ia wanita terbaik yang pernah kita semua temui, Rowena."

Pandangan wanita itu teralih kembali pada wanita di atas kasur itu. Di ambilnya tangan yang tergeletak tak berdaya, tangan yang di jari manisnya melingkar dua buah cincin. Rowena tersenyum getir, ia pernah menjadi saksi atas salah satu cincin yang sekarang ia elus.
"Apakah kau yakin harus melepasnya ?" Tanya Christian.

Rowena mengangguk, "Ia harus memulai kehidupannya yang baru, Christ. Cincin ini tidak akan lagi berpengaruh."

Rowena melepas kedua cincin dengan lembut, lalu ia taruh pada sebuah kotak kecil terbuat dari kayu.

"Kau akan letakkan kotak itu dimana ?" Christian menatap kotak yang dipegang wanitanya.

"Aku meminta Pace untuk menjaganya. Bagaimanapun barang ini milik Lena, kita tak berhak menyimpannya."

Christian mengangguk dan mulai merangkul pelan wanita yang berdiri disampingnya ini. Mengelus dengan lembut rambut coklat keemasan yang ia urai dan mendaratkan kecupan lembut pada puncak kepalanya. Pandangannya beralih ke wanita yang terbaring dikasur, wanita dengan rambut coklat keemasan yang lebih terang dari rambut kekasihnya. Wanita yang terlihat begitu damai di balik bajunya, Christian tersenyum mengingat bagaimana cantiknya dulu wanita itu ketika memakai gaun pertamanya.

"Christian." Rowena melepas pelukannya. "Apakah kita benar-benar harus pergi ?"

Christian tersenyum lagi, "Kerajaan memerlukan kita, Rowena. Robert dan Margareth takkan bisa memegang kendali kerajaan sebesar itu. Ini bukan lagi tentang kerajaan Rjukan."

Rowena menghela nafas lalu mengangguk pelan.
"Bisakah kau memberiku satu menit terakhir ?"

Christian memandang Rowena lalu memandang Lena. Saat matanya kembali bertemu dengan mata biru terang wanitanya ia mengangguk pelan, dan hilang dari ruangan itu seperti hembusan angin.

"Lena." Panggil Rowena lirih.

"Aku takkan mengira takdir akan sekejam ini padamu."

Wanita bermata biru itu mendaratkan bokongnya dipinggir kasur. Tangannya mengenggam kembali tangan dingin yang sempat ia lepas.
"Aku berjanji akan mengembalikan semua milikmu, Lena."

Setitik airmata turun dipipi wanita itu, "Aku berjanji."

~~~~~~

Xoxo

Lena Lee : When You ComebackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang