"Aku tidak menyangka mama melangkah sejauh ini." Qianxi melepaskan genggaman tangan ibunya. "Mama sudah melewati batas. Kita sering membicarakan ini dan aku sudah berkali-kali mengatakan tidak."
"Qianxi.... Dengarkan mama...."
"Aku sudah dewasa. Demi Tuhan.... Apa yang mama pikirkan ketika melakukannya? Aku akan membatalkan ini. Segera. Segera begitu aku punya waktu menemui siapapun itu yang mama sebutkan tadi." Ia melangkah pergi.
"Qianxi! Qianxi!"
Teriakan itu percuma saja. Putranya sama sekali tidak menoleh apalagi berhenti.*
"Menjodohkanku?" Qianxi mencengkeram kemudi mobilnya erat dengan perasaan kesal. "Mama pikir aku tidak bisa menyelesaikan urusanku sendiri? Aku belum berniat menikah." Dia menghembuskan napas.
"Dan hei.... Siapa aku ini? Ribuan wanita mengantri untuk merelakan diri mereka menjadi nyonya Yi YangQianXi. Perjodohan? Yang benar saja!"*
"What's wrong with you, man? Uh? Wei shenme a?" Junkai menepuk pucuk kepala Qianxi dengan pelan layaknya seorang kakak pada adiknya. Setelah bertahun-tahun pun, Qianxi tetaplah sesosok adik kecil dimata Junkai meski ia sudah lulus kuliah.
Qianxi menggeleng malas. Yuan muncul membawa nampan dengan tiga gelas kopi diatasnya.
"Hei.... Sudah beberapa hari sejak terakhir kali kau menampakkan batang hidungmu ke kantor."
"Maaf. Aku sibuk." Qianxi langsung meraih satu gelas sebelum dipersilakan.
"Kopimu." Yuan menyerahkan gelas lainnya pada Junkai. "Artis andalan manajemen kita ini memang supersibuk. Dan dia masih menyempatkan diri untuk datang. Benar-benar sebuah kehormatan." Yuan tertawa riang.
Qianxi mencibir. "Hentikan omong-kosongmu."
Junkai tersenyum melihat interaksi dua orang didepannya. "Kenapa? Aku merasakan keresahan dari tatapan matamu dan caramu menghela napas."
"Sok tahu." Qianxi menyeruput kopinya dan berkomentar,"Akh panas."
"Jujur saja. Kita bukannya baru berkenalan kemarin, Qianxi."
Yuan menyilangkan kakinya keatas meja. "Kuharap ini bukan urusan pekerjaan. Karena kau adalah pemasukan terbesar kami hingga saat ini." Tawanya kembali terdengar.
"Segala hal tampaknya selalu membuatmu tertawa." Qianxi menggerutu.
"Karena itulah aku awet muda," balas Yuan.
"Mama memintaku menikah." Qianxi akhirnya bersuara. Ia menyandarkan badannya senyaman mungkin pada sofa dan melirik Junkai, "Secepatnya."
"Wow." Junkai mengerjap. "Well, itu bagus, man."
"Maafkan aku, Qianxi. Apa mamamu menderita sebuah penyakit? Kau masih cukup muda dan mamamu memintamu agar segera menikah, jadi... hanya skenario itu yang terlintas di kepalaku." Yuan meringis.
Qianxi melemparkan bantal sofa padanya. "Kau terlalu banyak bermain dan menonton drama."
"Lalu kau setuju?" Junkai masih fokus pada topik.
"Kau pikir adikmu ini gila, dage? Mama menjodohkanku dengan perempuan tak dikenal-"
"-Mamamu mengenalnya," koreksi Junkai.
"Sebut saja begitu, tapi aku tidak mengenalnya. Aku tidak tahu apakah dia selebriti, politikus, musisi atau bahkan seorang nerdy," kata Qianxi berapi-api.
"Yang terakhir mungkin tidak. Aku tahu betul mamamu," sela Junkai kalem.
"Dia bisa saja seorang perempuan aneh, atau seorang wanita luar biasa pengatur seperti mamaku."
"Kau bisa menemuinya dulu sebelum memutuskan." Lagi-lagi Junkai berkomentar tenang.
"Itu benar." Yuan menimpali.
Qianxi menatap mereka berdua dengan pandangan hopeless. "Kalian berdua terdengar seperti pendukung mama."
"Qianxi, adikku sayang, kau tahu kan kalau gegemu ini sangat menyayangimu? Kupikir ide mamamu bagus." Yuan tersenyum lebar.
"Xiage!" Qianxi ternganga dan merasa sangat ingin melemparkan handphonenya kearah Yuan. "Bisa-bisanya kau bicara begitu saat dirimu pun bahkan belum menikah."
"Aku belum membutuhkannya, sementara kau.... Kau membutuhkannya. Kau, lihat saja dirimu, Qianxi... Kau selalu membawa aura kelam disekelilingmu. Kau benar-benar butuh istri agar harimu menjadi lebih cerah."
Kali ini Junkai tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa mendengar kalimat panjang Yuan. Dan Yuan belum puas, hingga ia kembali melanjutkan ucapannya.
"Menikahlah, Qianxi. Gege merestuimu." Dan tawa Junkai semakin membahana.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. INCOGNITO [JACKSON YI]
RomanceSebuah fanfiction. TFBOYS emang grup remaja. Tapi dalam cerita ini, aku bikin mereka sekian tahun lebih dewasa. Masa setelah 10 Years Promise. Waktu mereka semua udah memulai solo activity dan nyelesein study masing-masing. Karry sama Roy bahkan cer...