1. Author's Pov -Sudut Pandang Bimo-

52.1K 2.9K 236
                                    

Malam..

Jangan lupa tekan bintangnya dulu sebelum baca hehe. Terus kasih komen deh setelah baca:)

***

Author's Pov

Karena kesibukan yang memakan waktu, mengharuskan Bimo berkutik pada setumpuk pekerjaa di kantor. Bahkan sampai harus di bawa pulang. Semuanya karena, orang sialan yang tiba-tiba datang dan menghancurkan semuanya. Tidak ada yang tahu menahu tentang masalah perusahaa yang sekarng sedang di alami perusahaannya, bahkan Radit sang direktur utama saja tidak tahu tentang masalah ini.

Maka dari itu kali ini Bimo sedang berjuang mati-matian mempertahankan perusahaan yang dia dan teman-temannya bangun dari nol. Karena masalah itu juga yang membuat dia tak bisa menghabiskan waktu bersama istrinya. Karena Bimo harus berangkat pagi-pagi sekali dan pulang larut malam. Dia berangkat saat istrinya masih tertidur dan pulang setelah istrinya tertidur. Begitu terus selama seminggu terakhir ini.

Seperti hari ini, pagi-pagi sekali Bimo harus sudah berada di kantor untuk menyiapkansemua file yang harus dia pelajari demi mendapatkan investor-investor yang akan menjalin kerja sama dengan perusahaannya.

Konsentrasi Bimo terpecah saat handphone-nya berdering. Dia mengalihkan pandangannya pada ponsel yang berada di samping komputer lipatnya. Dilihatnya layar ponsel itu dan ada satu pesan masuk.

Unknown: Bagaimana? Sudah di pikirkan penawaranku Bapak Farell Aghnelli?

"Bangsat!" geram Bimo setelah membaca pesan yang baru saja di terimanya. Di genggamnya benda pipih itu kuat-kuat. Lagi-lagi pesan teror itu yang diterima nya. Entah siapa yang mengirim, tapi yang jelas dia menginginkan sesuatu yang berharga yang Bimo punya.

Bimo merasa lebih kesal lagi, karena dia tidak bisa melacak siapa pengirim pesan itu, karena orang itu selalu mengiriminya pesan dengan nomer yang berbeda. Awalnya Bimo mengira, orang itu hanya sebatas main-main. Tapi, ternyata pemikiran Bimo salah. Karena ternyata orang itu adalah seorang petinggi perusahaan Atama Group, perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaannya. Dan sialnya lagi perusahaan itu adalah perusahaan penyuntik dana terbesar di perusahaannya. Seberapa besarnya? Jangan di tanya, bahkan jika Atama Group mencabut semua dana yang dia invest, Central Group bisa berada di ujung tanduk. Dan bangkrut.

Maka dari itu sekarang Bimo sedang berusaha mati-matian untuk mencari dan mendapatkan perusahaan yang sama besarnya dengan Atama Group.

Bimo memang tahu orang di balik semua yang menerornya itu adalah petinggi Atama Group, tapi Bimo tak bisa apa-apa karena, identitas sang petinggi itu tidak ada yang tahu. Semua management di perusahaan itu di urus oleh orang lain tanpa melibatkan sang pemilik; yang memang terkenal misterius. Maka dari itu Bimo tidak bisa tahu siapa orang itu.

Bimo bisa saja egois, membiarkan perusahaan itu mencabut semua dananya dan dia akan hidup tentram dan damai bersama keluarga kecilnya. Toh, sepertinya warisan dari keluarganya pun tidak akan habis kalau hanya di pakai untuk membiayai anak dan cucunya. Tapi, disini Bimo memikirkan perjuangannya dulu bersama teman-temannya untuk membangun perusahaan ini hingga di titik sekarang.

Bukan hanya perjuangannya yang akan sia-sia tapi Bimo juga memikirkan semua karyawannya dan reaksi sahabatnya -Raditya- kalau dia bersikap egois. Karena tentu saja Radit akan sangat kecewa kalau dia tahu Bimo tega mengorbankan perusahaan yang mereka bangun bersama dengan susah payah.

Bimo menoleh pada pintu yang terbuka. "Maaf, Pak," sapa seseorang yang selama ini menjadi orang kepercayaan Bimo di ambang pintu.

"Ada apa, Tian? Sudah kubilang aku sedang tidak ingin di ganggu!" ujar Bimo sedikit membentaknya. Hanya Tian, satu-satunya orang yang tahu tentang masalah soal si investor itu.

My Last Happiness (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang