2. Author's Pov -Sudut Pandang Bimo-

48.5K 2.7K 299
                                    

Author's Pov

Pandangan Bimo tak lepas dari mobil yang hampir menabraknya. Lalu tertegun sesaat. Bimo mengenali betul mobil itu. Itu mobil...

"Anna?"

***

Setelah yakin bahwa yang dilihatnya memang mobil istrinya. Bimo langsung berlari ke arah mobilnya dan mengejar mobil yang baru saja melewatinya.

Fokusnya tidak lagi pada Dea, dengan panik Bimo meninggalkan perempuan yang baru saja di tolongnya.

"Bimo?! Bim!" teriak Dea menggedor kaca mobil Bimo saat mobil yang di kemudi Bimo melesat menjauh dari tempat itu.

Bimo semakin memacu kecepatan mobilnya saat mobil yang di percayai adalah mobil istrinya sudah tidak terlihat di jalanan yang sepi itu. Selama di perjalanan dia merutuki diri sendiri. Bagaimana bisa dia tidak tahu kalau Anna membuntutinya? Ini sudah pasti akan menjadi masalah besar, apalagi kalau tadi Anna melihat Bimo memeluk teman wanitanya.

Pemikirannya membuyar, seluruh tubuhnya terasa lemas saat Bimo tiba-tiba menghentikan mobilnya. Dilihatnya mobil yang tadi hampir menabraknya kini sudah dalam keadaan ringsek. Mobil itu menabrak pohon hingga pohon yang di tabraknya tumbang.

Dengan lemas Bimo membuka pintu mobilnya dan perlahan berjalan mendekati mobil itu. Dalam hatinya dia berdo'a semoga orang yang berada di dalam mobil itu bukan Anna -istrinya-.

Setelah sampai di dekat mobil sedan hitam legam itu. Bimo membuka pintu kemudi. Seseorang sudah tak sadarkan diri di dalamnya. Posisinya membelakangi Bimo, kepalanya menyandar pada setir kemudi.

Perlahan Bimo merangkul, mengangkat bahu wanita di dalam mobil itu agar bisa melihat wajahnya. Lalu, disingkapnya rambut yang penuh darah yang menutupi wajahnya.

Matanya membulat, jantungnya seakan berhenti berdetak, paru-parunya seakan menolak asupan oksigen dan seluruh tulangnya kini seakan runtuh, remuk redam saat melihat wajah wanita yang kini berada dalam dekapannya.

"Anna?" ucapnya tercekat. Air matanya luruh melihat keadaan istrinya.

Dengan cepat Bimo mengangkat tubuh Anna yang tak sadarkan diri keluar dari mobil. Darah mengalir dimana-mana. Hampir seluruh tubuhnya terluka.

Bimo membawa Anna masuk kedalam mobilnya dan menidurkannya di jok belakang. Setelah itu dia berlari memutari mobilnya dan segera melanjukan mobilnya seperti kesetanan.

Waktu yang seharusnya di tempuh dalam empat puluh lima menit untuk sampai di rumah sakit. Tapi Bimo hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja, dia sudah sampai di rumah sakit.

Sambil menangis Bimo membopong tubuh istrinya yang penuh darah masuk ke dalam rumah sakit. Lalu, sedikit berlari sambil berteriak memanggil dokter dan suster menulusuri lorong demi lorong. Tidak memperdulikan orang-orang yang keluar berhamburan karena teriakan Bimo.

Hingga akhirnya beberapa suster berlari mendorong bangker. Bimo menidurkan istrinya pelan-pelan di atas bangker. Dan dengan tergesa-gesa mereka mendorong bangker itu sampai di ruangan UGD.

"Maaf, Pak. Bapak tidak boleh masuk. Bapak harus menunggu diluar." Salah satu suster menahan tubuh Bimo yang hendak masuk ke dalam ruangan.

"Dia istri saya! Aku mau masuk, Sus!" bentak Bimo tak terkontrol.

"Ya, saya tahu, biar kami saja yang menangani. Bapak harus menunggu diluar." Suster itu mendorong cukup keras tubuh Bimo setelah itu segera menutup pintu ruangan itu.

"Brengsek!" maki Bimo memukul pintu yang baru saja di tutup.

Bimo menunggu diluar ruangan dengan perasaan tersiksa. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan istrinya. Bayangan Anna yang penuh dengan darah membuat Bimo semakin kalut dan tak bisa berpikir dengan jernih.

My Last Happiness (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang