Bagian 16

51.1K 2.6K 118
                                    

Typo bertebaran:)) Semoga terhibur. Happy reading;))

Aku segera melepaskan pelukanku dengan Bagas. Pandanganku dan Bagas langsung beralih pada sosok di ambang pintu yang kini sedang berjalan kearahku.

Aku bangkit dari sofa dan berjalan ke arahnya.

"Mommy?" Aku hendak mencium tangannya. Tapi, Mommy menghindari sentuhanku.

"Apa yang kalian lakukan? Dia siapa, Anna?" Mommy berjalan melewatiku dan menatap Bagas lekat-lekat.

Bagas tersenyum lalu sedikit mengangguk hormat. Berbeda dengan Mommy yang menatapnya sinis dan tidak suka.

"Emh... dia anak tante aku, Mom. Namanya Bagas. Oh ya Gas, ini Mommy, dia mertuaku," jelasku sejujur-jujurnya. Ya, Bagas ini adalah anak dari adiknya Mama, tante Marisca. Aku berjalan mendekati Bagas.

Mommy tampak melihat Bagas dengan menyelidik dan menilai. Sementara Bagas tersenyum lalu menghampiri Mommy lalu mencium tangannya. "Aku Bagas, tante."

"Hm..." gumam Mommy lalu melepaskan pegangan tangan Bagas cepat-cepat.

Pandangan Mommy beralih padaku. Kulihat keningnya berkerut. "Kamu harus menjaga diri, Anna. Kalau kamu melakukan hal seperti tadi dan terlihat orang. Bukan hanya suamimu tapi semua keluarga akan tercoreng namanya. Meskipun kalian saudara, tapi pikiran orang siapa yang tahu," gumam Mommy dingin. Kejadian ini mengingatkanku pada Bimo dan Rana. Jika saja sekarang Mommy bisa bicara seperti itu, kenapa tidak bisa bicara saat Bimo dan Rana melakukan hal yang sama.

Aku hanya mengangguk mengerti. Tidak ingin membantah atau menyangkal. Karena aku tidak ingin menambah masalah kalau aku melawannya.

"Mommy mau minum apa?" tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan saat Mommy sudah duduk di sofa untuk sendiri.

"Tidak usah, Mommy hanya sebentar. Sebenarnya Mommy tidak mau repot untuk datang kemari. Tapi, Daddy memaksa, jadi terpaksa mommy kesini. Langsung saja pada pokok permasalahannya." Aku dan Bagas ikut duduk sambil mendengarkan ucapan Mommy dengan serius. "Rencananya keluarga besar akan menggelar pertemuan keluarga. Kami biasanya melakukannya tiap tahun. Semua keluarga akan berkumpul. Termasuk Granpa dan Grandma, dia akan ke Indonesia. Dan mereka meminta tahun ini di gelar di rumah ini. Tidak keberatan 'kan kamu, Anna?" Aku mengerjap setelah menangkap pertanyaan yang di lontarkan Mommy.

Aku menggeleng. "Tentu saja tidak, Mom. Kapan acaranya?"

"Minggu depan, kamu harus persiapkan semuanya. Yasudah kalau begitu, Mommy pulang." Pandanganku mengikuti Mommy yang berdiri setelah menepuk pahanya.

Aku pun ikut berdiri.

Pandangan Mommy beralih dariku pada Bagas di belakangku lalu kembali menatapku. "Ingat kata-kata Mommy, Anna. Pikiran orang lain siapa yang tahu," ucapnya dingin sebelum melangkah keluar dari rumah.

Aku ikut berjalan di belakangnya dan menunggu mobil yang Mommy tumpangi menghilang di balik gerbang.

Aku kembali ke dalam rumah dan menatap Bagas yang masih duduk di sofa.

"Dia mertuamu, Ve?" Aku duduk di sofa untuk satu orang, lalu bergumam menjawab pertanyaannya. "Sepertinya dia kurang begitu akrab sama kamu."

"Entahlah, dia tidak begitu akrab dengan menantu-menantunya. Sudahlah, tidak usah di bahas. Kamu mau minum apa? Sejak tadi aku belum menawari kamu minum?" Aku bangkit dan berjalan ke arah ruang makan.

Di ruang makan kami melanjutkan perbincangan yang sempat terputus tadi. Banyak waktu yang sudah kami lewati dulu. Bahkan aku merasa masa kecilku tidak akan bahagia dan indah jika tidak ada Bagas saat itu.

My Last Happiness (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang