Bagian 24

61.8K 3K 348
                                    

Mungkin setelah ini akan Ending :)

Besok harinya aku terbangun dengan mata sembab karena semalaman aku menangisi hal yang entah apa, aku juga tidak tahu.

Hari ini di rumah kak Radit tidak ada siapapun. Kak Radit sudah berangkat tadi pagi. Kedua anaknya sekolah, dan kak Aliza harus menghadiri acara di sekolah Zara.

Jadi, daripada aku bosan berada di rumah sendirian. Lebih baik aku berjalan-jalan diluar dari pada menunggu di rumah ini. Lagi pula, mereka semua mendiamkanku karena aku mengambil keputusan untuk bercerai dengan Bimo.

Selesai memoles wajahku dengan make up tipis aku meraih tas dan ponselku yang sejak kemarin tidak aku sentuh.

Aku lupa mengganti mode silent ponselku. Karena kemarin aku sengaja men-silent demi menghindari Bimo yang terus-menerus menghubungiku.

Penasaran aku membuka lock layar ponselku. Banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab yang aku terima. Beberapa pesan dari operator sim card dan sisanya dari Bimo.

Kak Bimo : Anna kumohon keluar dulu. Kita perlu bicara. Kamu tidak bisa bersikap seperti ini. Ayo kita bicarakan semuanya dengan baik-baik.

Pesan itu di kirim pukul setengah 9 malam. Jadi malam tadi Bimo datang kesini?

Kak Bimo : Sayang kumohon keluarlah. Aku menunggu.

Kak Bimo : Anna?

Kak Bimo : Keluarlah, temui aku. Kita harus bicara Anna.

Kak Bimo : Baiklah kalau kamu tidak mau menemuiku. Tapi aku tidak akan menyerah mendapatkan kamu kembali Anna. Kamu isteriku. Dan akan selamanya menjadi isteriku. Apapun yang terjadi, bagaimanapun kamu memaksa untuk berpisah denganku. Aku tidak akan menyetujuinya. Aku tidak akan menyerah dan menceraikanmu. Aku mencintaimu.

Aku mengerjapkan mataku dan meneteslah genangan air di pelupuk mataku. Lagi-lagi aku menangisi yang tidak tahu hal apa yang aku tangisi.

Aku segera menyeka air mataku dan memasukan ponselku kedalam tas.

Berjalan-jalan di taman kota cukup membuatku sedikit melupakan rasa penat yang sedang aku rasakan. Aku duduk di kursi taman sambil menikmati apa yang aku lihat.

Entah sudah berapa lama aku duduk termenung di kursi taman ini. Menikmati setiap hembusan angin yang membelai wajahku. Yang sedikit banyak membantuku merelaks-kan pikiranku. Sehingga membuat beban yang kuhadapi tak begitu berat. Jika, tidak ada orang yang bisa di ajak berbagi, maka aku akan berbagi dengan alam. Alam yang bersedia mendengarkanku bahkan tanpa harus aku mengatakan sesuatu.

Aku melihat pada jam tanganku, sudah menunjukan pukul empat sore. Ternyata sudah lama juga aku duduk diam disini. Aku bangkit dari kursi yang aku duduki. Karena lebih baik aku pulang sekarang. Dengan santai aku keluar dari taman.

Aku sampai di rumah kak Aliza tepat jam enam sore. Disana sudah terparkir mobil kak Radit juga mobil yang biasa di gunakan kak Aliza. Sudah pasti mereka semua sudah pulang. Setelah memberikan uang pada supir taksi aku keluar dari taksi dan berjalan ke arah pintu. Belum lima langkah aku berjalan. Tiba-tiba tanganku ada yang mencekal dengan kuat. Terpaksa aku menoleh dan mendapati Bimo berdiri disana.

"Kita perlu bicara, Anna!" gumamnya menatapku memohon.

Aku menggerakkan tanganku melepaskan pegangannya. Tapi tidak berhasil. "Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, kak. Sudah cukup aku menyakitimu sampai disini, dan aku tidak ingin lagi merasa bersalah karena sikapku yang tidak pantas."

My Last Happiness (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang