Dua bulan berlalu semenjak Mommy nya si Om datang kerumah. Banyak kejadian yang terjadi dalam dua bulan ini. Kejadian yang selalu mengejutkanku setiap kali aku masuk kedalam kamar.
Karena selalu saja ada yang dilakukan Bimo, katanya untuk mengingatkanku pada kejadian yang dulu-dulu. Tapi, sungguh kurasa semuanya percuma saja karena tiap kali Bimo mengajakku ketempat atau melakukan hal yang dulu 'katanya' pernah kita lakukan bersama, itu semua tidak sama sekali berpengaruh. Karena aku tidak bisa mengingatnya, bahkan hanya sekelebat bayangan yang terlintas saja tidak. Jadi, kurasa semuanya sia-sia.
Apalagi sekarang aku sudah mulai bosan dengan semua cara yang Bimo lakukan demi mengembalikan ingatanku. Tapi, aku hargai usahanya, dia sama sekali tidak pernah terlihat lelah untuk mencoba mengembalikan ingatanku. Meskipun terkadang aku mendengar suara benda-benda yang di lempar dari ruangan kerjanya. Tapi, itu hanya satu malam saja, hari esoknya dia sudah kembali dengan Bimo yang baru dengan semua rencana untuk mengembalika ingatanku.
Kau harus berjuang lebih keras lagi Om!
"Jadi kakak bekerja di bidang perkebunan?" ucapku pada pria di hadapanku sambil mengaduk-aduk vanila latteku.
Pria di hadapanku mengangguk dan tersenyum. Oh senyuman itu, aku baru menyadari kalau dia ternyata memang benar-benar tampan. "Ya, aku bekerja di bidang perkebunan. Sebenarnya kamu sudah tahu hal ini."
"Ya, bagaimana lagi, kak. Aku sama sekali tidak mengingat apapun yang sudah terjadi di lima tahun belakangan ini. Bahkan saat bertemu dengan kak Divan di apartement itu, aku merasa itu adalah pertemuan pertamanku dengan kakak setelah kakak tidak pernah kelihatan pas udah kelulusan." Ya pria tampan di hadapanku adalah Divan -kakak kelasku dulu-. Akhir-akhir ini kami memang sering bertemu dan mengobrol singkat. Kali ini pertama kalinya kami janjian untuk bertemu, karena biasanya kami bertemu dengan tidak sengaja.
Aku baru tahu ternyata Divan orang yang enak di ajak berbicara. Mungkin karena pemikiran kita sama, jadi kami bisa nyambung dalam membicarakan hal apapun. Berlama-lama mengobrol dengannya tidak membuatku bosan, dan hal itu yang membuatku ketagihan ingin bertemu dengan dia lagi. Dan kalau boleh jujur, seiring waktu yang kami lewatkan bersama -meski sebenarnya tidak sering banget- tapi cukup menimbulkan perasaan nyaman berada di dekatnya. Bahkan lebih nyaman berada di dekat Divan di banding dekat dengan pria yang mereka panggil 'suamiku'.
Aku tahu Divan masih menyukaiku, dari mana aku tahu? Karena sempat kira-kira dua minggu yang lalu dia mengatakannya sendiri padaku. Aku sempat kaget saat tiba-tiba Divan menyatakan perasaannya, karena sudah jelas dia tahu aku sudah bersuami. Tapi, untunglah dia tidak menyulitkanku, dia hanya mengungkapnya dan tidak butuh jawaban dariku. Jujur saja saat itu aku berpikir semalaman tentang pernyataan cintanya. Dan sempat terpikir aku akan menerimanya. Tapi, tentu saja aku tandaskan semua niat itu. Aku ingat dan aku tahu aku sudah bersuami. Dan tidak mungkin aku berselingkuh di belakangnya. Meskipun aku tidak mengenal suamiku sendiri.
Untung saja pernyataan cinta itu sama sekali tidak menganggu hubungan pertemanan kamu. Awal-awal aku memang merasa canggung, tapi ternyata Divan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Jadi, otomatis akupun bisa menyesuaikan lagi.
"Aku tidak bisa membayangkan, aku yang menjadi suami-mu Anna." Tentu saja tidak akan ada yang mau berada di posisi Bimo. Dilupakan dalam sekejap. Tak di anggap dan tak dikenali oleh istrinya sendiri. "Tapi, aku salut sama dia, dia rela berjuang sendirian demi mengembalikan Annanya yang dulu." Tentu saja berjuang sendirian, karena aku sama sekali tidak mau berusaha untuk mengingatnya. Bukan tidak mau, tapi kalau di paksakan bukannya ingat yang ada kepalaku menjadi sakit.
Tak ada jawaban dariku. Aku hanya menanggapinya dengan tersenyum. Sementara Divan mengalihkan padangannya pada ponselnya yang berdering. "Tunggu dulu, ya," ucapnya lalu bangkit dan berjalan ke arah luar untuk menerima telpon setelah aku mengangguk meng-iyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Happiness (TELAH TERBIT)
RomanceSequel Of The Story 'My Possessive Hero' Masalah itu datang silih berganti dalam kehidupan rumah tangga Anna dan Bimo. Apakah Anna akan berhasil menerobos dinding kekuatan cinta itu? Jika ternyata ia yang akan berjuang sendiri disini? Tanpa Bimo yan...