B [13]

6.2K 666 28
                                    


Kali ini Bulan sedang berada di Rooftop gedung sekolahnya, tempat ini memang jarang didatangi oleh murid, tempat ini juga menjadi salah satu tempat favoritnya disekolah dan juga merupakan tempat yang ia datangi ketika jam kosong atau sedang sedih. Disini sepi dan Bulan suka ketenangan, langit disiang hari kali ini tidak terlalu terik dan sudah sejak sejam yang lalu bulan berada disini, ia duduk disalah satu kursi yang sudah tidak terpakai.

Tanganya meemangku sebuah Novel karya Veronica Roth yang berjudul Allegiant, buku ketiga dari dari Devergent series, ia sudah membaca dua buku sebelumnya.

Bulan membaca halaman- halaman akhir dengan kecewa, Tris tokoh utama dalam novel tersebut mati dan ia tahu pasti perasaan Four, kekasih Tris, perasaan ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi itu memang sangat menyakitkan bahkan untuk sekedar bernafaspun itu sulit.

Bulan jadi teringat kejadian empat tahun yang lalu saat saudara kembarnya, Bintang pergi meninggalkannya untuk selama lamanya, saudara perempuan yang lahir lima menit sebelumnya, meninggal gara gara kecelakaan mobil, saat itu Bintang masih kelas 7 SMP, taksi yang ditumpanginya bertubrukan dengan sebuah truk.

Itu sebabnya kedua orang tuanya sangat over protective terhadapnya, mereka bilang mereka tidak ingin kehilangan lagi.

"Bulan?"

Bulan menoleh ke asal suara dari belakangnya dan melihat Awan, cowok itu sedang berjalan mendekat kearahnya kemudian duduk disampingnya.

Bulan tersenyum gugup ke arahnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Awan sambil menatap ke arah Bulan namun cewek itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Baca novel," jawab Bulan pelan.

"Nggak ada guru?" tanya Awan lagi.

Bulan mengangguk mengiyakan, lalu ia balik bertanya "Lo sendiri ngapain disini?" Bulan memberanikan diri menatap ke arah Awan.

"Sama nggak ada guru, kantin ramai jadi gue kesini" jawab Awan sambil menatap lurus kedepan.

Bulan hanya manggut manggut mendengar perkataan Awan

"Laper nggak?" tanga Awan lagi, Bulan mengerutkan keningnya menyadari sikap Awan yang menjadi cerewet.

Melihat kerutan di dahi Bulan Awan bertanya lagi "Ada yang salah sama pertanyaan gue?"

Dengan cepat Bulan menggelengkan kepalanya Tumben perhatian? ia ingin bertanya seperti itu tapi takut ia yang terlalu baper-an jadi dia hanya menjawab "Sedikit."

Awan tersenyum geli ke arah Bulan, cowok itu kemudian mengambil hp dari sakunya dan mengetikan pesan ke seseorang.

Bawain Baso sama jus mangga dua porsi buat gue sama Bulan ke rooftop, gece!

Leon

Tak lama kemudian muncul balasan dari Leon

Leon

Lo yang pdkt-_- gue yang ribet tai

Awan terkekeh melihat balasan dari Leon, tapi Awan tau kalau cowok itu pasti membelikan makanan tersebut kemudian Awan menoleh ke arah Bulan yang sedang sibuk dengan handphone nya, setelah beberapa menit kemudian ada line dari Leon yang mengatakan bahwa cowok itu sudah berada di Tangga dekat rooftop, Awan segera berdiri dari duduknya "Bentar ya," ucapnya pada Bulan sambil berlalu pergi.

Bulan memandang aneh ke arah punggung Awan lalu cowok itu menghilang di pintu tapi tak lama kemudian cowok itu kembali lagi dengan membawa nampan.

"Nih makanan sama minuman yang sering lo pesen di kantin," ucap Awan sambil menyerahkan sebuah mangkuk berisi baso dan segelas jus mangga.

Bulan menerimanya dengan ragu sambil menautkan kedua alisnya "Dari mana lo tau gue suka pesen ini?" tanya Bulan heran.

Awan jadi gelagapan sendiri mendengar pertanyaan dari Bulan, mana mungkin ia menjawab jika dirinya suka memperhatikan Bulan diam - diam "Err gue gak sengaja pernah liat aja iya liat lo mesen itu," Awan memasang cengiran dengan gugup

Bulan menatapnya sebentar kemudian memutuskan untuk tidak ambil pusing masalah itu "Thanks."

Awan memasang senyum terbaiknya "Sama sama, gih makan!"

Bulan mengangguk lalu memakan makanannya, karna Awan selesai pertama kali menghabiskan makananya akhirnya Awan memperhatikan Bulan yang sedang memasukan baso kecil kedalam mulutnya tapi belum juga ia telan, Bulan sudah memasukan satu baso yang berukuran sedang sehingga pipinya mengembung lucu persis seperti ikan buntal, Awan langsung tertawa cekikikan. Bulan yang sedang asik memakan basonya langsung buru buru menelan basonya sekali telan dengan pipi memerah menyadari kelakuan konyolnya di depan Awan.

Bulan langsung cemberut melihat Awan yang masih menertawakannya hingga ia selesai makan "Berhenti ih ketawanya!"

Awan berusaha meredakan tawanya dan langsung saja ia tersenyum geli ke arah Bulan "Iya nih berhenti."

Lalu mereka berdua samasama terdiam.

"Eh liat deh Awannya ngebentuk gambar hati!" Awan mengarahkan tangannya menunjuk ke arah langit, Bulan langsung melihat ke arah yang ditunjuk Awan, tapi Bulan malah merasakan bahu kanannya menjadi berat.

Ia melirik ke arah Awan sebentar, kemudian Bulan mematung. Awan menyandarkan kepalanya di bahunya dan itu membuat Bulan menjadi kaku seketika bahkan sekarang kerja jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Ma-na nggak a-da gambar hatinya?" tanya Bulan

Awan terkekeh sambil menghirup wangi khas Bulan yang tercium oleh indra penciumannya dari jarak sedekat ini "Hehe becanda!"

Lama mereka dalam posisi tersebut, Bulan dan Awan samasama merasa sangat nyaman dan tenang.

Serasa dunia milik berdua.

**

Bulan menuruni anak tangga sambil memegang dada kirinya yang masih terus berdetak tidak normal sejak kejadian tadi.

Namun langkahnya terhenti ketika di bawah tangga ia melihat seorang perempuan dan laki- laki, sepertinya cowok itu sedang membantu seorang cewek membersekan buku yang berserakan di lantai, bagaikan drama di ftv mereka berdua mengambil buku yang sama sehingga tangan mereka bersentuhan namun dengan cepat sang cewek menjauhkan tangannya.

"Thanks," ucap cewek itu setelah berdiri behadapan dengan cowok itu

Cowok itu tersenyum "Samasama, mau pulang kan? Yu keparkiran bareng aja," ajak cowok itu.

Cewek itu hanya menganggukan kepalanya seperti robot, lalu Awan dan Cewek itu berjalan beriringan ke arah parkiran.

Bulan tau cewek yang tadi itu anak baru disekolahannya yang sedang dibicarakan semua orang, katanya cewek itu manis, lucu, imut dan Bulan tidak tau apa lagi yang jelas cewek itu banyak mendapat pujian dari orang lain.

Bulan langsung terduduk di anak tangga terakhir, Bulan merasa dadanya sesak seketika ralat dari tadi sejak melihat kejadian itu.

Bulan cemburu.

Awan seakan menerbangkannya kemudian menjatuhkannya secara bersamaan...

GravityWhere stories live. Discover now