B [27]

4.6K 484 22
                                    

Semenjak dua hari yang lalu setelah kejadian itu, Bulan mengungsi di rumah Arga. Lagi pula kedua orang tuanya harus melakukan perjalan bisnis lagi keluar negeri jadi kemungkinan kedua orang tuanya menunda permasalahan mereka dan lebih memilih mengurusi anak lain mereka yaitu Bisnis. Bulan sama sekali tidak mengerti keinginan kedua orang tuanya itu.

Dan kali ini kedua orang tuanya meminta untuk menjauhi Awan, hal yang jelas sulit dilakukan dan tidak ingin dilakukan. Baru saja mereka berdamai dan saling menunjukan ketertarikan masing masing apalagi setelah 'malam itu' yang membuat hatinya yakin tentang perasaannya.

Masalah Sandra sudah selesai, sekarang masalah kedua orang tuanya. Kenapa masalah percintaannya harus serumit ini? Padahal mereka Belum jadian, Bulan lebih memilih menghadapi soal Fisika, matematika atau kimia yang paling sulit dari pada masalah ini...

Dan entah karena apa sudah dua hari ini Bulan berhasil menghindari Awan, mungkin karena ia malu sejak kejadian itu atau ia merasa bersalah atas kejadian kemping beberapa waktu yang lalu. Aneh memang Bulan hanya ingin meyakinkan hatinya dan memikirkan keputusan yang akan diambilnya.

Bulan mendesah karena pemikirannya, lalu mengambil sebuah gitar yang berada tidak jauh dari jangkauannya. Jari jari tangannya mulai memetik senar gitar mengalunkan sebuah lagu yang terlintas di benaknya.

Bulan sama sekali tidak bersuara melainkan hanya menikmati suara yang dihasilkan gitar yang dipetiknya, membuat dirinya terhanyut sambil memejamkan kedua matanya mencari ketenangan. Ketika terdengan bunyi pintu ruangan musik terbuka, Bulan menghentika petikan gitarnya lalu melihat Awan yang baru saja masuk.

Cowok itu berderap masuk dan duduk dikursi yang berhadapan dengannya lalu mengambil sebuah gitar, Bulan masih memperhatikan cowok itu yang sedang membenarkan senar gitar. Dahinya berkerut "Lo mau ngapain?"

Cowok itu malah menatapnya dalam - dalam sambil tersenyum lebar.

Don't let this effort go to waste

Put our all in it

Don't want to be left with the questions, why!?

Let's be honest with ourselves

Did we really come this far

Just to watch it go down the drain (Justin Bieber - Trust)

Cowok itu menyanyi sambil terus menatapnya, dan Bulan langsung tenggelam dalam mata coklat cowok itu membuatnya mengerti apa maksud cowok itu, apa yang dirasakannya.

"Kita saling mencintai? Apakah itu sebuah kesalahan?"

Pertanyaan yang dilontarkan cowok itu membuat hatinya seakan terhantam sesuatu, Bulan hanya diam tanpa suara tapi ia balas menatap cowok itu dengan sedih.

"Trust me please."

Bulan tersenyum dan tanpa ragu menganggukan kepalanya "I'll try."

Awan membalas senyuman Bulan lalu memegang kedua tangan Bulan "Ini kedua kalinya aku nanya, So will you be my girl?"

Bukannya menjawan Bulan malah balik bertanya "Dari kapan kamu suka aku?"

"Dari waktu Mos tepatnya waktu kejadian kucing itu, percaya nggak percaya aku suka sama kamu udah hampir tiga tahun. Tapi waktu itu aku nyangkal perasaan aku mungkin ini cuma rasa suka biasa tapi semakin sering aku liat kamu, aku malah membiarkan rasa ini semakin tumbuh dan aku tau banget aku pengecut yang nggak berani ngedeketin kamu cuma karna kamu terkenal sebagai cewek baik-baik yang mungkin anti sama cowok brengsek kayak aku. Aku malah milih macarin cewek - cewek kayak gitu karna aku pikir aku bisa lupain kamu, tapi tetep nggak bisa."

Bulan sedikit tercengang mendengar perkataan panjang dari Awan dan tidak menyangka bahwa cowok itu juga menyimpan perasaan yang sama sejak lama, lalu untuk apa selama ini ia galau karena menganggak cintanya bertepuk sebelah tangan?

"Berarti aku suka kamu dua menit setelah kamu, karna saat aku memandang mata kamu untuk yang kedua kalinya, aku sepenuhnya telah membiarkan diriku jatuh kepadamu."

Lalu beberapa detik kemudian tawa keduanya terdengar "Kok kita lucu sih?" ucap Bulan di sela sela tawanya.

Awan terkekeh dan mengangguk mengiyakan "Kita itu Aneh."

Lalu tiba tiba Bulan menghentikan tawanya digantikan dengan wajah murungnya, Awan yang melihat perubahan wajah Bulan langsung merasa heran "Ada yang salah?" tanyanya.

"Orang tuaku?"

Awan terdiam sebentar mendengar balasan dari Bulan, ini masalah mereka sekarang dan Awan sangat tau maksud perkataan cewek itu "Kita bakalan menghadapi itu sama-sama dan aku bakalan ngebuktiin apapun yang jadi keraguan mereka tentang aku."

"Kita resmi sekarang nih?" tanya Awan sambil tersenyum menggoda.

Membuat pipi Bulan menjadi merah seketika, cewek itu memukul pelan lengan Awan salah tingkah "Iya, tapi nggak boleh nyosor-nyosor. Bukan muhrim!"

Awan menaikan sebelah alisnya tinggi-tinggi "Kapan aku nyosor?"

Pipi Bulan malah semakin memerah mengingat kejadian malam itu "Tau ah!" balasnya sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ah ya, aku inget. Tapi kamunya juga terima terima aja, nggak sepenuhnya salah aku kan?"

Bulan langsung melotot "Ish ngapain jadi ngebahas itu sih!"

Awan langsung terbahak melihat reaksi yang Bulan tunjukan dan Awan sangat suka melihat wajah malu-malu milik Bulan.

"Nyadar nggak sekarang kita manggil pake Aku-kamu?" tanya Bulan sambil tersenyum kecil

"Bulan kita belum nikah, masa kamu mau panggilan Mamah dan papah!"

Bulan langsung meninju pelan lengan Awan "Jangan ngegodain aku terus!" gerutunya sebal.

"Dari pada aku ngegodain Tiara, Sandra, Kania, Raisa, Lana, Anggi -"

"Stop! Nggak akan beres kalo kamu nyebutin satu-satu mantan kamu itu!" Ketus Bulan "Panas nih!" lanjutnya sambil mengipas ngipas tangannya di depan muka.

"Kamu cemburu?"

"Nggak."

"Bilang iya susah amat."

Suara itu, bukan berasal dari Awan apalagi Bulan, Bulan langsung menoleh ke asal suara dan mendapati Leon dan Daniel yang sedang mengintip dibalik pintu dengan kepala menyembul kedalam. Serta Leon yang mengarahkan sebuah Handycam kearahnya seketika mata Bulam melotot menyadari apa yang terjadi.

"Lu sih, Ngomongnya kenceng amat pea!" tuduh Daniel kepada Leon.

Leon langsung memasang cengiran andalannya "Tangan gue pegel idiot!, megang Handycam."

Awan dan Bulan malah menyasikan perdebatan dua orang yang dihadapannya dengan tampang bodoh. Namun Awan segera tersadar dan melotot kepada kedua temannya itu "Heh! Kalian ngapain sih!"

Seketika mereka berdua langsung berhenti bertengkar lalu saling pandang.

"Eh aduh cewek gue nyuruh jemput ke sekolahnnya nih!" Leon membalikan badannya hingga tak terlihat dari pintu.

"Ah iya! Gue juga ada pengajian ibu-ibu!" kini giliran Daniel yang keluar dan menutup pintu ruang musik.

Awan melihat kedua kelakuan kedua sahabatnya dengan Aneh "Sejak kapan Daniel ikut pengajian ibu-ibu?"

_____________________________________

Jangan lupa tinggalin vote sama commentnya ya!

Makasih buat yang udah ngasih saran! Sangat membantu:) rencananya bakalan aku revisi ko cerita ini, insyaalloh ^

Kalo mau ngasih kritik sama saran juga bolehh!!

dan maaf kalo banyak salahnya:(

See you!

GravityWhere stories live. Discover now