B [17]

5.5K 590 5
                                    

I said i was fine, but i never said it didn't hurt------

.

.

.

Bulan melihat ke arah sebuah kertas yang tertempel di mading dengan kesal karna hari ini ia ada kelas lintas minat itu artinya Bulan harus mempelajari pelajaran anak IPS. Ini memang salah satu program disekolahnya, Bulan sendiri memilih pelajaran Ekonomi dan pagi ini keadaan sekolah masih sepi, ia datang pagi hanya agar tidak berdesakan dengan murid lain untuk melihat mading sekolah.

Bulan mendesah mengetahui ia tidak sekelas dengan Ara ataupun Ana, karna kedua sahabatnya itu sepertinya mengambil pelajaran Sosiologi dan sialnya Bulan harus satu kelas dengan Awan dan Sandra, Hell is coming.

Padahal Bulan sedang tidak ingin bertemu dengan Awan apalagi setelah kejadian kemarin, ah mengingatnya membuat dada Bulan mejadi sesak dan demi apapun Bulan ingin memperkecil kesempatan bertemunya dengan Awan. Bulan lagi lagi mendesah ia bingung harus bersikap bagaimana di depan Awan, pura-pura baik-baik saja? Pura-pura mengacuhkannya? Atau pura-pura tidak mengenalnya? Kenapa sekarang Bulan malah memikirkan hal ini, lagi pula apa pedulinya?

"Hei Bulan! boleh aku duduk sama kamu?" Bulan mengangkat kepalanya dan melihat Sandra, cewek itu bertanya dengan senyuman yang mengembang tapi Bulan bisa melihat seseorang yang lain dibalik tubuh mungil Sandra. Awan cowok itu berdiri dibelakang dan Bulan tau sekarang cowok itu tengah menatapnya dengan intens. Bulan memaki dirinya sendiri karna semalaman menangis sehingga matanya agak sedikit bengkak.

Melihat reaksi Bulan hanya diam dan melamun Sandra melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Bulan sehingga membuat Bulan mengerjap - ngerjapkan matanya beberapa kali dan langsung tersenyum "Eh? oh boleh kok."

Sandra semakin melebarkan senyumnnya dan mengangguk lalu berbalik ke arah Awan "Aku duduk sama Bulan," adunya membuat Bulan mengalihkan pandangannya enggan melihat kejadian didepan matanya.

Awan hanya mengangguk sambil tersenyum tipis lalu berjalan ke arah bangku di belakang, sesekali matanya melirik ke arah Bulan tapi sepertinya cewek itu tidak mau sekalipun melirik ke arahnya dan itu membuat Awan semakin merasa bersalah karena kejadian kemarin atau mungkin karna menyakiti hatinya.

Kenyataannya banyak orang yang saling mencintai tapi tidak saling memiliki tapi lebih banyak lagi orang yang memiliki status tanpa cinta

Hanya mendapatkan respon seperti itu, Sandra hanya menghela nafas, meskipun saat ini Awan adalah pacarnya tapi Sandra tau cowok itu tidak pernah mencintainya tapi meskipun begitu Sandra akan berusaha mempertahankan hubungan ini. Tak masalah baginya karna rasa sukanya pada Awan sangat besar dan itu cukup untuk mereka berdua.

"Nih buat kamu," ujar Sandra sambil menyodorkan sebuah kartu undangan berwarna biru laut dengan hiasan Bunga berwarna gold.

Bulan mengerutkan keningnya sebelum menerima undangan tersebut, ia memperhatikan undangan tersebut dengan penasaran 'Jangan jangan ini undangan pertunangan mereka berdua? Atau jangan jangan mereka mau menikah?' rentetan asumsinya itu membuat otaknya berpikir keras. Kenapa sekarang pikirannya malah ngelantur kemana mana, Bulan menggeleng - gelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Kamu kenapa geleng-geleng kepala? Itu undangan ulang tahunku yang ketujuh belas."

Bulan meringgis dan tersenyum canggung, stupid things! "Oh, kapan?"

"Besok malam, datang ya," Sandra menatap Bulan dengan penuh harap.

Sebenarnya Bulan baru saja akan memikirkan berbagai alasan untuk tidak datang ke pesta itu, karna Bulan tau pasti Awan akan ada di sana, jelas lah dia itu pacarnya kan? tapi Bulan mengangguk setuju "Oke, oh ya gimana keadaan kamu? Um itu soal kemarin."

Sandra tersenyum membuatnya sekarang ia terlihat benar benar imut "As you can see, i'm fine," jawab cewek itu dengan mantap.

Bulan menghela nafas lega sambil membalas senyum cewek itu "Syukurlah."

"Kamu kenal baik sama Awan?" Pertanyaan tersebut seakan menghentikan dunianya, mungkin Bulan akan langsung tersedak jika ia sedang minum atau makan.

Bulan diam sebentar, ia tidak ingin salah berbicara "Em nggak terlalu, hanya sebatas kenal," jawab Bulan berbohong ia mencoba sekuat mungkin untuk terlihat biasa saja.

Sandra sepertinya langsung percaya cewek itu malah bercerita "Kamu tau? Aku udah suka sama Awan semenjak kelas tujuh SMP tapi waktu itu Aku nggak berani nyatain perasaan aku terlebih lagi sepertinya Awan nggak pernah meliriku sekalipun dan aku harus pindah ke Amerika waktu itu jadi sejak saat itu aku jadi nggak pernah bisa lagi ketemu Awan, tapi akhirnya aku bisa lagi ketemu, bahkan aku bisa jadi pacarnya. Aku nggak bisa mempercayai ini semua, ini kayak mimpi," Bulan tau jelas mata Sandra memancarkan kebahagian yang nyata dan cewek itu memliki hati yang tulus, Bulan tau sekarang Sandra lebih dulu menyukai Awan, mungkin rasanya tidak sebesar rasa yang dimiliki Sandra. Seharusnya Bulan tidak masuk kedalam cerita mereka berdua.

Bulan tidak tau harus merespon cerita Sandra seperti apa "Kamu kelihatan sangat serasi sama Awan," pada akhirnya hanya itu yang mampu diucapkan oleh Bulan.

Pipi cewek tersebut langsung memerah, Sandra tersenyum salah tingkah "Kamu bisa aja!" balasnya malu malu.

Sandra hanya tersenyum tipis pada kenyataannya ia tidak bisa terlihat baik-baik saja meskipun ia berusaha dengan mati matian untuk menyembunyikan rasa sakitnya.

Ia hanya pemeran figuran dalam cerita ini, karna pemeran utamanya telah kembali.

Awan yang melihat kedua gadis itu mengobrol dengan Akrab langsung mendesah prustasi.

Awan sebernarnya ingin cepat cepat mengakhiri ini semua dan kembali lagi pada Bulan-nya, tapi Awan sedikit tidak tega pada Sandra. Gadis itu beda dengan para mantannya selama ini, karena itu Awan akan memutuskannya dengan cara baik-baik.

Awan mendesah prustasi apalagi kedua sahabatnya kini sedang agak mendiamkannya, meskipun mereka cowok, memang kadang mereka bisa benar benar bertengkar Alay seperti perempuan yang penuh drama.

Lihat saja sekarang ketika masuk ke kelas, Leon dan Daniel langsung duduk berdua di bangku yang tak jauh dari Awan, bahkan mereka tak sekalipun menyapa ataupun melirik ke arahnya seolah Awan tidak berada di sini, mereka mengabaikannya.

GravityWhere stories live. Discover now