for I can't help falling in love with you (Twenty one pilots cover)
------
Karna menghindari jalanan yang macet akibat sekarang adalah hari minggu jadi Awan memilih melewati jalan alternatif yang cukup lumayan sepi. Suasana yang cukup mencekam membuat Bulan mencengkram ujung jaket Awan dengan kuat, tiba-tiba motor yang dikendarai mereka berdua berhenti.
"Loh kenapa berhenti motornya?" Tanya Bulan heran.
"Nggak tau turun dulu mendingan," perintah Awan sambil turun dari motornya, diikuti Bulan yang berdiri disamping Awan yang sedang memeriksa motornya.
"Bannya kempes," kesal Awan. Sebelah kakinya menendang ban motor yang terlihat kempes, Bulan meringgis melihatnya, memangnya nggak sakit?
Bulan menghela nafas, membayangkan ia tidak bisa pulang aplagi tempat ini sepi dan entah untuk keberapa kalinya Bulan mengutuk dirinya sendiri karena pergi keluar malam ini, tapi kalo soal bersama Awan itu namanya berkah.
Bulan mengamati wajah Awan yang sedang menatap kesal ke arah motornya, Alisnya yang tebal, idungnya yang mancung, matanya berwarna coklat, rahangnya yang kokoh, betapa Bulan mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini, merasa ditatap terus menerus oleh Bulan, Awan malah menoleh ke arah Bulan, dan sekarang malah mereka berdua saling menyelami mata masing masing, Awan seakan terpaku dan tidak bisa mengalihkan pandangannya tapi Bulan langsung menyadari keadaan seperti ini, Bulan berdekham dan mengalihkan pandanganya terlebih dahulu.
Hening.
Tiba-tiba suasana menjadi canggung diantara mereka berdua, ralat memang sejak tadi sudah canggung "Em terus gimana?" Bulan bertanya pada Awan.
"Di belokan depan seingat gue ada bengkel, jadi kita jalan aja. Nggak terlalu jauh ko," Awan mendorong motornya dari sisi jalan dan bulan mengikutinya dari belakang. Mereka berdua berjalan dalam diam, untung saja malam ini Bulan yang ada dilangit bersinar terang sehingga jalanan tidak terlalu gelap terlebih lagi di daerah ini memang merupakan kawasan sepi penduduk.
"Bulannya terang ya," tanpa sadar Bulan berkata sambil memandang ke atas.
Awan menoleh dan melihat wajah Bulan, angin yang berhembus membuat rambut panjang Bulan berantakan rasanya tangan Awan gatal ingin membereskannya, menyelipkan beberapa helaian rambut ke belakang telinganya "Terang nya masih kalah sama Bulan yang ada disini ko," Awan berucap pelan sambil tersenyum.
"Eh apa?"
Sadar apa yang diucapkannya barusan Awan langsung menggelengkan kepalanya, merasa bodoh.
Selanjutnya Hening menjalankan perannya lagi.
Bulan turun dari motor dengan kepala menunduk seakan sepatu yang sedang dipakainnya lebih menarik dari orang yang berada didepannya, merasa Awan tidak ingin membuka pembicaraan, Bulan mengangkat kepalnya mencoba memberanikan diri untuk melihat wajah tampan didepannya kan mubajir.
"Emm thanks lo udah mau nolongin gue," Bulan mencoba berkata setenang mungkin.
Awan menganggukan Kepalanya "Sama-sama, yaudah gue pulang dulu."
Lo gamau mampir dulu? Sebenarnya itu yang ingin diucapkannya tapi yang keluar dari mulut Bulan hanyalah satu kata "oke."
Awan naik ke motornya kembali dan bersiap melajukan motornya, tapi sekali lagi Bulan malah memanggilnya "Awan,"
Awan menoleh ke arahnya "Hati-hati," kata Bulan sambil tersenyum. Awan membalas dengan tersenyum manis dan langsung memajukan motornya menjauhi rumahnya tapi Bulan masih berdiri seperti orang bodoh di depan pagar rumahnya, hingga terdengar suara motor lain yang baru saja sampai didepannya.
"Bulan lo kemana? gue nyariin lo. Gue khawatir tauga kalo lo kenapa-kenapa," Arga menatap Bulan khawatir.
Bulan tersenyum. "Lo sih malah kebelet jadi gue pergi aja kebetulan temen gue lewat," Bulan berbohong pada Arga karna kalau sampai Arga tau yang menolongnya adalah Awan bisa-bisa mereka adu tonjok lagi.
Arga menatap bulan penuh curiga "Temen lo yang mana?"
Di tatap seperti itu Bulan mengalihkan pandangannya "Ada lah," sebelum Arga melemparkan pertanyaan lagi Bulan langsung melengos masuk kerumah.
**
Awan memasukan motornya kedalam garasi rumahnya kemudian Awan melangkahkan kakinya memasuki rumah yang terbilang megah bergaya eropa dengan terdapat banyak tiang yang menopang rumah tersebut.
"Awan kamu baru pulang?" Pertanyaan dari ibunya ia hiraukan dan terus melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
Awan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur matanya memandang sebuah foto dirinya, ibu beserta ayahnya, tentu perempuan yang ada di foto itu bukan perempuan yang tadi memanggilnya. Ibu kandungnya telah meninggal dua tahun yang lalu dan jadilah sekarang ia mempunyai seorang ibu tiri yang menurutnya hanya memanfaatkan kekayaan ayahnya karna bagi Awan ibunya tidak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun.
Tapi kemudian secara spontan sudut bibirnya tertarik ke atas mengingat kejadian yang barusan dia alami, untuk pertama kalinya ia dapat mengobrol berdua dengan jarak sedekat itu, rasanya Awan ingin mengklaim Bulan itu miliknya.
Senyumanya masih terbayang dibenak Awan, tapi kemudian ia mengeluarkan nafas prustasi, sudah dua taun ia menyukainya dan sampai saat ini tidak menunjukan perkembangan setidaknya sebelum kejaidan tadi, Awan sadar ia terlalu pengecut bahkan untuk sekedar menyapanya. Hilang semua keberaniannya jika dihadapkan dengan seorang Bulan.
Awan mengambil iphone dari saku jaketnya dan melihat aplikasi line nya.
Awan: gue baru aja ngater Bulan pulang
Awan mengirim pesan pada kedua sahabatnya di grup chat yang terdiri dari dirinya, Leon dan Daniel, tak beberapa lama kedua temannya pun membalas chatnnya.
Leon: Pake pesawat luar angkasa dong kan ngaterin Bulan....
Awan: Kaga, pake odong-odong
Daniel: Bulanku ada lima, rupa rupa warnanya
Leon: eh ada anak alim, tumben jam segini gak kepengajian...
Awan: eh ada anak alim, tumben jam segini gak kepengajian...(2)
Daniel: ini lagi pengajian....
Awan: kayanya gue harus mulai ngedeketin Bulan deh
Daniel: Alhamdulillah mas Awan dapet Hidayah
Leon: Alhamdulillah mas Awan dapet Hidayah (2)
Awan: besok ke café yang baru buka di depan komplek yu
Daniel: Cusss berangkat beibyeh
Leon: nggak bisa gue mau jalan sama Reyna
Awan: betah aja lo udah dua taun pacaran sama si Reyna
Daniel: Kapan putus?
Leon: Gue nggak akan mutusin Reyna, Buat apa gue nembak kalo akhirnya gue yang mutusin
Awan: SAA AEE Ah bey
Daniel: SAA AEE MANG
Awan menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri melihat kelakuan kedua temannya yang ajaib. Leon Insani Taufik, cowok belasteran Indo-Jerman, ganteng udah pasti, tapi masih gantengan Awan katanya, keren, tajir, punya pacar udah dua tahun.
Daniel Airlangga Ramandhan, cowok belasteran Indo- Arab, nggak pernah pacaran karna katanya dosa, anak alim, putranya pak haji Soleh dan ibu Aminah.
YOU ARE READING
Gravity
Teen FictionJudul lama: Bulan & Awan DI PRIVATE [Completed] #Highest ranking #24 on teen fiction 16-02-2016 Awan Rayikan fauzi, Seorang Bad boy sekolah, Playboy penakluk hati terutama wanita cantik, seksi tanpa otak , tapi hanya me...