B [14]

5.7K 601 16
                                    

Saat Bulan hendak keluar dari salah satu bilik toilet namun ia segera mengurungkan niatnya setelah mendengar namanya disebut oleh seseorang yang kedengarannya sedang asik menggosip ria, Bulan akhirnya memutuskan untuk menguping pembicaraan tersebut.

"Gue nggak nyangka cewek baik-baik kayak Bulan mau sama cowok macem Awan," Bulan menempelkan telinganya ke pintu toilet agar dapat mendengar lebih jelas.

"Iya, gue kira dia cewek baik-baik," timpal suara lain lagi.

Bulan masih diam mendengarkan acara gosip tersebut "Ya mungkin aja Bulan bisa ngerubah sikap playboynya."

'Gak elit banget ngegosip di toilet' sinis Bulan dalam hati

Lalu Bulan mendengar suara langkah kaki yang sepertinya baru masuk kedalam toilet, seseorang berkata dengan suara yang cukup kencamg "Eh gue punya gosip baru!"

"Apa?"

"Katanya Awan jadian sama anak baru, yang imut itu namanya kalo gak salah Sandra!"

Deg!

Bulan mematung mendengarkan perkataan tersebut seluruh sarafnya tiba tiba terasa mati.

"Yang bener lo!" Timpal seseorang dengan kaget.

"Iya, katanya mereka baru jadian semalem," terang orang itu.

"Gue kira Awan bakal jadian sama Bulan," kata seseorang, Bulan mendengar suara langkah kaki menjauh dari toilet.

Bulan masih diam berdiri dibalik pintu toilet tapi seketika lututnya lemas dan ia jatuh terduduk di lantai toilet, dadanya terasa sakit.

Jadi selama ini perlakuan Awan kepadanya itu sama sekali tidak ada artinya?

Jadi selama ini cuma ia yang menginginkan Awan?

Jadi Awan tidak menganggapnya serius?

Awan mematahkan hatinya....

Air matanya jatuh mengalir di pipi mulusnya baru saja kemarin- kemarin rasanya Bulan sangat senang hubungannya ada kemajuan dengan Awan karna sebelumnya ia hanya bisa melihat cowok itu dari jauh, mengaguminya, memperhatikannya diam-diam.

Sekarang mungkin Bulan yang terlalu menggantungkan harapan yang tinggi yaitu berharap bahwa cowok itu punya perasaan yang sama dengannya, mungkin Bulan yang salah menilai segala perlakuan cowok itu terhadapnya.

Memang ini bukan pertama kalinya Bulan sakit hati karena cowok itu, Bulan sering merasa sakit ketika melihat cowok itu mengandeng tangan cewek lain, karna memang Bulan tau Awan memang playboy, Bulan kira cowok itu berubah tapi sekarang rasanya Bulan lebih sakit karna menganggap cowok itu mendekatinya lalu mencampakannya.

Sakit memang ketika dia memberikanmu harapan lalu mematahkannya, tapi lebih sakit ketika dia memberikan harapan yang sama kepada orang lain, berarti kamu bukan satu satunya.

Cukup lama Bulan menangis di dalam toilet, cewek itu keluar dan membasuh bekas air mata di wajahnya, ia menatap balik seseorang yang mirip dengan dirinya didalam kaca, ia terlihat sangat kacau, hidungnya memerah dan matanya bengkak seperti orang habis menangis berjam-jam padahal ia hanya menangis sekitar dua puluh menitan.

Bulan merapikan rambutnya yang berantakan dan membentulkan letak kaca mata minusnya, syukurnya berkat kaca mata tersebut matanya tidak terlalu memprihatinkan dan mencolok.

Lalu Bulan melangkah dengan lesu ke luar toilet, cewek itu berjalan dengan gontai menuju ke kelasnya.

"Lo kemana aja?" Kata Ara dengan suara cemas melihat Bulan baru masuk ke kelas setelah menghilang dari pelajaran Fisika, dan masuk ketika bel pulang berbunyi, Bulan tadi permisi ke toilet namun tidak kembali lagi.

Bulan hanya menggeleng menjawab perkataan Ara langsung saja ia duduk dan menelungkupkan wajahnya di atas meja, kelas sudah kosong hanya ada mereka bertiga.

Ara dan Ana langsung mendekat ke arah tempat duduk Bulan "Bulan lo kenapa?" tanya Ana lembut sambil memandang Bulan yang sedang memejamkan matnya.

"Lo sakit?" tanya Ana lagi dengan panik.

Bulan mendongkak menatap kedua sahabatnya, cewek itu tersenyum lemah sambil berkata pelan "Gue nggak papa."

Tidak merasa puas dengan jawaban yang dikeluarkan Bulan Ana menatap bulan penuh selidik "Lo yakin?"

"Bukan karena Awan kan?" tanya Ara curiga

Bulan menelan ludahnya, pertanyaan Ara tepat sasaran, mungkin kedua sahabatnya juga sudah tau soal Awan yang jadian dengan anak baru mengingat disekolahnya berita seperti itu akan cepat menyebar di telinga siswa dan siswi seantero sekolah.

Melihat reaksi Bulan yang hanya diam dan menundukan kepalanya, membuat kedua sahabatnya itu menghela nafas, ini yang mereka berdua takutkan Awan mempermainkan hati Bulan.

Ara mengelus punggung Bulan dengan pelan "Gue kan udah bilang resiko lo suka sama cowok kayak gitu." Ketika Ara menyebutkan kata 'cowok kayak gitu' seakan memperjelas sesuatu.

Bulan langsung memeluk Ara yang berada disamping kanannya, cewek itu menangis terisak "Kenapa rasanya sesakit ini ra," lirihnya.

"Resiko dari setiap jatuh cinta adalah patah hati, ketika lo merelakan diri lo jatuh buat seseorang itu berarti lo memberikan kuasa buat dia nyakitin hati lo," ucap Ara pelan.

"Lo boleh nangis sepuas lo Lan, tapi lo gak bisa sedih kayak gini terus. Mungkin ini rencana tuhan buat nunjukin bahwa Awan memang bukan yang terbaik buat lo, lo bisa dapet yang lebih," timpal Ana sembari mengelus lengan Bulan dengan lembut seakan memberikan kekuatan pada cewek itu.

Bulan malah semakin terisak dipelukan Ara "Kenapa gue masih cinta sama dia, meskipun dia udah nyakitin gue," suara Bulan terdengar terputus putus menyatu dengan isakannya.

Ara melepaskan pelukan Bulan dengan gerakan pelan lalu menaruh kedua tangannya di bahu Bulan "Dengerin gue, lo gak pantes nangisin cowok macem dia karna masih banyak cowok yang baik buat lo. Lo hanya perlu liat dan buka hati lo untuk orang lain, kita berdua nggak mau lo kayak gini, masih banyak orang yang sayang sama lo Lan."

Bulan diam, mencerna semua perkataan Ara tapi tangisannya mulai mereda, tak tahu harus berkata apa cewek itu hanya mengangguk sambil mengusap bekas air matanya.

Setelah merasa lebih baik Bulan memutuskan untuk pulang dan ijin untuk tidak mengikuti kumpulan eskul volly.

"Lo yakin mau pulang sendiri? Biar gue anter aja nanti gue balik lagi kesini," tawar Ara khawatir melihat keadaan Bulan, mereka bertiga memang mengikuti eskul Volly.

Bulan mengangguk meyakinkan "Gue bisa pulang sendiri, Gue pulang duluan ya!" pamit cewek itu sambil berlari kecil menjauhi kedua sahabatnya menuju parkiran.

GravityWhere stories live. Discover now