Part 4

1K 111 0
                                    

"Hey.." Aku membalas sapaannya.

Dia kembali pada posisinya yang melihat kedepan kembali. "Hmm... jadi.. mengapa kau disini?" Aku memberanikan untuk bertanya padanya.

Dia kembali menatapku dengan tangan yang menyender pada pagar-pagar balkon. "Aku lebih suka suasana yang sunyi." Ucapnya sambil terkekeh, oh itu sebabnya dia pendiam dan lebih tertutup.

Aku menganggukan kepalaku mengerti, "jadi itu sebabnya kau lebih diam dari yang lain? Kau manusia normal diantara orang-orang gila disana." Kataku mencairkan suasana sambil menunjuk teman-temannya yang bertingkah aneh.

Dia tertawa, oh dia bisa tertawa? Ku kira selain tidak bisa berbicara ternyata dia bisa tertawa. Oh aku lupa tanggapanku semua salah. Ketika kukira dia tidak sama sekali berbicara ternyata dia orangnya asik juga dan bahkan aku sedang berbicara padanya.

Aku lupa disini yang normal hanya Aku, Shawn, Jacob dan Aaron. Aku dan Shawn tertawa, kami menertawakan Matt yang tubuhnya dilempar oleh acar. Mereka sangat keterlaluan, tapi mereka tidak marah ataupun kesal. Mungkin itu kebiasaan mereka.

Matt hanya diam, lalu dengan cepat ia mengambil acar yang jatuh dan melemparkan kembali kepada sipelempar, alhasil mereka semua saling lempar-lemparan. Aku lelah terus-terusan tertawa dengan ulah mereka.

Aku memutuskan untuk jalan-jalan sejenak. Aku melewati mereka yang sedang perang acar menuju pintu, aku membukanya dan menutupnya kembali. Menuruni tangga dan kini aku sudah sampai di halaman depan, aku hendak jalan-jalan sebentar.

Sekalian aku ingin membeli minuman di Mc Donalds. Ketika aku menemukan sebuah Mc Donalds aku langsung berjalan kearah sana dan memasukinya. Kemudian aku memesan satu minuman, setelah membayarnya aku ingin segera kembali kerumah Jack.

Aku mengeluarkan ponselku dan melihat jam yang tertera disana sudah jam 08.00pm hari sudah gelap, untung aku hafal jalan kembali dan karena ini tidak jauh dari rumah Jack.

Tak lama ada yang menyentuh pundakku, aku menjadi takut, aku takut hantu yang menyentuh pundakku. Aku hendak berlari namun tangan seseorang mencegahnya dan menggenggam tangan ku. Aku memberanikan diri untuk menoleh.

Yang kutemukan Shawn berdiri disana. Aku mendesah lega, ternyata bukan hantu. "Shit! Sungguh, kau membuatku takut." Kataku "maaf" ucapnya.

"Kukira kau hantu yang menyamar menjadi manusia, sungguh aku takut sekali." Ucapku dengan kekehan

Shawn tersenyum simpul, aku melanjutkan jalan pulang dengannya dan Shawn berjalan menyamai langkahku disampingku. "kau mengikutiku?" Kataku dengan percaya dirinya.

"Tidak."

Aku menyeruput minumanku dan juga dirinya. "Lalu? Mengapa kau ada disini?" Kataku menyelidik.

"Aku membeli minum" Dia memang polos atau bodoh? Aku juga tahu kalau dimembeli minum bahkan anak kecil saja tahu jika dia membeli minuman.

Aku memutarkan kedua mataku, tapi aku beruntung dia disini. Rasa takutku hilang dan mengetahui jalan ini sudah gelap, dengan adanya Shawn disini sangat membantu.

Pada akhirnya kami sampai didepan rumah Jack kembali dan langsung naik keatas kamarnya. Ketika aku masuk, mereka semua panik dan sibuk dengan ponselnya masing-masing. Dan ketika mereka semua melihatku mereka menghembuskan nafas lega.

Aku mengernyit sambil meminum minumanku. "Ada apa?" Tanyaku.

"Kami panik, kukira kau hilang, bahkan kau tidak tahu jalan disini." Ayolah, aku bukan anak kecil. Aku masih bisa tahu jalan pulang. Aku hanya tersenyum padanya.

"Lain kali kalau mau kemana-mana minta izin dulu padaku, Abby." Kata Jack— kakakku. Dia sangat perhatian.

"Aku lupa bahwa kita tidak memiliki nomer ponsel satu sama lain." Kata Jack lagi. Aku mengangguk, kemudian aku mengetikkan nomer ponselku di ponsel Jack, begitupun sebaliknya.

Aku mengembalikan ponsel milik Jack dan Jack melakukan yang sama. Aku memasukkan ponselku kembali ke saku jeans ku. Merasa ada yang aneh, aku mengedarkan keseluruh penjuru ruangan ini. Ternyata kamarnya sudah bersih, pantas saja seperti ada yang berbeda.

Kemudian Shawn muncul dengan wajah polosnya, meminum minuman yang ia beli, sama denganku. Aku tidak tahu jika kesukaan kami sama. Mereka langsung melihat Shawn tajam, kemudian menatapku juga. "Apa?" Kataku.

Shawn langsung mendongakkan kepalanya dan melihat kearah kami semua yang berada diruangan situ. Lalu dia mengernyit.

"Kalian pergi berdua?" Kata Carter. Lalu Taylor menaikkan sebelah alisnya keatas. "Bersama Shawn?" Sambung siTaylor.

"Tidak." Ucap kami bersama dalam satu jeda. Aku melirik Shawn dan dia hanya memberika tatapan polosnya.

"Lalu? Itu minuman? dan pulang bersama?" Ucap Cameron. "Hanya telat 5 menit." Sambung Matt.

"Kami kebetulan bertemu dijalan ketika kami pulang, dan aku tidak tahu bahwa kami pergi ketempat yang sama, lagi pula kalian masih sibuk dengan acar kalian tadi, karena aku haus jadi aku pergi mencari minuman segar dan ketika aku dalam perjalanan pulang aku sudah bertemu denganya." Kata Shawn.

Aku terhenyak mendengar cerita Shawn yang sangat detail, jujur sekali dia. dia bercerita sepeti Ibu yang sedang membacakan dongeng tidur.

"Lain kali kalau mau pergi mencari sesuatu, bilang padaku. Aku akan mengantarkanmu." Kata Jack— kakakku. Aku hanya mendengus. Aku ini sudah besar dan tidak butuh bantuannya lagi. Aku bisa sendiri! Ayolah Jack.

***

Sebelum kami semua berpamitan pulang, kami sempat bertukar nomer ponsel, lalu setelanya kami-aku dan Jack langsung pulang. Aku lelah, melirik jam dilayar ponselku sudah jam 10 malam dan aku belum menyiapkan perlengkapan apa saja yang harus dibawa besok.

Aku fokus melihat jalanan yang sepi, kemudian tak lama kantukku sudah tidak bisa tertahankan. Dan tiba-tiba aku suda terlelap didalam mobil dengan sangat nyenyak. Jack melirik kearahku sekilas dan tersenyum.

Jack memarkirkan mobil digarasi, aku sempat mendengar langkah kaki yang mendekat digarasi kemudian bisikan seseorang. Aku ingin sekali bangun tapi rasanya berat aku sudah sangat ngantuk. "Jack, bagaimana Abby?"

"Jangan dibangunkan, biarkan saja dia tidur. Dia sangat lelah sepertinya. Biar aku saja nanti yang menggendongnya kekamarnya, Bu." Kata Jack sedikit berbisik. Agar dia tidak membangunkan Abby.

Jack mengangkat tubuhku yang sudah sangat lemas dan ngantuk, aku seperti mayat. Tidak berasa bahwa aku digendongnya. Jack naik dengan susah payahnya, karena ia membawa beban.

Bukan, maksud ku Abby bukanlah beban baginya, tapi maksudku beban mengangkat Abby. Dan dirinya sudah mencapai diatas, dia berusaha membuka pintu, tapi hasilnya nihil, tidak berhasil. Jadi, dia membuka pintunya dengan kakinya. Karena tanganya susah untuk membukanhya.

Jack merebahkan tubuh Abby dikasur, mencari selimut dan kemudian menyelimutinya sampai batas lehernya. Tak lupa dia membuka sepatu yang dipakai Abby. Dia berjalan keluar hendak pergi tidur juga dan menutup pintu kamar Abby dengan perlahan agar adiknya itu tidak bangun.

***

LEAVE VOTE AND COMMENTS PLEASE! LOVE YOU GUYS SO MUCH!!!

Btw shawn ngikutin dia nggak ya??? Kataku sih iya soalnya gelagatnya begitu, tapi gatau sih deh, menurut kalian gimana?

Vote and comments for next chapter!!!!!

Kid In Love ✘ Shawn MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang