Part 13

869 95 6
                                    

Ketika aku sampai dirumah, Ibu sedang memanggang kue kesukaanku, Cupcake. Karena aku bisa mencium aroma panggangan kuenya.

"Bu, aku pulang," Teriak ku ketika mebuka pintu depan, "bu, kalau ada temanku yang kerumah bilang aku sedang mengganti pakaian," Kataku dan Ibu  hanya mengangguk.

Aku berjalan menuju kamarku melewati ruang keluarga, dan tepat disana aku sedang melihat Ayah sedang menonton acara tv kesukannya. Aku berjalan mendekatinya, dan berkata, "Selamat siang, Ayah," sapaku kemudian mencium pipi kanan dan kiri Ayahku.

Ibuku mengintip dari dapur kemudian terkekeh melihat tingkah lakuku. "Biasanya kalo begini ada maunya," ucap Ayahku. Aku hanya memamerkan deretan gigiku padanya..

Aku memutarkan kedua bola mataku dan menghembuskan nafas, "aneh ya, terkadang orang baik dibilang ada maunya, orang marah dibilang galak. Ckck" ucapku dan Ayah serta Ibuku menertawakanku.

Apa yang salah dengan kata-kataku? Terkadang aku tidak mengerti apa yang mereka tertawakan. "Anak Ayah mau dewasa rupanya," ucapnya sambil mencubit pipiku.

Aku mengelus pipi yang Ayahku cubit tadi, "aduh, Ayah! Aku ini sudah besar tahu,"

"Astaga, adikku sudah besar ya ternyata," ucap Jack yang tiba-tiba datang entah dari mana dan dia mengacak-acak rambutku. "Jack, c'mon kau merusak rambutku."

Ayah, Ibu dan Jack tidak henti-hentinya menertawaiku. Aku memutar kedu bola mataku, beranjak dari tempat dimana aku berada kemudian aku menuju kamarku untuk bersiap-siap.

Namun, tidak membutuhkan waktu lama, sekitar 15 menit setelah aku bersiap-siap, Shawn datang. Jack terus saja meledekku karena dia pikir ini adalah kencan. Sudah aku bilang padanya, aku hanya berteman dengannya.

"Shawn, jaga adikku baik-baik ya," kata Jack sambil terkekeh. Shawn tersenyum pada Jack dan mengacungkan 2 ibu jarinya.

Aku memasuki mobilnya, selama diperjalanan juga kami diam. Hanya deruan nafas dan suara mesin yang terdengar.

"Ekhem," dehamku "ngomong-ngomong kita akan pergi kemana?" Tanyaku, namun dia hanya tersenyum padaku.

"Ayolah Shawn, katakan padaku kita akan kemana? Jangan membuatku jadi penasaran," Ucapku padanya.

"Nanti kau juga akan tahu, Abbs. Tidak akan lama, setelah ini kita akan sampai,"

Aku mendengus sebal, lebih baik aku diam saja. Bertanya padanya tidak membuahkan hasil, sama saja. Dan ternyata benar apa katanya, tidak membutuhkan waktu lama. Sekitar 5 menit kami sudah sampai.

Aku tidak tahu aku berada dimana. Begitu asing bagiku, tapi tidak jauh dari rumahku. Aku heran, selama aku tinggal disini, mengapa aku tidak tahu, didekat rumahku ada kedai es krim yang menarik.

Kata Shawn disini kedai es krim favoritenya, selain rasanya yang manis, disini ada beragai macam rasa yang tidak ada dikedai lain. Mungkin rasanya yang membedakannya.

Aku dan Shawn menaiki lantai paling atas, dan akupun tidak tahu kalau dikedai ini memiliki 3lantai, dan disini pemandangan sangat bagus, semuanya bisa telihat.

Shawn tadi sempat memesan 2 es krim, 1 untukku dan 1 untuknya. Aku tidak tahu apa yang ia pesankan untukku, untuk es krim aku suka dengan semua rasanya. Tapi ada 1 yang paling aku suka, chocolatte.

Semua yang berbau chocolatte aku menyukainya, tidak hanya es krim saja. Kami menempati tempat yang menurutku viewnya sangat pas dan bagus. Dari tempat kami berada, kita dapat melihat jalanan dan suasana kota ini dimalam hari.

Seorang pelayan berjalan menuju meja kami, dia membawa 2 buah es krim, "selamat menikmati," ucap sang pelayan. Dan aku hanya memberi senyum simpul padanya.

Aku melirik es krim yang dipesan oleh shawn, dia memesanku eskim chocolatte dengan paduan strawberry dan vanila, ditambah lagi taburan waffle dan kejunya. Membuat air liurku ingin jatuh.

Aku mencicipi es krim dengan perlahan, tifak buruk. Bahkan ini es krim yang paling menabjubkan yang pernah kucicipi, sebut aku norak. Tapi ini benar adanya.

"Bagaimana kau tahu kalo paduan es krim ini sangat lezat, Shawn?" Shawn hanya tersenyum simpul sambil memakan es krimnya.

"Aku sering kesini, jadi aku hampir sudah mencicipi semua es krim disini."

Aku menganggukkan kepala tanda mengerti. Kami berdua diam, menikmati santapan es krim kami masing-masing.

Hembusan angin malam membuat bulu kudukku merinding, ditambah sedang menikmati es krim yang dingin pula. Alhasil aku kedinginan.

Bagaimana bisa aku lupa membawa hodie, bagaimana aku bisa lupa. Aku menggosok-gosokkan telapak tanganku lalu ku gosok juga lengan untuk membuat suhu tubuhku tetap hangat. Tapi tetap saja, hasilnya nihil.

Entah, ini perasaanku saja atau memang aku saja yang merasakan dingin. Disisi lain Shawn memperhatikanku. Lalu dia memberi sweaternya padaku.

Aku heran, disisi lain aku tidak tega. Udara disini cukup dingin. Tetapi ia malah memberi sweaternya padaku.

"How about you?" Kataku. Dia hanya tersenyum simpul sambil menyodorkan sweaternya padaku.

"Pakai saja," sambil menganggukan kepala.

Pun menerima sweaternya dan tersenyum padanya, "terimakasih."

Sweaternya sangat hangat ditubuhku, dan juga sangat kebesaran dibadanku. Entah perasaan atau halusinasiku saja, sweaternya Shawn nyaman saat dipakai. Entah memang harganya mahal atau aku yang norak

"You're welcome," Jawabnya.

"By?"

"Ya?"

Dia menunjuk es krim milikku, lalu berkata, "es krim milikmu tidak dihabiskan?"

Aku menggelengkan kepalaku, "kalau begitu, boleh aku yang menghabiskannya?"

Aku terdiam sebentar, ingin rasamya tertawa. Ternyata disisi polosnya dia, ada sisi lain yang membuatnya lucu sehingga terlihat begitu polosnya dia.

Ya tuhan, sebegitu polosnya kah dia? Aku pun mengangguk, kemudian dia langsung melahap es krimku. Terlihat dia sangat polos sekali, apa lagi saat makan es krim itu.
Dia tidak pernah melihat keadaan atau pun situasi, dia seperti anak kecil saat memakannya. Aku pun terkekeh karenanya.

Aku yang tak tahan, ku ambil tissue dan membersikan permukaan bibir yang terdapat noda es krim tersebut. Belum selesai aku membersikannya, dia mengambil alih pekerjaanku, "thanks."

Aku pun membalas perkataannya, "anything."

Dia masih sibuk dengan es krimnya, hingga saat es krimnya habis dia mengakku pulang. Dia tidak tega karena ini sudah larut, dan aku juga sudah menguap. Shawn mrngantarkanku pulang.

Sebenarnya Shawn juga takut pada Jack, karena entah lah apa yang ia takutkan dari Jack. Secara Shawn dengan Jack lebih besar postur tubuh Shawn dibandingkan dengan Jack. Kupikir memang karena Shawn terlalu polos atau terlalu menghormati Jack.

Saat perjalanan pulang, mataku sudah sangat berat, aku sudah tak tahan lagi. Namun perlahan mataku tertutup dengan sendirinya. Semuanya berubah menjadi gelap gulita.

TO BE CONTINUED!
Gatau kenapa ngakak, shawn diem-diem gatau malu emang ternyata, untung ganteng ya. Maafin ya kelakuan pacar gue<3

P.S : budayakan tinggakan jejak setelah membaca:) thanks.

Btw aku mau dedikasiin cerita ini buat shawnieeey 💞

Kid In Love ✘ Shawn MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang