Selama diperjalanan aku dan Cam tidak berbicara sedikit pun. Aku menatapnya dengan tatapan curiga. Dan kuputuskan untuk menyalakan tape radionya, suasana disini terlalu akward. Namun dengan volume yang kecil.
Aku menatapnya sebentar. "kemana yang lain? Mereka tidak ikut?" Aku memulai pembicaraan.
Dia menggelengkan kepalanya. Oh, bagus jadi kita pergi hanya berdua?Kukira dia masih dengan Aaron. Jadi dia memulangkan Aaron terlebih dahulu? Dia ini memang aneh.
"Sebenarnya kita mau kemana, Cam?"
"Lebih baik kau duduk manis, dan jangan mengganggu konsentrasi menyetirku. Nanti kau akan tahu kita akan kemana." Oh baiklah. Mengapa terkadang dia begitu dingin dan terkadang dia bisa jadi sangat menyebalkan.
Tapi dia tetap orang yang menyenangkan. Aku tahu dia sedang fokus karena sedang mengendarai mobil. Dia benar, lebih baik aku diam. Lagi pula nantinya aku akan tahu kemana.
Tak lama, kami sampai ditempat tujuan kami. Kami hanya menghabiskan 20 menit untuk sampai ketempat tujuan kami.
Aku tersenyum ketika tahu, dia mengajakku ke kedai eskrim. Mengapa dia tahu kesukaanku. Aku tersenyum mengembang padanya dan dia membalas senyumanku.
Aku dan Cam memasuki kedai eskrim, dia menggenggam tanganku. Tapi aku membiarkannya, karena sudah terlanjur senang diajak pergi kesini. Kau tahu, aku sangat suka dengan eskrim.
Kami mencari tempat yang paling pojok, dan didekat dengan jendela. Aku duduk dan dia pergi untuk memesan eskim untukku dan untuknya. Aku belum sempat mengatakan yang ingin aku pesan.
Dia kembali, dan mendaratkan bokongnya dibangku yang berada didepanku. Tak lama seorang pelayan mengantarkan makanannya kemeja kami.
Aku mengerutkan kening bingung, eskim coklat yang dipesan Cam tadi untukku dan dia memesan yang sama dengan ku. Tunggu, mengapa dia bisa tahu semua kesukaanku?
Mulai dari eskim, hingga kesukaan rasa eskrimku. Aku langsung saja menyantap eskrim yang berada didepanku. Aku memakannya dengan perlahan. Dan Cameron terkekeh ketika aku sedang memakan eskrimku.
Dia memberhentikan aktifitasnya yang sedang memakan eskrim. Dan Cam memajukan badannya kearahku, namun aku masih sibuk dengan eskrimku. Tanggan dia menyentuh bawah garis bibirku.
Dia mengelap eskrim yang berada disana. Aku tersenyum dan mengatakan terimakasih, dan dia hanya tersenyum padaku lalu mengangguk. "Apapun untukmu." Katanya, lalu aku terkekeh.
"Terimakasih untuk semuanya, ngomong-ngomong bagaimana kau bisa tahu tentang kesukaanku?" Tanyaku padanya. Sedari tadi aku tidak bisa menahan rasa penasaranku ini.
Dia hanya mengedikkan bahunya. Aku tidak perduli, intinya aku sangat senang hari ini. Kami sedikit berbincang dikedai ketika eskrim kami sudah habis.
Namun dia mengajakku pergi dari kedai eskrim. Dia langsung berjalan menuju kasir dan membayar semuanya. Dia baik sekali. Setelah membayarnya dia menggenggam tanganku.
Dia membuka pintu kedai eskrim dan keluar dari kedai itu, aku masih mengekorinya. Tiba-tiba saja aku bertemu dengan Shawn. Sepertinya dia hendak membeli eskrim juga.
Cameron menyapanya dan dia membalas sapaannya, namun ketika aku memberi senyuman padanya dia seolah-olah tidak melihatku. Mengapa sifatnya berubah-ubah? Dia orang aneh.
Tidakkah dia melihatku disamping Cameron. Aku ini manusia masih bisa terlihat. Seharusnya dia menghargaiku. Setidaknya membalas senyumanku.
Aku jadi kesal dibuatnya. Terkadang dia menyenangkan dan terkadang menyebalkan. Sifatnya sungguh tidak bisa ditebak. Tunggu, mengapa aku jadi begitu perduli padanya?